Masyarakat Diminta Waspada Dimensi Perpecahan Bangsa
A
A
A
JAKARTA - Semangat momentum Sumpah Pemuda 1928 telah menyatukan seluruh keragaman yang ada di Indonesia. Namun keanekaragaman suku, budaya sekarang telah tercabik-cabik.
Maka itu Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengajak, seluruh lapisan masyarakat untuk mewaspadai berbagai dimensi yang bisa memecah belah persatuan bangsa. Dimensi tersebut merupakan efek berkembangnya globalisasi dan pembangunan bangsa.
"Dengan mereduksi nilai-nilai Pancasila tentu ada sesuatu yang salah telah terjadi di Indonesia," ujar Suhardi di Jakarta, Kamis, 17 November 2016.
Dia mengingatkan, berbagai dimensi yang harus diwaspadai muncul dari semua sektor, meliputi dimensi geografi, demografi, sumber daya alam, hingga sektor
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Menurutnya paham radikal merupakan ancaman krusial bagi negara. (Baca: Ulama, TNI dan Polisi Panjatkan Doa Bersama untuk Bangsa)
Sasaran utama penyebaran paham ini, kata dia adalah generasi muda Indonesia. "Selama ini banyak sekali informasi radikal dari dunia maya yang mudah diakses oleh semua kalangan, termasuk diantaranya anak-anak," ucapnya.
Maka itu Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengajak, seluruh lapisan masyarakat untuk mewaspadai berbagai dimensi yang bisa memecah belah persatuan bangsa. Dimensi tersebut merupakan efek berkembangnya globalisasi dan pembangunan bangsa.
"Dengan mereduksi nilai-nilai Pancasila tentu ada sesuatu yang salah telah terjadi di Indonesia," ujar Suhardi di Jakarta, Kamis, 17 November 2016.
Dia mengingatkan, berbagai dimensi yang harus diwaspadai muncul dari semua sektor, meliputi dimensi geografi, demografi, sumber daya alam, hingga sektor
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Menurutnya paham radikal merupakan ancaman krusial bagi negara. (Baca: Ulama, TNI dan Polisi Panjatkan Doa Bersama untuk Bangsa)
Sasaran utama penyebaran paham ini, kata dia adalah generasi muda Indonesia. "Selama ini banyak sekali informasi radikal dari dunia maya yang mudah diakses oleh semua kalangan, termasuk diantaranya anak-anak," ucapnya.
(kur)