Pekerja Seni Minta Pemerintah Perhatikan Industri Film Lokal
A
A
A
JAKARTA - Para pekerja seni menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara. Dalam kesempatan itu, para pekerja seni meminta agar pemerintah memperhatikan industri film dalam negeri.
"Poin utamanya adalah bagaimana film nasional itu bisa menjadi milik kita kebanggaan kita sendiri, warganya nonton film dengan mudah, yang dipilih adalah film Indonesia, bukan film luar," kata Sutradara Hanung Bramantyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (30/8/2016).
Menurut Hanung, meski industri film dalam negeri berkembang pesat, namun minat masyarakat untuk menonton masih minim. Dia menyebutkan, dari 250 juta penduduk, film berkualitas hanya ditonton tidak lebih dari 1 juta penonton.
Hal itu berbanding terbalik dengan negara Korea yang meski hanya 50 juta penduduk, namun minat penonton mencapai 10 juta. "Nah gimana caranya agar kita nge-grab 50 juta penonton itu , lima puluh persen itu bisa dapat, at least 50 juta penontonlah, itu luar biasa buat film nasional," ujarnya.
Menurut Hanung, dalam pertemuan itu Presiden Jokowi sempat mempertanyakan kepada pekerja seni bagaimana caranya membuat industri maju. Hanung menyarankan agar industri dan minat masyarakat terhadap dunia film bisa diakomodir masuk dunia pendidikan.
Hanung dan para pekerja seni menyarankan agar pendidikan film masuk dalam kurikulum pendidikan, di samping kurikulum sastra dan bahasa yang sudah diajarkan di sekolah-sekolah.
"Sehingga kalau dari SD sudah tahu oh ada Riri Riza yang bikin Laskar Pelangi, ada Joko Anwar yang membuat copy of my mind dan sebagainya, maka dengan mudah mereka datang ke gedung bioskop," pungkasnya.
"Poin utamanya adalah bagaimana film nasional itu bisa menjadi milik kita kebanggaan kita sendiri, warganya nonton film dengan mudah, yang dipilih adalah film Indonesia, bukan film luar," kata Sutradara Hanung Bramantyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (30/8/2016).
Menurut Hanung, meski industri film dalam negeri berkembang pesat, namun minat masyarakat untuk menonton masih minim. Dia menyebutkan, dari 250 juta penduduk, film berkualitas hanya ditonton tidak lebih dari 1 juta penonton.
Hal itu berbanding terbalik dengan negara Korea yang meski hanya 50 juta penduduk, namun minat penonton mencapai 10 juta. "Nah gimana caranya agar kita nge-grab 50 juta penonton itu , lima puluh persen itu bisa dapat, at least 50 juta penontonlah, itu luar biasa buat film nasional," ujarnya.
Menurut Hanung, dalam pertemuan itu Presiden Jokowi sempat mempertanyakan kepada pekerja seni bagaimana caranya membuat industri maju. Hanung menyarankan agar industri dan minat masyarakat terhadap dunia film bisa diakomodir masuk dunia pendidikan.
Hanung dan para pekerja seni menyarankan agar pendidikan film masuk dalam kurikulum pendidikan, di samping kurikulum sastra dan bahasa yang sudah diajarkan di sekolah-sekolah.
"Sehingga kalau dari SD sudah tahu oh ada Riri Riza yang bikin Laskar Pelangi, ada Joko Anwar yang membuat copy of my mind dan sebagainya, maka dengan mudah mereka datang ke gedung bioskop," pungkasnya.
(maf)