ACTA Sempat Kesulitan Koordinasi dengan Aktivis yang Ditangkap
A
A
A
JAKARTA - Ketua Dewan Pembina Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) Habiburokhman mengatakan, organisasinya yang dideklarasikan untuk mengadvokasi sejumlah aktivis yang dituding makar saat 'melawan' proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Menurutnya, advokasi atau pendampingan hukum juga diberikan setelah mendengar sejumlah tokoh dan aktivis seperti Ratna Sarumpaet Cs ditangkap aparat kepolisian karena tudingan makar.
"Kemarin saya jam lima pagi ditelepon. Katanya Kak Ratna Sarumpaet ditangkap, kita koordinasi semua advokat untuk meluncur ke (hotel) Sari Pan Pasifik," ujar Habiburokhman dalam diskusi Polemik SindoTrijaya di Cikini, Jakarta, Sabtu (3/12/2016).
Pria yang akrab disapa Habib ini menuturkan, pihaknya sempat kesulitan untuk melakukan koordinasi dengan anggotanya saat penangkapan dilakukan terhadap 10 aktivis tersebut.
Sebab, dari awalnya para aktivis dikabarkan akan dibawa ke Polda Metro Jaya, mereka malah di bawa ke Mako Brimob Kelapa Dua Depok. Ia menilai, penangkapan itu seperti penculikan terhadap tujuh jenderal yang dibawa ke Lubang Buaya, Jakarta Timur.
"Mau saya gambarkan Mako Brimob agak-agak seram. Kalau kita bilang ini kayak dibawa ke Lubang Buaya. Subuh-subuh gitu kan," ungkapnya.
Menurutnya, tudingan makar yang disangkakan ke sejumlah tokoh dan aktivis sulit dibuktikan. Karenanya, dia dan advokat yang tergabung dalam ACTA berkewajiban untuk membebaskan mereka.
"Di dalam (Mako Brimob) ada satuan gegana yang lebih elite lagi, di dalam ada rumah berapa biji, di situ teman-teman (Ratna Cs) diperiksa," pungkasnya.
Menurutnya, advokasi atau pendampingan hukum juga diberikan setelah mendengar sejumlah tokoh dan aktivis seperti Ratna Sarumpaet Cs ditangkap aparat kepolisian karena tudingan makar.
"Kemarin saya jam lima pagi ditelepon. Katanya Kak Ratna Sarumpaet ditangkap, kita koordinasi semua advokat untuk meluncur ke (hotel) Sari Pan Pasifik," ujar Habiburokhman dalam diskusi Polemik SindoTrijaya di Cikini, Jakarta, Sabtu (3/12/2016).
Pria yang akrab disapa Habib ini menuturkan, pihaknya sempat kesulitan untuk melakukan koordinasi dengan anggotanya saat penangkapan dilakukan terhadap 10 aktivis tersebut.
Sebab, dari awalnya para aktivis dikabarkan akan dibawa ke Polda Metro Jaya, mereka malah di bawa ke Mako Brimob Kelapa Dua Depok. Ia menilai, penangkapan itu seperti penculikan terhadap tujuh jenderal yang dibawa ke Lubang Buaya, Jakarta Timur.
"Mau saya gambarkan Mako Brimob agak-agak seram. Kalau kita bilang ini kayak dibawa ke Lubang Buaya. Subuh-subuh gitu kan," ungkapnya.
Menurutnya, tudingan makar yang disangkakan ke sejumlah tokoh dan aktivis sulit dibuktikan. Karenanya, dia dan advokat yang tergabung dalam ACTA berkewajiban untuk membebaskan mereka.
"Di dalam (Mako Brimob) ada satuan gegana yang lebih elite lagi, di dalam ada rumah berapa biji, di situ teman-teman (Ratna Cs) diperiksa," pungkasnya.
(nag)