Jurnalis Spesialis Angka-angka Itu Berpulang

Rabu, 01 Februari 2017 - 20:19 WIB
Jurnalis Spesialis Angka-angka...
Jurnalis Spesialis Angka-angka Itu Berpulang
A A A
INNALILLAHI wainnailaihi ra jiun. Kabar duka itu tiba-tiba datang kemarin sore. Salah satu Asisten Redaktur KORAN SINDO, Paijo, dipanggil ke pangkuan-Nya.

Kabar itu terasa begitu menghenyak karena Mas Pai, begitu dia biasa disapa selama ini tergolong sehat walafiat. Tidak pernah terucap keluh kesah tentang masalah kesehatannya. Bahkan Senin 30 Januari 2017 dia juga bekerja seperti biasa. Antara percaya dan tidak, meninggalnya Mas Pai yang sakit mendadak benar adanya. Kami di KORAN SINDO dan SINDOnews pun merasa sangat kehilangan.

Apalagi profilnya yang ramah kepada semua orang selama hidup membuat Mas Pai banyak dikenang. Almarhum yang lahir di Sleman, 2 Januari 1968, ini memang dikenal memiliki pembawaan yang tenang dan sederhana, sesederhana namanya. Namun di balik kebersahajaannya itu Mas Pai sebenarnya orang tersibuk dalam kesunyian. Tugasnya sebagai penanggung jawab halaman data finansial Desk Ekonomi dan Bisnis KORAN SINDO mengharuskan dia tenggelam dalam angka-angka. Data ekonomi– yang bagi sebagian orang rumit– adalah sesuatu di luar kepala baginya.

Kecepatan tangan Mas Pai dalam memindahkan data ke program Excel untuk kemudian menjadi lembaran data mengenai pergerakan saham, reksa dana, nilai tukar rupiah, dan lain-lain menjadi ciri khas yang sulit disamai. Tak jarang pula dia membantu mencarikan data bahan infografis untuk mendukung Desk Ekonomi maupun halaman depan.

Jangan harap mendengar suaranya ketika sedang mengerjakan tugas rutinnya sepanjang sore hingga malam hari. Ketika yang lain terkadang berisik, matanya tetap tajam menatap monitor dan jarijarinya menari di atas keyboard. Dia fokus dan tak gampang mengeluh. Mas Pai boleh jadi selalu tenggelam dalam data dan angka-angka. Tanggung jawabnya terhadap pekerjaan tidak diragukan. Tapi itu tak membuatnya hanya terkotak di ruang tersebut.

Dalam kekalemannya, tersembunyi gairah politik yang membara. Saat diajak bicara soal isuisu teraktual, terutama menyangkut pertarungan para elite politik dan kepemimpinan bangsa, dia akan bangkit. “Bagaimana negara bisa maju kalau hanya mengurusi hal remehtemeh,” katanya suatu ketika. Suranya mendadak meninggi kalau sudah berdiskusi soal isuisu kebangsaan.

Sosok pekerja yang rajin ini juga sangat concern dalam isu kemiliteran atau alutsista. Meski demikian, Mas Pai yang dikenal sangat taat beribadah dan menjadi jamaah tetap di masjid sebelah kantor ini juga punya selera humor tinggi, terutama jika sudah membahas kelakuan para tokoh atau politikus yang nyeleneh atau tersandung kasus.

Mas Pai meninggalkan istri bernama Paulina Rahmawati Siahaan dan tiga putri, yakni Pratiwi Patmawati, 21, Poria Ananda Patmasari, 12, dan Prismatika Patmadria, 11. “Mas Pai sebelumnya tidak pernah mengeluh sakit, apalagi sakit parah. Mohon dimaafkan apabila selama ini ada kesalahannya,” ucap Paulina di rumah duka, Gang Mawar IV, Jalan Bangka Raya, Mampang, Jakarta Selatan.

Kepergian Mas Pai meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan handai taulan. Terlebih pagi kemarin merupakan hari bahagia untuk Pai dan keluarga. Anak pertamanya, Pratiwi, baru saja menyelesaikan sidang kelulusan di Akademi Keperawatan RS Pusat Pertamina. Adapun dua putrinya yang lain masih duduk di bangku sekolah dasar. Selain di kantor, Mas Pai juga dikenal baik oleh tetangga di lingkungannya.

Bahkan almarhum menjadi salah satu sosok yang disukai anak-anak di sekitar tempat tinggalnya di Gang Mawar IV. Saat kru KORAN SINDO melayat ke rumah duka kemarin, Paulina memperkenalkan anak-anak yang biasa diasuh Mas Pai.

Mulai dari yang masih kecil, hingga ada yang sudah remaja dan bersekolah SMA. Manusia hanya berencana, tetapi Tuhan Maha Berkehendak. Hidup dan mati seseorang tak mungkin dimajukan atau dimundurkan sedetik pun. Selamat jalan Mas Pai, kawan terbaik dan teladan bagi para sahabat.

PAIJO
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8613 seconds (0.1#10.140)