Persoalan Lapas Ibarat Usus Buntu, Menkumham Pura-pura Tak Tahu
A
A
A
JAKARTA - Persoalan di lembaga pemasyarakatan (lapas) yang selalu terulang butuh penanganan khusus. Alasannya, penghuni lapas adalah manusia juga tengah mencoba kembali lebih baik sebelum ke masyarakat.
Maka itu, budayawan Arswendo Atmowiloto menyebut persoalan di dalam lapas ibarat usus buntu yang baru diobati ketika sakit.
“Ada tapi dianggap tidak ada. Ketika ada masalah baru dilurusi,” ujar Arswendo dalam acara diskusi Polemik Sindo Trijaya bertajuk Ada Apa Dengan Lapas di Warung Daun Cikini Jakarta Sabtu (30/4/2016).
Pria nyentrik yang pernah menjadi warga binaan itu mencontohkan persoalan di Lapas Cipinang, Jakarta Timur, sejak tahun 1912 masalah dan penyebab yang ditemukan di sana selalu sama. (Baca: Ditjenpas Jelaskan Penyebab Kerusuhan, Kentutpun Jadi Persoalan)
“Sejak 1912 Cipinang tidak pernah berubah, cuma sekali ketika istilah pemasyarakatan itu ke luar. Menkumham juga tidak peduli atau (pura-pura) tidak tahu,” jelasnya.
Maka itu, budayawan Arswendo Atmowiloto menyebut persoalan di dalam lapas ibarat usus buntu yang baru diobati ketika sakit.
“Ada tapi dianggap tidak ada. Ketika ada masalah baru dilurusi,” ujar Arswendo dalam acara diskusi Polemik Sindo Trijaya bertajuk Ada Apa Dengan Lapas di Warung Daun Cikini Jakarta Sabtu (30/4/2016).
Pria nyentrik yang pernah menjadi warga binaan itu mencontohkan persoalan di Lapas Cipinang, Jakarta Timur, sejak tahun 1912 masalah dan penyebab yang ditemukan di sana selalu sama. (Baca: Ditjenpas Jelaskan Penyebab Kerusuhan, Kentutpun Jadi Persoalan)
“Sejak 1912 Cipinang tidak pernah berubah, cuma sekali ketika istilah pemasyarakatan itu ke luar. Menkumham juga tidak peduli atau (pura-pura) tidak tahu,” jelasnya.
(kur)