Konflik di Myanmar, Etnis atau Agama ?
A
A
A
PENYERANGAN dan pembantaian terhadap etnis Rohingya di Myanmar kembali terjadi. Tragedi kemanusiaan yang terus berulang ini mengundang keprihatinan luas, termasuk di Indonesia. Benarkah isu agama yang menjadi penyebabnya?
Dalam sebuah perbincangan saat bertamu ke redaksi SINDO Weekly, Rabu pekan lalu, Kyaw Win, Direktur Eksekutif Burma Human Right Network, sebuah lembaga berbasis London yang peduli pada nestapa Rohingya, membuka tabir kelam di negeri berjuluk Tanah Emas itu.
Menurutnya, sebelum konflik meletup belakangan ini, semua etnis dan agama hidup berdampingan dan rukun, katanya. Namun, semua berubah sejak Junta Militer menguasai negeri tersebut pada 1988. Segalanya berubah menjadi aura kebencian dan permusuhan. Rezim, menurutnya, sangat cerdik memanipulasi, memprovokasi, dan memecah-belah rakyatnya sendiri demi langgengnya kekuasaan mereka di Myanmar. "Mereka lebih licin dari Nazi," katanya.
Mau tahu secara lengkap, baca SINDO WEEKLY No. 39 Tahun V, 2016. Terbit Senin, 28 November 2016
Dalam sebuah perbincangan saat bertamu ke redaksi SINDO Weekly, Rabu pekan lalu, Kyaw Win, Direktur Eksekutif Burma Human Right Network, sebuah lembaga berbasis London yang peduli pada nestapa Rohingya, membuka tabir kelam di negeri berjuluk Tanah Emas itu.
Menurutnya, sebelum konflik meletup belakangan ini, semua etnis dan agama hidup berdampingan dan rukun, katanya. Namun, semua berubah sejak Junta Militer menguasai negeri tersebut pada 1988. Segalanya berubah menjadi aura kebencian dan permusuhan. Rezim, menurutnya, sangat cerdik memanipulasi, memprovokasi, dan memecah-belah rakyatnya sendiri demi langgengnya kekuasaan mereka di Myanmar. "Mereka lebih licin dari Nazi," katanya.
Mau tahu secara lengkap, baca SINDO WEEKLY No. 39 Tahun V, 2016. Terbit Senin, 28 November 2016
(bbk)