Lokasi Proyek Pengeboran Kereta Cepat di Halim Diberi Garis Polisi
A
A
A
JAKARTA - TNI AU mengamankan tujuh pekerja pengeboran proyek kereta cepat di kawasan Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur pada Selasa 26 April 2016 sekitar pukul 09.45 WIB. Lokasi tempat pengeboran yang dilakukan dua WNI dan lima orang warga negara asing (WNA) asal Tiongkok itu terbilang cukup tertutup.
Selain berada di dekat rumah warga, lokasi pengeboran tak berizin itu tersembunyi di antara jalan tol Jakarta-Cikampek dan pinggir kali. Pantauan di lokasi, garis polisi sudah dibentangkan agar tidak dapat dilalui warga.
Bekas pengerjaan yang dilakukan dalam semak perkebunan juga masih terlihat. Karena tertutup, warga sekitar pun mengira WNA itu sedang mengerjakan proyek jalan tol.
"Enggak tahu itu saya pikir proyek jalan tol," kata Arifin (45) warga RW 12, Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur, Rabu (27/4/2016).
Arifin dan beberapa warga kerap melihat WNA Tiongkok berada di lokasi pengeboran. Menurutnya, aktivitas biasa dilakukan setiap hari sejak pagi hingga sore hari. Kelima WNA itu ditangkap bersama dua pekerja WNI lainnya oleh Seksi Pertahanan Pangkalan Lanud Halim Perdanakusuma.
Sementara itu, Wahyu (34) warga lainnya mengetahui memang proyek itu digunakan untuk proyek kereta cepat. Dijelaskannya, pengerjaan proyek itu sudah berlangsung kurang lebih satu minggu. "Tapi kalau proses mengukur tanahnya, bawa alatnya kurang lebih sudah satu bulan," kata Wahyu.
Wahyu mengaku pernah menanyakan kepada para pekerja itu prihal izin proyek tersebut. Namun, saat itu para pekerja tidak dapat menunjukannya.
"Ini kan kami tahu tanah TNI AU, saya tanya mana surat izinnya (dari TNI AU). Dia jawabnya ada izin Amdalnya sudah sama (perusahaan) kontraktor," ujar Wahyu yang meniru ucapan WNA itu.
Para pekerja asing itu pun tak segan merusak sejumlah fasilitas yang ada di lokasi dan juga tanaman. "Itu dia rusak pembatas jalan tolnya. Lalu kebun-kebun warga juga rusak saat angkut alatnya. Tentu ini meresahkan," tutupnya.
Di lokasi, beberapa alat bor, pipa, dan selang juga masih nampak. Luas lahan yang dijadikan aktifitas pengeboran itu kurang lebih 8x10 meter. Sedangkan untuk kedalaman dari pengeboran itu kira-kira sekitar 50 meter.
Selain berada di dekat rumah warga, lokasi pengeboran tak berizin itu tersembunyi di antara jalan tol Jakarta-Cikampek dan pinggir kali. Pantauan di lokasi, garis polisi sudah dibentangkan agar tidak dapat dilalui warga.
Bekas pengerjaan yang dilakukan dalam semak perkebunan juga masih terlihat. Karena tertutup, warga sekitar pun mengira WNA itu sedang mengerjakan proyek jalan tol.
"Enggak tahu itu saya pikir proyek jalan tol," kata Arifin (45) warga RW 12, Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur, Rabu (27/4/2016).
Arifin dan beberapa warga kerap melihat WNA Tiongkok berada di lokasi pengeboran. Menurutnya, aktivitas biasa dilakukan setiap hari sejak pagi hingga sore hari. Kelima WNA itu ditangkap bersama dua pekerja WNI lainnya oleh Seksi Pertahanan Pangkalan Lanud Halim Perdanakusuma.
Sementara itu, Wahyu (34) warga lainnya mengetahui memang proyek itu digunakan untuk proyek kereta cepat. Dijelaskannya, pengerjaan proyek itu sudah berlangsung kurang lebih satu minggu. "Tapi kalau proses mengukur tanahnya, bawa alatnya kurang lebih sudah satu bulan," kata Wahyu.
Wahyu mengaku pernah menanyakan kepada para pekerja itu prihal izin proyek tersebut. Namun, saat itu para pekerja tidak dapat menunjukannya.
"Ini kan kami tahu tanah TNI AU, saya tanya mana surat izinnya (dari TNI AU). Dia jawabnya ada izin Amdalnya sudah sama (perusahaan) kontraktor," ujar Wahyu yang meniru ucapan WNA itu.
Para pekerja asing itu pun tak segan merusak sejumlah fasilitas yang ada di lokasi dan juga tanaman. "Itu dia rusak pembatas jalan tolnya. Lalu kebun-kebun warga juga rusak saat angkut alatnya. Tentu ini meresahkan," tutupnya.
Di lokasi, beberapa alat bor, pipa, dan selang juga masih nampak. Luas lahan yang dijadikan aktifitas pengeboran itu kurang lebih 8x10 meter. Sedangkan untuk kedalaman dari pengeboran itu kira-kira sekitar 50 meter.
(kri)