Nuning: Penanganan Terorisme Tidak Intergratif
A
A
A
JAKARTA - Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas mengecam peristiwa peledakan di depan rumah ibadah di Samarinda, Kalimantan Timur pada Minggu 13 November 2016.
"Kita semua marah dan mengecam teror di Samarinda hingga menewaskan seorang anak kecil bernama Intan. Teror di negara kita patah tumbuh hilang berganti. Pemikiran radikal harus segera dicegah tangkal," ujar Susaningtyas atau biasa disapa Nuning, Selasa (15/11/2016).
Dia menilai, fenomena aksi terorisme tidak bisa dipandang sebatas persoalan ideologis, tetapi juga persoalan ketidakseimbangan sosiologis. Hal tersebut dinilai bisa menimbulkan kesenjangan ekonomi, pendidikan, dan represi politik.
"Ideologi hanya berperan sebagai faktor mobilisasi massa. Sayangnya selama ini kita melihat penanganan terorisme tak integratif dari hulu hingga hilir, juga tidak ada penelitian (research) yang mendalami embrio terorisme di Indonesia," katanya.
Sementara pemberitaan oleh media sejauh ini hanya membahas kejadian dan tindakan represif aparat, tidak melihat secara holistik.
Menurut Nuning, pencegahan dan penanggulangan terorisme harus dilakukan secara integral dengan melibatkan tokoh masyarakat, agama, sosial budaya dan pendidikan serta departemen-departemen terkait sosial, agama, pendidikan termasuk 17 kementerian terkait.
Tidak hanya itu, mantan anggota Komisi I DPR ini juga mengimbau agar proses deradikalisasi harus menggunakan pendekatan yang tepat, di antaranya pendekatan sosial budaya.
Termasuk mengajak masyarakat berperan aktif mengawasi lingkungannya agar terbebas dari paham radikal di antara warga setempat.
"Proses pelaporan identitas warga juga harus kembali dibenahi dan dijalankan dengan baik. Jadi kita tidak dapat menyalahkan Polri,TNI, BIN dalam menilai keberadaan terorisme di negara kita, seluruh elemen masyarakat harus bersatu padu melawan terorisme ini," tuturnya.
Penanganan terorisme dan radikalisme dengan program khusus pemerintah untuk membangun ketahanan masyarakat dan bangsa mulai dari tingkat RT/RW, kelurahan, dengan semangat Bhineka Tunggal Ika untuk pembinaan dan pengawasan, meningkatkan kepedulian dan toleransi dimana beberapa tahun belakangan ini sudah kehilangan rohnya.
"Kita semua marah dan mengecam teror di Samarinda hingga menewaskan seorang anak kecil bernama Intan. Teror di negara kita patah tumbuh hilang berganti. Pemikiran radikal harus segera dicegah tangkal," ujar Susaningtyas atau biasa disapa Nuning, Selasa (15/11/2016).
Dia menilai, fenomena aksi terorisme tidak bisa dipandang sebatas persoalan ideologis, tetapi juga persoalan ketidakseimbangan sosiologis. Hal tersebut dinilai bisa menimbulkan kesenjangan ekonomi, pendidikan, dan represi politik.
"Ideologi hanya berperan sebagai faktor mobilisasi massa. Sayangnya selama ini kita melihat penanganan terorisme tak integratif dari hulu hingga hilir, juga tidak ada penelitian (research) yang mendalami embrio terorisme di Indonesia," katanya.
Sementara pemberitaan oleh media sejauh ini hanya membahas kejadian dan tindakan represif aparat, tidak melihat secara holistik.
Menurut Nuning, pencegahan dan penanggulangan terorisme harus dilakukan secara integral dengan melibatkan tokoh masyarakat, agama, sosial budaya dan pendidikan serta departemen-departemen terkait sosial, agama, pendidikan termasuk 17 kementerian terkait.
Tidak hanya itu, mantan anggota Komisi I DPR ini juga mengimbau agar proses deradikalisasi harus menggunakan pendekatan yang tepat, di antaranya pendekatan sosial budaya.
Termasuk mengajak masyarakat berperan aktif mengawasi lingkungannya agar terbebas dari paham radikal di antara warga setempat.
"Proses pelaporan identitas warga juga harus kembali dibenahi dan dijalankan dengan baik. Jadi kita tidak dapat menyalahkan Polri,TNI, BIN dalam menilai keberadaan terorisme di negara kita, seluruh elemen masyarakat harus bersatu padu melawan terorisme ini," tuturnya.
Penanganan terorisme dan radikalisme dengan program khusus pemerintah untuk membangun ketahanan masyarakat dan bangsa mulai dari tingkat RT/RW, kelurahan, dengan semangat Bhineka Tunggal Ika untuk pembinaan dan pengawasan, meningkatkan kepedulian dan toleransi dimana beberapa tahun belakangan ini sudah kehilangan rohnya.
(dam)