Kepentingan Penguasa Dicurigai Pengaruhi Kebijakan Internal Golkar
A
A
A
JAKARTA - Partai Golkar dinilai lebih mengutamakan kepentingan politik jangka pendek. Indikasinya Partai Golkar secara terbuka menyatakan dukungan kepada Joko Widodo (Jokowi) untuk calon Presiden 2019 dan Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok sebagai calon Gubernur DKI Jakarta 2017.
Indikasi berikutnya, Partai Golkar menarik kadernya Ade Komarudin dari posisi Ketua DPR dengan Setya Novanto. Atas dasar itu posisi Partai Golkar sekarang bukan sebagai kekuatan politik yang punya visi besar di dalam membangun negara.
"Perlu diingat bahwa Setya Novanto bukan diberhentikan tetapi mengundurkan diri sebagai Ketua DPR," ujar politikus muda Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia kepada SINDOnews, Rabu (23/11/2016).
Menurutnya sikapPartai Golkar sekarang menimbulkan spekulasi adanya pengaruh kekuatan dan kepentingan di luar partai. Bahkan dirinya mencium ada aroma pengaruh kepentingan penguasa. (Baca: Putusan Pleno Golkar Soal Posisi Ketua DPR Tergantung Setya Novanto)
"Alasan yang dibuat pun jadi mengada-ada. Lantas apa kesalahan Akom (Ade Komarudin-red) sehingga harus diganti?" ucapnya.
Indikasi berikutnya, Partai Golkar menarik kadernya Ade Komarudin dari posisi Ketua DPR dengan Setya Novanto. Atas dasar itu posisi Partai Golkar sekarang bukan sebagai kekuatan politik yang punya visi besar di dalam membangun negara.
"Perlu diingat bahwa Setya Novanto bukan diberhentikan tetapi mengundurkan diri sebagai Ketua DPR," ujar politikus muda Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia kepada SINDOnews, Rabu (23/11/2016).
Menurutnya sikapPartai Golkar sekarang menimbulkan spekulasi adanya pengaruh kekuatan dan kepentingan di luar partai. Bahkan dirinya mencium ada aroma pengaruh kepentingan penguasa. (Baca: Putusan Pleno Golkar Soal Posisi Ketua DPR Tergantung Setya Novanto)
"Alasan yang dibuat pun jadi mengada-ada. Lantas apa kesalahan Akom (Ade Komarudin-red) sehingga harus diganti?" ucapnya.
(kur)