Zaki Iskandar Dinilai Penuhi Kriteria Jadi Caketum Golkar
A
A
A
JAKARTA - Ketua DPD Partai Golkar Tangerang Ahmed Zaki Iskandar dinilai layak untuk maju dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar yang akan datang. Bupati Tangerang tersebut dinilai memiliki sejumlah keunggulan sehingga tepat kalau menjadi Ketua Umum DPP Partai Golkar.
Direktur Institute for Transformation Studies (INTRANS) Andi Saiful Haq mengatakan, Munaslub tahun ini merupakan momentum yang tepat bagi Partai Golkar untuk melakukan peremajaan, sekaligus perubahan mendasar pada tradisi parpolnya.
"Meski dinamis, Golkar punya kecenderungan retak dari masa ke masa. Pecahannya kemudian jadi parpol baru, ini karena tradisi 'the winner takes it all'. Ketum yang menang akan ngatur semuanya. Karena dia membiayai semuanya. Konsekuensinya, kebijakan parpol jadi sangat subjektif," ujar saat dihubungi, Minggu (14/2/2016).
Dalam konteks itulah, dia mengapresiasi Aburizal Bakrie (Ical) yang memutuskan untuk tidak maju dan mendorong para tokoh-tokoh muda. Apalagi, Ical juga merestui semua yang berniat maju.
Dia menilai, kriteria calon ketua umum Golkar harus melihat trend politik sekarang. Yaitu, tokoh muda, dicintai publik, punya rekam jejak memimpin daerah, komunikasi politik yang baik ke semua orang, namun tegas dalam penegakan hukum.
"Golkar harus dipimpin oleh orang muda yang punya rekam jejak seperti itu, jangan lagi memilih tokoh yang murni pengusaha atau politisi. Tapi tidak pernah memimpin wilayah.
Dia menilai, dari sejumlah calon yang muncul saat ini, Zaki Iskandar yang merupakan Bupati Tangerang itu memenuhi kriteria di atas.
"Zaki Iskandar saya rasa salah satu intan yang terpendam di Golkar. Dia tidak banyak bicara yang bukan urusannya. Dia fokus ketika menjadi Bupati Tangerang. Gebrak Pakumis adalah salah satu catatan keberhasilan Zaki, tidak mudah memimpin di Tangerang dan Zaki menunjukkan dirinya mampu," tandasnya.
Direktur Institute for Transformation Studies (INTRANS) Andi Saiful Haq mengatakan, Munaslub tahun ini merupakan momentum yang tepat bagi Partai Golkar untuk melakukan peremajaan, sekaligus perubahan mendasar pada tradisi parpolnya.
"Meski dinamis, Golkar punya kecenderungan retak dari masa ke masa. Pecahannya kemudian jadi parpol baru, ini karena tradisi 'the winner takes it all'. Ketum yang menang akan ngatur semuanya. Karena dia membiayai semuanya. Konsekuensinya, kebijakan parpol jadi sangat subjektif," ujar saat dihubungi, Minggu (14/2/2016).
Dalam konteks itulah, dia mengapresiasi Aburizal Bakrie (Ical) yang memutuskan untuk tidak maju dan mendorong para tokoh-tokoh muda. Apalagi, Ical juga merestui semua yang berniat maju.
Dia menilai, kriteria calon ketua umum Golkar harus melihat trend politik sekarang. Yaitu, tokoh muda, dicintai publik, punya rekam jejak memimpin daerah, komunikasi politik yang baik ke semua orang, namun tegas dalam penegakan hukum.
"Golkar harus dipimpin oleh orang muda yang punya rekam jejak seperti itu, jangan lagi memilih tokoh yang murni pengusaha atau politisi. Tapi tidak pernah memimpin wilayah.
Dia menilai, dari sejumlah calon yang muncul saat ini, Zaki Iskandar yang merupakan Bupati Tangerang itu memenuhi kriteria di atas.
"Zaki Iskandar saya rasa salah satu intan yang terpendam di Golkar. Dia tidak banyak bicara yang bukan urusannya. Dia fokus ketika menjadi Bupati Tangerang. Gebrak Pakumis adalah salah satu catatan keberhasilan Zaki, tidak mudah memimpin di Tangerang dan Zaki menunjukkan dirinya mampu," tandasnya.
(kri)