EC725 Cougar, Pesaing Sepadan Helikopter AW101
A
A
A
PEMERINTAH RI, melalui TNI Angkatan Udara, berencana memperbarui helikopter kepresidenan untuk menunjang aktivitas Presiden dan Wakil Presiden RI serta tamu negara yang bersifat very very important person (VVIP). Helikopter produksi Agusta Westland, AW101, dipilih untuk menggantikan Super Puma yang sudah dimakan usia.
Sontak, isu ini mencuat. Di samping dianggap mendadak oleh banyak kalangan dan tidak diketahui oleh DPR, pembelian helikopter AW101 tidak sesuai dengan Pasal 43 Undang-undang No 16 tentang Industri Pertahanan. Seperti muatan lokal yang harus dipenuhi, dan harus mengikutsertakan partisipasi industri pertahanan dalam negeri.
Sejatinya, PT Dirgantara Indonesia telah menawarkan helikopter lain yang sepadan untuk kepentingan aktivitas Presiden RI. Helikopter ini pun tak kalah mumpuni atau diklaim lebih unggul dibanding AW101, yakni helikopter Airbus EC725 Caracal (Super Cougar). Sebuah helikopter dari keluarga Eurocopter ini lazim ditulis EC725 Cougar.
EC725 Cougar memang produksi luar negeri, Prancis tepatnya. Namun helikopter ini mengandung muatan lokal. PT Dirgantara Indonesia klaim, 20% komponen EC725 Cougar buatan hanggarnya. Pernah diberitakan, PT Dirgantara Indonesia membuat komponen badan utama serta ekor heli ini. Bahkan heli ini dapat dirakit di hanggar PT Dirgantara Indonesia.
EC725 disebutkan berharga lebih murah dibanding AW101. Jika AW101 berharga USD55 juta, EC725 berada di kisaran USD35 juta. Terkait suku cadang, tentu akan lebih mudah. Karena PT Dirgantara Indonesia bisa menjaminnya. Dengan jaminan komponen dari industri pertahanan dalam negeri, tentunya bebas dari embargo negara lain.
Lalu seperti apa kehebatan dan spesifikasi EC725 Caracal juga bernama Super Cougar ini?
EC725 merupakan helikopter transportasi taktis jarak jauh untuk militer. Heli bermesin ganda ini bisa dikustomisasi. Kapasitas penumpang hingga 29 tentara plus dua awak. Heli ini bisa digunakan untuk transportasi pasukan, evakuasi korban, pencarian tempur, dan misi penyelamatan.
Yang menarik, EC725 bisa melakukan pengisian bahan bakar di udara. Sehingga bisa mendukung misi jarak jauh dan lama.
EC725 Cougar didesain antipeluru di bagian bawahnya, mengingat serangan terhadap helikopter dominan dari bagian bawah. Badan heli pun dilapisi pelat baja untuk melindungi awak dan penumpang dari serangan. Rotor utama dan ekor tahan terjangan dari proyektil maupun senapan mesin berat.
Kokpit EC725 dilengkapi berbagai alat digital yang kompatibel dengan night vision system (NVS). Seperti personal locator system (PLS), lampu pencari, forward looking infra red (FLIR), radar pendeteksi, night vision goggles (NVG) untuk awak. Kelengkapan ini memudahkan kebutuhan fungsi heli dalam menjalankan misi penyelamatan atau pencarian.
Untuk misi pertempuran dan menghadapi serangan, EC725 dilengkapi sistem peringatan rudal, pengacau infra merah dan radar, serta flare decoy. Dalam beberapa kustomisasi yang diperlihatkan produsen, EC725 bisa dipersenjatai dengan dua pucuk FN MAG kaliber 7,62 mm sebagai door gun, dua pod kanon GIAT kaliber 20mm (setiap pod terdiri dari 180 amunisi), membawa peluncur roket Forges Zeebrugge 2,75 inch (satu peluncur berisi maksimal 19 roket).
Spesifikasi umum
Kru: 1 atau 2 (pilot + co-pilot)
Kapasitas: 29 tentara berbeban 5.670 kilogram
Panjang: 19,5 meter
Tinggi: 4,6 meter
Berat kosong: 5.330 kg
Berat kotor: 11.000 kg
Max berat lepas landas: 11.200 kg
Powerplant: 2 × Turbomeca Makila 2A1 mesin turboshaft, 1.776 kW (2.382 hp)
Kecepatan maksimum: 324 km/jam
Kecepatan jelajah: 285 km/jam
Capaian jelajah: 857 km
Ketinggian maksimum: 6.095 meter
Daya panjat: 7,4 meter/detik
Jika dibandingkan dengan AW101 yang dipakai hanya empat negara, EC725 dikabarkan telah dipakai sedikitnya 32 kepala negara. EC725 telah terbukti di beberapa daerah konflik, seperti Lebanon, Afghanistan, Mali, atau Libya. Sementara AW101 hanya pernah diturunkan di daerah konflik Afghanistan saja.
Meski EC725 memiliki keunggulan yang mumpuni, TNI Angkatan Udara tetap memilih AW101. Pemilihan ini telah berdasarkan kajian yang dilakukan Renstra TNI AU. Kepala Staf TNI AU Marsekal Agus Supriatna menjelaskan, pertimbangan utama pemilihan helikopter kepresidenan adalah faktor nyaman, aman, dan tentram.
"Setelah kami lihat, kabin harus tinggi. Kita harus menghargai tamu negara. AW ini tingginya 183 cm. Kedua, dia take off langsung pakai tiga mesin, jalan dua mesin, landing dua mesin," tutur Agus di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis 26 November 2015 lalu.
Merunut penjelasan KSAU di atas, mana lebih penting, faktor kenyamanan atau faktor keamanan Presiden/Wakil Presiden atau tamu negara? Atau malah tak perlu ada pembelian helikopter kepresidenan.
PILIHAN:
Pilih Mana, Sukhoi SU-35 Rusia atau F-16 Viper Amerika?
Kapal Selam Rusia Perkuat RI, Negara Tetangga Gemetar
Sontak, isu ini mencuat. Di samping dianggap mendadak oleh banyak kalangan dan tidak diketahui oleh DPR, pembelian helikopter AW101 tidak sesuai dengan Pasal 43 Undang-undang No 16 tentang Industri Pertahanan. Seperti muatan lokal yang harus dipenuhi, dan harus mengikutsertakan partisipasi industri pertahanan dalam negeri.
Sejatinya, PT Dirgantara Indonesia telah menawarkan helikopter lain yang sepadan untuk kepentingan aktivitas Presiden RI. Helikopter ini pun tak kalah mumpuni atau diklaim lebih unggul dibanding AW101, yakni helikopter Airbus EC725 Caracal (Super Cougar). Sebuah helikopter dari keluarga Eurocopter ini lazim ditulis EC725 Cougar.
EC725 Cougar memang produksi luar negeri, Prancis tepatnya. Namun helikopter ini mengandung muatan lokal. PT Dirgantara Indonesia klaim, 20% komponen EC725 Cougar buatan hanggarnya. Pernah diberitakan, PT Dirgantara Indonesia membuat komponen badan utama serta ekor heli ini. Bahkan heli ini dapat dirakit di hanggar PT Dirgantara Indonesia.
EC725 disebutkan berharga lebih murah dibanding AW101. Jika AW101 berharga USD55 juta, EC725 berada di kisaran USD35 juta. Terkait suku cadang, tentu akan lebih mudah. Karena PT Dirgantara Indonesia bisa menjaminnya. Dengan jaminan komponen dari industri pertahanan dalam negeri, tentunya bebas dari embargo negara lain.
Lalu seperti apa kehebatan dan spesifikasi EC725 Caracal juga bernama Super Cougar ini?
EC725 merupakan helikopter transportasi taktis jarak jauh untuk militer. Heli bermesin ganda ini bisa dikustomisasi. Kapasitas penumpang hingga 29 tentara plus dua awak. Heli ini bisa digunakan untuk transportasi pasukan, evakuasi korban, pencarian tempur, dan misi penyelamatan.
Yang menarik, EC725 bisa melakukan pengisian bahan bakar di udara. Sehingga bisa mendukung misi jarak jauh dan lama.
EC725 Cougar didesain antipeluru di bagian bawahnya, mengingat serangan terhadap helikopter dominan dari bagian bawah. Badan heli pun dilapisi pelat baja untuk melindungi awak dan penumpang dari serangan. Rotor utama dan ekor tahan terjangan dari proyektil maupun senapan mesin berat.
Kokpit EC725 dilengkapi berbagai alat digital yang kompatibel dengan night vision system (NVS). Seperti personal locator system (PLS), lampu pencari, forward looking infra red (FLIR), radar pendeteksi, night vision goggles (NVG) untuk awak. Kelengkapan ini memudahkan kebutuhan fungsi heli dalam menjalankan misi penyelamatan atau pencarian.
Untuk misi pertempuran dan menghadapi serangan, EC725 dilengkapi sistem peringatan rudal, pengacau infra merah dan radar, serta flare decoy. Dalam beberapa kustomisasi yang diperlihatkan produsen, EC725 bisa dipersenjatai dengan dua pucuk FN MAG kaliber 7,62 mm sebagai door gun, dua pod kanon GIAT kaliber 20mm (setiap pod terdiri dari 180 amunisi), membawa peluncur roket Forges Zeebrugge 2,75 inch (satu peluncur berisi maksimal 19 roket).
Spesifikasi umum
Kru: 1 atau 2 (pilot + co-pilot)
Kapasitas: 29 tentara berbeban 5.670 kilogram
Panjang: 19,5 meter
Tinggi: 4,6 meter
Berat kosong: 5.330 kg
Berat kotor: 11.000 kg
Max berat lepas landas: 11.200 kg
Powerplant: 2 × Turbomeca Makila 2A1 mesin turboshaft, 1.776 kW (2.382 hp)
Kecepatan maksimum: 324 km/jam
Kecepatan jelajah: 285 km/jam
Capaian jelajah: 857 km
Ketinggian maksimum: 6.095 meter
Daya panjat: 7,4 meter/detik
Jika dibandingkan dengan AW101 yang dipakai hanya empat negara, EC725 dikabarkan telah dipakai sedikitnya 32 kepala negara. EC725 telah terbukti di beberapa daerah konflik, seperti Lebanon, Afghanistan, Mali, atau Libya. Sementara AW101 hanya pernah diturunkan di daerah konflik Afghanistan saja.
Meski EC725 memiliki keunggulan yang mumpuni, TNI Angkatan Udara tetap memilih AW101. Pemilihan ini telah berdasarkan kajian yang dilakukan Renstra TNI AU. Kepala Staf TNI AU Marsekal Agus Supriatna menjelaskan, pertimbangan utama pemilihan helikopter kepresidenan adalah faktor nyaman, aman, dan tentram.
"Setelah kami lihat, kabin harus tinggi. Kita harus menghargai tamu negara. AW ini tingginya 183 cm. Kedua, dia take off langsung pakai tiga mesin, jalan dua mesin, landing dua mesin," tutur Agus di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis 26 November 2015 lalu.
Merunut penjelasan KSAU di atas, mana lebih penting, faktor kenyamanan atau faktor keamanan Presiden/Wakil Presiden atau tamu negara? Atau malah tak perlu ada pembelian helikopter kepresidenan.
PILIHAN:
Pilih Mana, Sukhoi SU-35 Rusia atau F-16 Viper Amerika?
Kapal Selam Rusia Perkuat RI, Negara Tetangga Gemetar
(hyk)