HT: Potensi Indonesia Belum Dikelola Maksimal

Kamis, 17 November 2016 - 06:44 WIB
HT: Potensi Indonesia...
HT: Potensi Indonesia Belum Dikelola Maksimal
A A A
TORAJA UTARA - Potensi besar yang dimiliki Indonesia belum dikelola maksimal, Hal itu disampaikan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) saat berdialog dengan tokoh masyarakat Tana Toraja dan Toraja Utara di Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Rabu 16 November 2016.

"Kita ini besar potensinya, tapi kecil kenyataannya. Potensi tidak menjadi kenyataan jika kita tidak berbenah," katanya.

Dia menjelaskan, berbagai kontradiksi yang dialami negeri ini. Tanahnya luas dan subur, tetapi kebutuhan pokok seperti beras, gula hingga cabai didatangkan dari mancanegara. Begitu pun garam, padahal Indonesia memiliki lautan yang luas.

Sebagai salah satu pulau penghasil batu bara terbesar di dunia, sekitar 30% listrik di Pulau Kalimatan harus impor dari negara tetangga, Malaysia. Ketergantungan terhadap impor dinilainya membuat posisi Indonesia lemah di mata internasional.

Pria asal Jawa Timur itu mengungkapkan, kontradiksi lainnya. Dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, tetapi penopang ekonominya sedikit. Sebab, selama ini pertumbuhan ekonomi hanya terkonsentrasi pada kelompok elite di kota-kota besar. "Kalau situasi ini kita pertahankan terus, sulit bagi Indonesia untuk menjadi negara maju," tuturnya.

Ke depan, lanjut HT, pembangunan harus difokuskan ke daerah-daerah sehingga bisa menjadi pilar-pilar ekonomi baru. "Indonesia harus membangun pengusaha produktif merata di daerah, sehingga lapangan kerja terbuka bagi generasi muda," terangnya.

Dia mengatakan, lahirnya pengusaha-pengusaha produktif akan membuat daerah terbangun. Di situlah Indonesia akan bergerak lebih cepat untuk menjadi negara maju. Dengan begitu, berbagai persoalan yang dihadapi bisa teratasi, misalnya di bidang pendidikan.

Negara maju, kata HT, mampu membiayai pendidikan masyarakatnya hingga ke perguruan tinggi. Saat ini, masyarakat Indonesia yang bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi masih di bawah 10%. Bandingkan dengan Korea Selatan yang mencapai 85%, padahal hari kemerdekaannya hanya berselang dua hari dengan Indonesia.

"Esensi bernegara itu, negara hadir untuk membantu mengentaskan masyarakat yang belum mapan," katanya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1066 seconds (0.1#10.140)