Melawan Faksionalisme, Tantangan Terbesar Ketum Baru Golkar
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda menilai, Partai Golkar memiliki faksi yang kuat dibandingkan dengan partai politik (parpol) lain. Hal itu dianggap sebagai tantangan terbesar Partai Golkar.
"Tantangan Golkar adalah melawan dirinya sendiri. Yang terberat melawan faksionalisme," ujar Hanta saat diskusi bertajuk 'Golkar Menuju Partai Progresif' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (13/4/2016).
Menurut Hanta, awal perpecahan Golkar setelah reformasi 98, dimana terjadi perpecahan kubu sipil dan militer. "Di Pilpres 1999 basis pembelahan faksi jejaring ormas, 2004 faksinya individual sejak ada konvensi," katanya.
Kata Hanta, lahirnya konvensi di Partai Golkar menyebabkan adanya patron politik serta jejaring sumber daya ekonomi yang diikuti kader dan pengurus Golkar. Sistem faksionalisme pun menguat sejak Pemilu 2004, dan sempat mencair kembali pasca Pemilu 2009.
"Tantangan ketum Golkar ke depan bagaimana memiliki resep mengelola faksi-faksi yang kuat. Golkar sudah berhasil melakukan depersonalisasi di partainya," pungkasnya.
"Tantangan Golkar adalah melawan dirinya sendiri. Yang terberat melawan faksionalisme," ujar Hanta saat diskusi bertajuk 'Golkar Menuju Partai Progresif' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (13/4/2016).
Menurut Hanta, awal perpecahan Golkar setelah reformasi 98, dimana terjadi perpecahan kubu sipil dan militer. "Di Pilpres 1999 basis pembelahan faksi jejaring ormas, 2004 faksinya individual sejak ada konvensi," katanya.
Kata Hanta, lahirnya konvensi di Partai Golkar menyebabkan adanya patron politik serta jejaring sumber daya ekonomi yang diikuti kader dan pengurus Golkar. Sistem faksionalisme pun menguat sejak Pemilu 2004, dan sempat mencair kembali pasca Pemilu 2009.
"Tantangan ketum Golkar ke depan bagaimana memiliki resep mengelola faksi-faksi yang kuat. Golkar sudah berhasil melakukan depersonalisasi di partainya," pungkasnya.
(kri)