Calon Kapolri, Ini Pesan Ayahanda dan Ibunda untuk Tito Karnavian

Kamis, 16 Juni 2016 - 17:26 WIB
Calon Kapolri, Ini Pesan Ayahanda dan Ibunda untuk Tito Karnavian
Calon Kapolri, Ini Pesan Ayahanda dan Ibunda untuk Tito Karnavian
A A A
PALEMBANG - Kabar sebagai calon tunggal pimpinan Kepolisian RI (Polri) diakui Achmad Saleh H belum didengarkannya langsung dari sang anak, Komjen Pol Tito Karnavian. Saat ditemui, mantan wartawan senior Sumsel ini mengatakan belum secara langsung berkomunikasi dengan sang jendral bintang tiga tersebut.

Meski demikian, raut rasa bangga dan haru nampak di wajah Achmad Saleh yang menyatakan akan terus mendoakan dan mendukung sang putra untuk melaksanakan tugas terbaiknya pada negara. Dia menceritakan jika anaknya Titok, panggilan akrab Tito Karnavian di kalangan keluarga memang merupakan sosok yang cukup berbeda dibandingkan dengan tiga saudara lainnya.

Titok yang merupakan lulusan terbaik Akpol 1987 ini dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul, pintar dan termasuk orang yang santai. Dirinya sempat pesimis dengan kabar berita yang menyatakan Tito sebagai calon Kapolri yang paling yunior.

Karena itu, sejak nama sang anak sering disebut sebagai calon Kapolri menggantikan Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti, dia berpesan agar Tito lebih baik menolak dan memberikan kesempatan pada para seniornya terlebih dahulu.

“Terakhir menghubungi Tito, dua minggu lalu. Saat sebelum puasa, sempat berkomunikasi dan saya pesankan Tito jangan terlalu berharap karena masih banyak senior yang juga berkemampuan. Biarkan senior saja yang lebih dahulu,” ungkap Achmad Saleh dengan mata yang berbinar-binar.

Sesekali dia harus mengangkat telepon dari para keluarga yang mengucapkan selamat dan mendoakan sang anak Tito dalam menjalankan tes sebagai tahapan menjadi Kapolri. Karena belum sempat berkomunikasi langsung, ia meminta agar seluruh sanak saudara mendoakan langkah Tito.

“Dari siang tadi, keluarga dari luar Palembang dari sanak saudara besar menghubungi. Saya sampai sore ini, meminta didoakan saja. Beberapa kali saya cuba hubungi ajudannya, juga belum direspons, akan tetapi saya memaklumi kondisi ini. Anak saya sedang sibuk dan saya akan terus doakan,” sambung dia.

Pernah menjadi penyiar di tubuh TNI, Achmad juga berpesan agar sang anak tetap bersahaja, tetap merangkul seluruh kalangan, terutama para jenderal yang sudah lebih dahulu yang berada di tubuh Polri. Tito harus mampu memperkuat Polri dengan dukungan seluruh dari segenap pihak.

“Jika dimudahkan jalannya, saya ingin Tito tetap menjadi Tito yang dikenal bersahaja, hormat pada lebih tua, menyayangi yang lebih muda. Mudah bergaul dimanapun, sehingga akan banyak orang yang mendukung,” ujarnya.

Meski baru sembuh dari sakit dua bulan lalu, Achmad yang juga aktif menulis ini menuturkan, Tito memang nampak berbeda dibandingkan dengan saudara kandungnya. Tito yang sedari sekolah termasuk kalangan siswa yang berprestasi dan pernah menjabat sebagai ketua OSIS, memang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

Saat lulus dari SMAN 2 Palembang, Tito memperoleh empat kesempatan sekaligus untuk melanjutkan jenjang pendidikan. Namun, Tito tetap memilih untuk menjadi anggota Polri.

“Saat lulus SMA, ia berhasil lulus pada Fakultas Kedokteran Unsri, STAN, Fakultas Sospol UGM dan Polri. Tito teguh memilih Polri sebagai jalan hidupnya, berbeda dibandingkan tiga saudara lainnya yang memilih berkuliah,” jelas Achmad Saleh.

Sementara, sang ibu yang membesarkannya sejak di kelas lima SD, Supriyatini menuturkan banyak kisah Tito yang dikenangnya. Dia menilai Tito termasuk anak yang cerdas belajar. Setiap kali mendapatkan buku pelajaran baru dari sekolah, Tito langsung membacanya hingga habis.

Lalu, saat berangkat sekolah, Tito memilih tidak membawa banyak buku. Alasannya, karena sudah dibaca habis sebelum mulai dipelajari di sekolah.

“Anak itu memang beda, ia memang tidak secerdas saudara lainnya, tapi daya tanggapnya cepat. Sekolah hanya bawa beberapa buku, alasanya buku seluruhnya sudah dibacanya habis. Jika buku sudah dibaca habis, maka tidak perlu lagi membawa buku ke sekolah,” tutur Supriyatini menceritakan kisah Tito.

Selain itu, ia mengingat Tito merupakan anak yang memang dikenal bisa diterima di seluruh kalangan. Di rumah Jalan Sambu Nomor 36, Ilir Barat I ini, Tito dikenal banyak orang. Kesehariannya yang selalu bermain di lingkungan rumah, membuat orang-orang mengenal baik kepala BNPT di masa muda tersebut.

“Barulah setelah diterima Polri, Tito lebih banyak di luar Palembang,” ucap Supriyatini. Sementara itu, Supriyatini menyatakan Tito merintis jalan sebagai anggota Polri merupakan atas usahannya sendiri. Tito tidak memiliki riwayat keluarga pejabat di TNI atau Polri, sehingga perjalanannya di Polri dijalani dengan penuh pengorbanan.

"Sering juga Tito menceritakan bagaimana keluh kesahnya, apalagi beberapa kali dipercaya untuk mendapat lompatan karier yang bagus. Semoga Tito bisa menjalankan amanat, doakan saja,” ujarnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4357 seconds (0.1#10.140)