HT: Pemimpin Harus Kesampingkan Kepentingan Pribadi
A
A
A
JAKARTA - Seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan yang dipimpinnya, dibandingkan kepentingan pribadi. Itulah kunci keberhasilan menjadi pemimpin menurut Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT).
“Jadi banyak orang yang sudah menjadi pemimpin malah lupa karena kekuasaan itu sering kali membuat orang takabur. Akhirnya malah berpikir untuk dirinya sendiri. Tidak boleh," katanya di Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, asuhan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, Minggu (13/3/2016).
Menurutnya, seorang pemimpin harus berpikir untuk kepentingan tugas. "Jadi kalau tugasnya melayani, jadilah pelayan yang baik,” sambungnya.
Untuk mengindari takabur, seorang pemimpin juga harus memiliki kualitas vertikal yang baik. Vertikal yang dimaksud adalah hubungan antara manusia dengan pencipta-Nya.
“Orang yang memiliki kualitas vertikal baik cenderung rendah hati, itu penting. Orang yang rendah hati selalu menjaga diri agar tidak kecebur karena seringkali kekuasaan itu memabukkan,” kata pria kelahiran Jawa Timur ini.
Selain kualitas vertikal, yang juga penting untuk diperhatikan adalah kualitas internal dan eksternal. Kualitas internal adalah tentang introspeksi diri, mengevaluasi diri, dan membuang hal yang tidak baik dari dalam diri.
Sementara kualitas eksternal adalah memberikan yang terbaik sesuai kapasitasnya. “Adik-adik harus punya visi. Di dalam setiap kehidupan kita harus punya visi, harus punya tujuan. Kalau punya tujuan hidupnya jelas,” tuturnya.
Dia mengatakan, dengan memiliki visi maka seseorang bisa memiliki harapan, motivasi, dan berpikiran positif. Hal itulah yang harus terus dijaga. Dengan punya visi yang jelas seseorang juga tidak mudah terombang-ambing.
Apa pun profesi yang akan dikejar oleh para santri nantinya harus segera dipikirkan dan diputuskan. Kemudian tinggal memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan cita-cita tersebut.
Pendidikan, tuturnya, tak harus mahal. Sebab karier terbangun tidak dari asal sekolahnya atau perguruan tingginya. Namun lebih kepada kualitas pribadi orang tersebut.
Hary mengatakan, untuk menjadi berhasil harus terus mau belajar, bekerja keras, rajin, dan jujur. Sebab keberhasilan harus diraih dengan usaha. “Kesuksesan harus dibangun. Rezeki ada di tangan Tuhan, tapi kita juga harus berusaha,” tuturnya.
Hary berkilas balik tentang masa lalunya ketika dia seusia dengan para santri. Saat itu, dia diskors karena sering berkelahi dan tawuran. Saking seringnya tawuran HT harus drop out.
Agar bisa mendapatkan ijazah dia pun harus mengikuti ujian persamaan. Selepas SMA adalah titik baliknya. Dari sebelumnya bandel luar biasa menjadi sangat rajin hingga akhirnya dia lulus cum laude.
Malah, HT juga mengajar menjadi dosen. Pria yang sudah memiliki dua cucu itu aktif dan rutin mengajar. Hingga kini, sudah lebih dari 100 perguruan tinggi di Indonesia yang dia datangi.
Dalam pertemuan itu, HT juga memberikan wawasan kebangsaan. Dia menggambarkan bagaimana kondisi Indonesia saat ini dan apa yang akan dihadapi oleh Indonesia ke depan, serta potensi yang dimiliki negara ini.
Sementara itu, Said Aqil berpesan kepada santri agar memiliki kepribadian yang tangguh dan menuntaskan pendidikannya. “Kalau sarjana sampai punya ijazah kesarjanaan, kuncinya ada di kalian, bagaimana arahnya, bisa dibina sambil jalan,” terangnya.
Di luar itu Said mengatakan, mudah-mudahan Partai Perindo yang dipimpin HT dapat bermanfaat bagi bangsa. “Perindo agendanya untuk pengabdian rakyat,” tandasnya. Dia melanjutkan selama ini Perindo selalu menyuarakan visi misi membantu dan membangun ekonomi kerakyatan.
“Jadi banyak orang yang sudah menjadi pemimpin malah lupa karena kekuasaan itu sering kali membuat orang takabur. Akhirnya malah berpikir untuk dirinya sendiri. Tidak boleh," katanya di Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, asuhan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, Minggu (13/3/2016).
Menurutnya, seorang pemimpin harus berpikir untuk kepentingan tugas. "Jadi kalau tugasnya melayani, jadilah pelayan yang baik,” sambungnya.
Untuk mengindari takabur, seorang pemimpin juga harus memiliki kualitas vertikal yang baik. Vertikal yang dimaksud adalah hubungan antara manusia dengan pencipta-Nya.
“Orang yang memiliki kualitas vertikal baik cenderung rendah hati, itu penting. Orang yang rendah hati selalu menjaga diri agar tidak kecebur karena seringkali kekuasaan itu memabukkan,” kata pria kelahiran Jawa Timur ini.
Selain kualitas vertikal, yang juga penting untuk diperhatikan adalah kualitas internal dan eksternal. Kualitas internal adalah tentang introspeksi diri, mengevaluasi diri, dan membuang hal yang tidak baik dari dalam diri.
Sementara kualitas eksternal adalah memberikan yang terbaik sesuai kapasitasnya. “Adik-adik harus punya visi. Di dalam setiap kehidupan kita harus punya visi, harus punya tujuan. Kalau punya tujuan hidupnya jelas,” tuturnya.
Dia mengatakan, dengan memiliki visi maka seseorang bisa memiliki harapan, motivasi, dan berpikiran positif. Hal itulah yang harus terus dijaga. Dengan punya visi yang jelas seseorang juga tidak mudah terombang-ambing.
Apa pun profesi yang akan dikejar oleh para santri nantinya harus segera dipikirkan dan diputuskan. Kemudian tinggal memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan cita-cita tersebut.
Pendidikan, tuturnya, tak harus mahal. Sebab karier terbangun tidak dari asal sekolahnya atau perguruan tingginya. Namun lebih kepada kualitas pribadi orang tersebut.
Hary mengatakan, untuk menjadi berhasil harus terus mau belajar, bekerja keras, rajin, dan jujur. Sebab keberhasilan harus diraih dengan usaha. “Kesuksesan harus dibangun. Rezeki ada di tangan Tuhan, tapi kita juga harus berusaha,” tuturnya.
Hary berkilas balik tentang masa lalunya ketika dia seusia dengan para santri. Saat itu, dia diskors karena sering berkelahi dan tawuran. Saking seringnya tawuran HT harus drop out.
Agar bisa mendapatkan ijazah dia pun harus mengikuti ujian persamaan. Selepas SMA adalah titik baliknya. Dari sebelumnya bandel luar biasa menjadi sangat rajin hingga akhirnya dia lulus cum laude.
Malah, HT juga mengajar menjadi dosen. Pria yang sudah memiliki dua cucu itu aktif dan rutin mengajar. Hingga kini, sudah lebih dari 100 perguruan tinggi di Indonesia yang dia datangi.
Dalam pertemuan itu, HT juga memberikan wawasan kebangsaan. Dia menggambarkan bagaimana kondisi Indonesia saat ini dan apa yang akan dihadapi oleh Indonesia ke depan, serta potensi yang dimiliki negara ini.
Sementara itu, Said Aqil berpesan kepada santri agar memiliki kepribadian yang tangguh dan menuntaskan pendidikannya. “Kalau sarjana sampai punya ijazah kesarjanaan, kuncinya ada di kalian, bagaimana arahnya, bisa dibina sambil jalan,” terangnya.
Di luar itu Said mengatakan, mudah-mudahan Partai Perindo yang dipimpin HT dapat bermanfaat bagi bangsa. “Perindo agendanya untuk pengabdian rakyat,” tandasnya. Dia melanjutkan selama ini Perindo selalu menyuarakan visi misi membantu dan membangun ekonomi kerakyatan.
(san)