GP Ansor Cegah Penyebaran Radikalisme Melalui Buku Pelajaran
A
A
A
JAKARTA - Gerakan Pemuda (GP) Ansor melarang kadernya untuk melakukan sweeping terhadap buku pelajaran yang mengandung paham radikal di sekolah, karena khawatir berdampak besar terhadap psikologi anak.
Namun, GP Ansor selalu siap membantu dinas terkait dalam menjalankan pencegahan atas masuknya paham radikal ke dunia pendidikan. Pihaknya juga meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi trik nakal para penyebar radikalisme.
"Bayangkan di jilid lima ada kata seperti bantai kiai. Dalam analisa kami, buku ini dirancang untuk indoktrinasi dan inideologisasi," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) GP Ansor, Adung Abdurrochman, Jakarta, Jumat (29/1/2016).
Dia khawatir dampak negatif penyebaran buku berisi paham radikal sangat besar jika lambat direspons. Apalagi, kata dia, para penyebar paham radikal ini menyasar anak usia dini, sehingga perlu tindakan masif untuk memberantasnya.
"Mereka juga menanamkan nama-nama tokoh radikal yang anak TK tidak paham seperti Bin Baz. Itu ulama garis keras dari Arab Saudi penganut paham salafy wahabi yang nama panjangnya kalau tidak salah Abdullah bin Baz," ucapnya.
Baca: Menkominfo Ungkap Jumlah Situs Berkonten Radikal Meningkat.
Namun, GP Ansor selalu siap membantu dinas terkait dalam menjalankan pencegahan atas masuknya paham radikal ke dunia pendidikan. Pihaknya juga meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi trik nakal para penyebar radikalisme.
"Bayangkan di jilid lima ada kata seperti bantai kiai. Dalam analisa kami, buku ini dirancang untuk indoktrinasi dan inideologisasi," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) GP Ansor, Adung Abdurrochman, Jakarta, Jumat (29/1/2016).
Dia khawatir dampak negatif penyebaran buku berisi paham radikal sangat besar jika lambat direspons. Apalagi, kata dia, para penyebar paham radikal ini menyasar anak usia dini, sehingga perlu tindakan masif untuk memberantasnya.
"Mereka juga menanamkan nama-nama tokoh radikal yang anak TK tidak paham seperti Bin Baz. Itu ulama garis keras dari Arab Saudi penganut paham salafy wahabi yang nama panjangnya kalau tidak salah Abdullah bin Baz," ucapnya.
Baca: Menkominfo Ungkap Jumlah Situs Berkonten Radikal Meningkat.
(kur)