Laut Merah, Lokasi Favorit Piknik Jamaah Haji Indonesia
A
A
A
JEDDAH - Pesisir Pantai Laut Merah, Jeddah seperti memiliki magnet yang menarik bagi jamaah haji Indonesia untuk mengunjunginya. Meski sudah ada imbauan dari Pemerintah Arab Saudi agar jamaah tidak berkunjung ke Jeddah karena bukan kota perhajian, namun tetap saja jamaah haji dari berbagai negara berkunjung.
Seperti akhir pekan lalu, jamaah haji Indonesia berjubel di halaman Masjid Al Rahma yang tepat berada di bibir pantai. Masjid yang lebih terkenal dengan sebutan masjid terapung ini berada di tepi Jalan Corniche, Kompleks Al Shati. Rata-rata jamaah Indonesia penasaran dengan masjid terapung ini.
“Awalnya penasaran dengan masjid terapung. Tapi setelah sampai di sini ya biasa saja. Lebih indah Indonesia,” kata Lasiyanto, jamaah haji kelompok terbang (kloter) 29 Solo (SOC) saat ditemui SINDO, Senin (5/10/2015).
Sementara istri Lasiyanto, Wuryati memiliki kesan yang berbeda. “Menurut saya indah ya, menyenangkan. Saya jadi tahu sejarah Raja Firaun yang dulu pernah tenggelam di Laut Merah dan penasaran dengan masjid terapung,” tutur Wuryati yang tinggal di Prambanan, Yogyakarta.
Rombongan jamaah haji asal Kabupaten Sleman ini mengaku dikoordinir oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) untuk pergi ziarah ke Jeddah. Setiap jamaah ditarik biaya 50 riyal atau sekitar Rp190.000. Mereka mendapatkan paket kunjungan ke pesisir Laut Merah, masjid terapung, Masjid Qisas dan belanja oleh-oleh di Balad Corniche Commercial Center atau yang sering disebut Balad.
“Kami berangkat sewa bus, dan dapat makan siang. Semua sudah diatur oleh KBIH,” jelasnya.
Seusai namanya, Masjid Qisas terkenal karena merupakan lokasi tempat qisas atau memancung (memenggal) kepala bagi terpidana yang dihukuman pancung karena membunuh dan kejahatan berat lainnya. Lokasi tempat hukuman qisas berada persis di samping masjid.
Sedangkan Eko Sigit Purwanto, jamaah haji dari Tulungagung, Jawa Timur mengaku awalnya penasaran dengan masjid terapung. Namun setelah melihat kesannya berbeda. “Tadi bayangan kita mau jiarah ke laut merah dan masjid terapung. Bayangan kita para jamaah itu kan masjidnya terapung di Laut Merah, tapi ternyata tidak. Di bawahnya ada beton yang menahan. Ya kecewa ndak kecewa karena sudah sampai di sini,” ujarnya.
Meski demikian, menurutnya masjid terapung memiliki keindahan interior yang berbeda dari masjid di Arab Saudi pada umumnya. “Kubah dan interior dserta kaligrafinya di dalam masjid khas dan bagus. Kalau mengapungnya sudah tak kagum lagi,” jelasnya. Dari prasasti yang ditempel di dinding masjid diketahui bahwa masjid terapung dibangun 1986 silam.
Dia bersama rombongannya dari kloter 60 Surabaya (SUB) berangkat dari pemondokan di Mekkah dengan tiga bus ke Jeddah. Rencananya mereka akan berangkat ke Madinah pada 13 Oktober mendatang untuk melakukan Arbain di Masjid Nabawi selama 8 hari.
Kota Jeddah memiliki garis pantai Laut Merah sepanjang 80 kilometer, sehingga sehingga sering disebut sebagai the bride from the red sea atau pengantin laut merah. Dinamakan Laut Merah karena banyak ganggang berwarna merah yang ada di dalam air laut, sehingga terlihat berwarna merah.
PILIHAN:
Eks Kassospol ABRI: Jokowi Sering Blunder Karena Kebanyakan Janji
Mendagri Era Habibie Yakin Perindo Bisa Rebut Hati Masyarakat
Seperti akhir pekan lalu, jamaah haji Indonesia berjubel di halaman Masjid Al Rahma yang tepat berada di bibir pantai. Masjid yang lebih terkenal dengan sebutan masjid terapung ini berada di tepi Jalan Corniche, Kompleks Al Shati. Rata-rata jamaah Indonesia penasaran dengan masjid terapung ini.
“Awalnya penasaran dengan masjid terapung. Tapi setelah sampai di sini ya biasa saja. Lebih indah Indonesia,” kata Lasiyanto, jamaah haji kelompok terbang (kloter) 29 Solo (SOC) saat ditemui SINDO, Senin (5/10/2015).
Sementara istri Lasiyanto, Wuryati memiliki kesan yang berbeda. “Menurut saya indah ya, menyenangkan. Saya jadi tahu sejarah Raja Firaun yang dulu pernah tenggelam di Laut Merah dan penasaran dengan masjid terapung,” tutur Wuryati yang tinggal di Prambanan, Yogyakarta.
Rombongan jamaah haji asal Kabupaten Sleman ini mengaku dikoordinir oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) untuk pergi ziarah ke Jeddah. Setiap jamaah ditarik biaya 50 riyal atau sekitar Rp190.000. Mereka mendapatkan paket kunjungan ke pesisir Laut Merah, masjid terapung, Masjid Qisas dan belanja oleh-oleh di Balad Corniche Commercial Center atau yang sering disebut Balad.
“Kami berangkat sewa bus, dan dapat makan siang. Semua sudah diatur oleh KBIH,” jelasnya.
Seusai namanya, Masjid Qisas terkenal karena merupakan lokasi tempat qisas atau memancung (memenggal) kepala bagi terpidana yang dihukuman pancung karena membunuh dan kejahatan berat lainnya. Lokasi tempat hukuman qisas berada persis di samping masjid.
Sedangkan Eko Sigit Purwanto, jamaah haji dari Tulungagung, Jawa Timur mengaku awalnya penasaran dengan masjid terapung. Namun setelah melihat kesannya berbeda. “Tadi bayangan kita mau jiarah ke laut merah dan masjid terapung. Bayangan kita para jamaah itu kan masjidnya terapung di Laut Merah, tapi ternyata tidak. Di bawahnya ada beton yang menahan. Ya kecewa ndak kecewa karena sudah sampai di sini,” ujarnya.
Meski demikian, menurutnya masjid terapung memiliki keindahan interior yang berbeda dari masjid di Arab Saudi pada umumnya. “Kubah dan interior dserta kaligrafinya di dalam masjid khas dan bagus. Kalau mengapungnya sudah tak kagum lagi,” jelasnya. Dari prasasti yang ditempel di dinding masjid diketahui bahwa masjid terapung dibangun 1986 silam.
Dia bersama rombongannya dari kloter 60 Surabaya (SUB) berangkat dari pemondokan di Mekkah dengan tiga bus ke Jeddah. Rencananya mereka akan berangkat ke Madinah pada 13 Oktober mendatang untuk melakukan Arbain di Masjid Nabawi selama 8 hari.
Kota Jeddah memiliki garis pantai Laut Merah sepanjang 80 kilometer, sehingga sehingga sering disebut sebagai the bride from the red sea atau pengantin laut merah. Dinamakan Laut Merah karena banyak ganggang berwarna merah yang ada di dalam air laut, sehingga terlihat berwarna merah.
PILIHAN:
Eks Kassospol ABRI: Jokowi Sering Blunder Karena Kebanyakan Janji
Mendagri Era Habibie Yakin Perindo Bisa Rebut Hati Masyarakat
(kri)