Indonesia Aman dari Serangan Cuaca Ekstrem

Rabu, 22 Maret 2017 - 11:34 WIB
Indonesia Aman dari...
Indonesia Aman dari Serangan Cuaca Ekstrem
A A A
JAKARTA - Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan adanya iklim dan cuaca ekstrem yang akan dihadapi banyak negara. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan kewaspadaan serupa, meskipun Indonesia diperkirakan tidak banyak terpengaruh.

WMO, Badan PBB urusan cuaca, menyebutkan bahwa peningkatan temperatur global ditunjukkan dengan kenaikan permukaan air laut secara drastis dan es di Kutub Utara yang semakin cepat mencair. Dan peringatan tersebut sudah dilaporkan dalam laporan tahunan mengenai iklim global.

Dengan ancaman bencana ekstrem tersebut, imbasnya kelaparan akan melanda beberapa negara. WMO juga mencatat 2016 merupakan tahun terpanas di Amerika Selatan. Bahkan di Eropa, 2016 juga merupakan tahun terpanas ketiga setelah 2014 dan 2015.

Khusus Kuwait, temperatur ekstrem mencapai 54 derajat Celsius di Mitribah. Itu merupakan suhu paling tinggi di Asia. Wilayah yang jarang turun salju, pada 2016 juga mengalami salju seperti di Guangzhou, China Selatan. "Kita kini masuk dalam teritorial tidak bisa diatur," kata Kepala Program Penelitian Iklim Dunia David Carlson, dilansir AFP.

Carlson mengungkapkan terjadi perubahan iklim signifikan di seluruh bumi tahun ini. Menurut profesor dari Universitas College London, Julienne Stoeve, kondisi es di Artik terlacak dalam kondisi terburuk sejak Oktober.

Beruntung ancaman bencana ekstrem tak berpengaruh pada Indonesia. Kepala Pusat Informasi Meteorologi Publik BMKG Mulyono Prabowo memastikan Indonesia tidak mengalami cuaca ekstrem, terutama menyangkut perubahan suhu udara.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki uap air yang cukup mengantisipasi peningkatan suhu udara. Prabowo menjelaskan, Indonesia bukan negara satu benua, melainkan negara kepulauan yang 70% wilayahnya meliputi perairan.

Daratan juga bervariasi dari rendah dan tinggi. Artinya, ketika jarak matahari mendekati garis ekuator yang otomatis suhu udaranya meningkat, suhu udara di daratan tinggi justru dalam kondisi menurun.
"Iklim Indonesia itu tropis sehingga punya uap air yang ditampung di awan. Uap air itu seperti radiator mobil. Jadi ketika panas terserap awan, dan uap air di udara mendinginkan," kata Prabowo.

Disinggung mengenai fenomena Equinox yang menimbulkan kekhawatiran adanya gelombang panas, Prabowo meminta masyarakat tidak cemas. Equinox merupakan fenomena astronomi di mana matahari melintasi garis khatulistiwa. Secara periodik, Equinox berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

Menurut dia, suhu udara di Indonesia rata-rata hanya berkisar 27- 33 derajat celsius. Namun pada pukul 13.00 - 15.00 WIB, suhu udara terkadang meningkat 34-35 derajat celsius. "Cuaca pada 21 Maret memang hangat, tapi di Indonesia aman karena punya coolant uap air itu,"pungkasnya. (Andika Hendra M/Bima Setiyadi)
(bbk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0804 seconds (0.1#10.140)