Peran Ibu Ampuh Cegah Radikalisme
A
A
A
JAKARTA - Banyak cara bisa dilakukan kaum perempuan dalam mencegah radikalisme dan terorisme. Salah satunya dengan memanfaatkan peran ibu dalam mendidik anak sejak dini.
Ketua Fatayat NU Anggia Ermarini mengingatkan, penyebaran paham radikal terorisme tidak hanya menyasar kaum laki-laki dan generasi muda, juga menjadikan kaum perempuan sasaran propaganda mereka. Maka itu, menurutnya perempuan Indonesia harus bersatu, bangkit, dan melek teknologi untuk membendung ancaman radikalisme dan terorisme.
"Makanya Fatayat NU sedang mengembangkan dakwah berbasis keluarga," ujar Anggia dalam siaran persnya, Rabu (19/4/2017).
Dia menuturkan, belakangan ini kalangan terorisme menjadikan kaum perempuan sebagai martil atau pengantin untuk melakukan aksi terorisme. Kondisi ini, kata dia sangat memprihatinkan dan butuh perhatian besar dalam mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Inilah yang membuat perempuan Indonesia tidak boleh berdiam diri," ucapnya. (Baca: Peringati Hari Kartini, Wanita di Bali Surfing Pakai Kebaya)
Dia menambahkan, Fatayat NU telah memiliki jamaah ribuan yang tersebar dari desa sampai kota. Dia optimistis Fatayat NU bisa memberikan kontribusi positif dengan memberikan edukasi yang signifikan di tengah lingkungan atau komunitasnya masing-masing.
"Kami terus membekali dan memperdalam para dai-dai wanita tentang pengetahuan dan ancaman radikalisme terorisme dan bertepatan dengan Hari Kartini, 21 April, kami akan melantik 1000 daiyah Anti Radikalisme Fatayat NU di Bandung," katanya.
Ketua Fatayat NU Anggia Ermarini mengingatkan, penyebaran paham radikal terorisme tidak hanya menyasar kaum laki-laki dan generasi muda, juga menjadikan kaum perempuan sasaran propaganda mereka. Maka itu, menurutnya perempuan Indonesia harus bersatu, bangkit, dan melek teknologi untuk membendung ancaman radikalisme dan terorisme.
"Makanya Fatayat NU sedang mengembangkan dakwah berbasis keluarga," ujar Anggia dalam siaran persnya, Rabu (19/4/2017).
Dia menuturkan, belakangan ini kalangan terorisme menjadikan kaum perempuan sebagai martil atau pengantin untuk melakukan aksi terorisme. Kondisi ini, kata dia sangat memprihatinkan dan butuh perhatian besar dalam mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Inilah yang membuat perempuan Indonesia tidak boleh berdiam diri," ucapnya. (Baca: Peringati Hari Kartini, Wanita di Bali Surfing Pakai Kebaya)
Dia menambahkan, Fatayat NU telah memiliki jamaah ribuan yang tersebar dari desa sampai kota. Dia optimistis Fatayat NU bisa memberikan kontribusi positif dengan memberikan edukasi yang signifikan di tengah lingkungan atau komunitasnya masing-masing.
"Kami terus membekali dan memperdalam para dai-dai wanita tentang pengetahuan dan ancaman radikalisme terorisme dan bertepatan dengan Hari Kartini, 21 April, kami akan melantik 1000 daiyah Anti Radikalisme Fatayat NU di Bandung," katanya.
(kur)