Jadi Saksi Sri Bintang, Ichsanuddin Noorsy Dicecar 32 Pertanyaan
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Politik Ekonomi Indonesia Ichsanuddin Noorsy kembali diperiksa polisi terkait kasus dugaan makar. Kali ini, Noorsy diperiksa sebagai saksi dengan tersangka Sri Bintang Pamungkas (SBP) dan dicecar 32 pertanyaan oleh penyidik.
Noorsy mengatakan, hari ini dia datang ke Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi di kasus dugaan makar Sri Bintang. Adapun pemeriksaan hari ini pengulangan pada tanggal 10 Januari kemarin, yang mana dia diperiksa sebagai saksi di kasus Rachmawati Soekarnoputri.
"Kalau hari ini pemeriksaan menyangkut Sri Bintang saja, ada 32 pertanyaan dari penyidik dan 14 halaman laporan," ujarnya pada wartawan usai menjalani pemeriksaannya di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (18/1/2017).
Menurutnya, substansi pemeriksaan sejatinya tak jauh berbeda dengan kasus dugaan makar Rachmawati, hanya saja kali ini difokuskan pada Sri Bintang. Pertanyaan pun seputar pernahkan satu forum dengan Sri Bintang dan pendapatnya tentang kajian Sri Bintang.
"Saya punya kajian akademik, dan saya tak pernah lihat kajian akademik dari SBP. Lalu pada kajian di UBK, 20 November 2016 lalu, fokusnya memang ke posisi 2 kan, posisi tentang penistaan agama dan perkembangan ekonomi global," tuturnya.
Saat mengkaji soal penistaan agama, kata dia, dia melampirkan berkas tentang tujuh media asing yang menceritakan demo 411 itu dikonstruksikan demo Islam versus Kristen. Itulah yang disampaikannya pada diskusi di UBK.
Dia menerangkan, itu bukanlah peristiwa baru karena hal itu sudah menjadi kajiannya sejak tahun 2002 silam. Saat langkah dalam pemulihan ekonomi yang diambil itu salah dan menjadi puncak dengan membenarkan azas nondiskriminatif pada kebijakan ekonomi, maka akan muncul ketimpangan ekonomi, sosial, regional, intelektual, dan infrastruktur.
"Pemerintah sekarang menyebutnya sentralisasi Jawa, kalau orang baru merasakan sekarang, saya sudah ingatkan sejak 2002 lalu. Dampaknya terasa secara vertikal dan horizontal dan sudah saya sampaikan diberbagai tempat," jelasnya.
Adapun hal yang disampaikannya dengan Sri Bintang pun berbeda saat pertemuan, tambah dia, dia membicarakan tentang kesalahan struktur amandemen yang mana dia menekankan untuk pentingnya kembali ke ekonomi konstitusi.
"Kalau kenal dekat sih tidak (dengan SBP dan tersangka makar lainnya), tapi saya satu grup WA dengan mereka di Grup Peduli Negara," katanya.
Noorsy mengatakan, hari ini dia datang ke Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi di kasus dugaan makar Sri Bintang. Adapun pemeriksaan hari ini pengulangan pada tanggal 10 Januari kemarin, yang mana dia diperiksa sebagai saksi di kasus Rachmawati Soekarnoputri.
"Kalau hari ini pemeriksaan menyangkut Sri Bintang saja, ada 32 pertanyaan dari penyidik dan 14 halaman laporan," ujarnya pada wartawan usai menjalani pemeriksaannya di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (18/1/2017).
Menurutnya, substansi pemeriksaan sejatinya tak jauh berbeda dengan kasus dugaan makar Rachmawati, hanya saja kali ini difokuskan pada Sri Bintang. Pertanyaan pun seputar pernahkan satu forum dengan Sri Bintang dan pendapatnya tentang kajian Sri Bintang.
"Saya punya kajian akademik, dan saya tak pernah lihat kajian akademik dari SBP. Lalu pada kajian di UBK, 20 November 2016 lalu, fokusnya memang ke posisi 2 kan, posisi tentang penistaan agama dan perkembangan ekonomi global," tuturnya.
Saat mengkaji soal penistaan agama, kata dia, dia melampirkan berkas tentang tujuh media asing yang menceritakan demo 411 itu dikonstruksikan demo Islam versus Kristen. Itulah yang disampaikannya pada diskusi di UBK.
Dia menerangkan, itu bukanlah peristiwa baru karena hal itu sudah menjadi kajiannya sejak tahun 2002 silam. Saat langkah dalam pemulihan ekonomi yang diambil itu salah dan menjadi puncak dengan membenarkan azas nondiskriminatif pada kebijakan ekonomi, maka akan muncul ketimpangan ekonomi, sosial, regional, intelektual, dan infrastruktur.
"Pemerintah sekarang menyebutnya sentralisasi Jawa, kalau orang baru merasakan sekarang, saya sudah ingatkan sejak 2002 lalu. Dampaknya terasa secara vertikal dan horizontal dan sudah saya sampaikan diberbagai tempat," jelasnya.
Adapun hal yang disampaikannya dengan Sri Bintang pun berbeda saat pertemuan, tambah dia, dia membicarakan tentang kesalahan struktur amandemen yang mana dia menekankan untuk pentingnya kembali ke ekonomi konstitusi.
"Kalau kenal dekat sih tidak (dengan SBP dan tersangka makar lainnya), tapi saya satu grup WA dengan mereka di Grup Peduli Negara," katanya.
(kri)