Insiden Natuna Bisa Human Error atau Karakteristik Giant Bow
A
A
A
NATUNA - TNI masih membutuhkan waktu untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan meriam Giant Bow. Kecelakaan itu menewaskan empat anggota TNI saat mengikuti gladi bersih Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Tanjung Datuk, Natuna, Kepulauan Riau.
Panglima Komando Cadangan Strategis TNI AD (Pangkostrad) Letnan Jenderal Edy Ramayadi mengatakan, sekarang masih dalam penyelidikan dan evaluasi tim investigasi. Dia berjanji akan menghukum personelnya jika hasil penyelidikan dan evaluasi itu ternyata kesalahan manusia.
"Kami belum bisa menyimpulkan apakah kecelakaan itu human error atau bukan, kita belum bisa memutuskan," ujar Edy, Natuna, (19/5/2017).
Namun, kata dia tidak menutup kemungkinan kecelakaan tersebut diakibatkan dari karakteristik senjata itu sendiri. Dia menambahkan meriam Giant Bow berdasarkan dari usia seharusnya masih layak karena dibuat tahun 2002.
"Mungkin karakternya (senjata) tidak sesuai dengan prajurit Indonesia. Saya tidak bisa bilang kualitas senjata itu jelek atau bagus," ucapnya.
Dia menerangkan, puncak acara latihan PPRC di Natuna bertujuan untuk menangkal sekaligus menindak adanya gerakan-gerakan separatis bersenjata. Gerakan separatis itu lanjut dia sangat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Khususnya di pulau Natuna yang dibantu oleh negara-negara tertentu," terangnya. (Baca: Jokowi Tinjau Latihan Perang TNI di Natuna)
Latihan PPRC merupakan latihan gladi ke dua. Acara puncak rencananya diselenggarakan pada tanggal 19 Mei 2017. Latihan ini disebut gabungan yang diikuti ribuan personel tiga matra dari Angkatan Darat, Laut dan Udara.
Panglima Komando Cadangan Strategis TNI AD (Pangkostrad) Letnan Jenderal Edy Ramayadi mengatakan, sekarang masih dalam penyelidikan dan evaluasi tim investigasi. Dia berjanji akan menghukum personelnya jika hasil penyelidikan dan evaluasi itu ternyata kesalahan manusia.
"Kami belum bisa menyimpulkan apakah kecelakaan itu human error atau bukan, kita belum bisa memutuskan," ujar Edy, Natuna, (19/5/2017).
Namun, kata dia tidak menutup kemungkinan kecelakaan tersebut diakibatkan dari karakteristik senjata itu sendiri. Dia menambahkan meriam Giant Bow berdasarkan dari usia seharusnya masih layak karena dibuat tahun 2002.
"Mungkin karakternya (senjata) tidak sesuai dengan prajurit Indonesia. Saya tidak bisa bilang kualitas senjata itu jelek atau bagus," ucapnya.
Dia menerangkan, puncak acara latihan PPRC di Natuna bertujuan untuk menangkal sekaligus menindak adanya gerakan-gerakan separatis bersenjata. Gerakan separatis itu lanjut dia sangat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Khususnya di pulau Natuna yang dibantu oleh negara-negara tertentu," terangnya. (Baca: Jokowi Tinjau Latihan Perang TNI di Natuna)
Latihan PPRC merupakan latihan gladi ke dua. Acara puncak rencananya diselenggarakan pada tanggal 19 Mei 2017. Latihan ini disebut gabungan yang diikuti ribuan personel tiga matra dari Angkatan Darat, Laut dan Udara.
(kur)