Teknologi Tak Membuat Siswa Sekolah Bertambah Pintar dan Berprestasi

Rabu, 16 September 2015 - 10:26 WIB
Teknologi Tak Membuat Siswa Sekolah Bertambah Pintar dan Berprestasi
Teknologi Tak Membuat Siswa Sekolah Bertambah Pintar dan Berprestasi
A A A
Ketergantungan teknologi dalam sistem pendidikan sudah menjadi hal yang lazim. Anak belajar menggunakan laptop dan tablet terkadang menjadi kewajiban.

Padahal, teknologi tak berdampak serius terhadap peningkatan kecerdasan dan kemampuan berpikir siswa. Teknologi hanya sekedar alat yang memanjakan siswa. Dalam laporan penelitian Organisasi untuk Kerja sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyebutkan, komputer tidak membantu meningkatkan hasil akademik siswa sekolah.

Justru, teknologi bisa menghambat kemampuan siswa. Hampir tiga perempat siswa yang menggunakan komputer di seluruh dunia yang disurvei tidak menunjukkan adanya peningkatan prestasi. Hal berbeda justru di sekolah yang tersebar, di sebagian Asia di mana ponsel pintar dan komputer tidak menjadi bagian terintegrasi dalam kehidupan masyarakat.

Di Asia, prestasi siswa tanpa kehadiran teknologi justru lebih baik. Di Korea Selatan, penggunaan komputer hanya sembilan menit di sekolah, sedangkan di Hong Kong hanya 11 menit. Kalau di Australia, penggunaan komputer mencapai 58 menit, di Yunani hingga 42 menit, dan Swedia mencapai 39 menit.

”Jika Anda melihat sistem pendidikan yang bagus, lihatlah Asia Timur. Mereka sangat hati-hati dalam menggunakan teknologi di kelas,” kata Direktur Pendidikan OECD Andreas Schleicher. ”Siswa yang sering menggunakan komputer dan tablet memiliki hasil belajar yang lebih buruk,” imbuhnya dikutip AFP .

Padahal, banyak sekolah dan pemerintah yang berinvestasi untuk teknologi pendidikan dan komputer. ”Sekolah dengan fasilitas teknologi canggih justru memberikan harapan palsu,” kata Schleicher. Berdasarkan analis teknologi Gartner, belajar global tahunan dalam teknologi pendidikan di sekolah mencapai 17,5 miliar poundsterling (Rp388,51 triliun).

Khusus untuk di Inggris, belanja teknologi di sekolah mencapai lebih 900 juta poundsterling (Rp19,97 triliun) untuk pembelian teknologi komunikasi informasi serta peranti lunak dan konten digital. OECD menyarankan sekolah bekerja sama dengan guru untuk menjadikan teknologi sebagai alat yang memiliki kekuatan di kelas.

Selain itu, mereka meminta sekolah dan praktisi pendidikan untuk mengembangkan peranti lunak untuk eksperimen dan simulasi, media sosial dan permainan bagi siswa. ”Kontribusi nyata teknologi informasi bisa membuat pembelajaran dan pendidikan lebih dieksploitasi dan diterapkan,” demikian saran OECD.

Menteri urusan Sekolah Inggris Nick Gibb meminta seluruh sekolah untuk mempertimbangkan kebutuhan siswa berkaitan dengan belanja teknologi. ”Sekolah harus menentukan bagaimana teknologi yang mendukung pengajaran dan kurikulum,” katanya.

Dengan begitu, kata Gibb, setiap siswa bisa mendapatkan potensi mereka. Menurut Tom Bennett, guru terlalu ”silau” dengan komputer sekolah. ”Adopsi teknologi di ruang kelas tidak bisa dibatalkan,” tuturnya.

Kemudian, juru bicara Microsoft Hugh Milward mengungkapkan, internet justru memberikan akses kepada siswa untuk belajar tentang ilmu pengetahuan. Sedangkan Mark Chambers, CEO Naace, lembaga yang mendukung penggunaan komputer di sekolah, mengungkapkan bahwa tidak realistis kalau meminta sekolah untuk mengurangi penggunaan teknologi.

”Teknologi sudah menjadi endemik di masyarakat. Tidak ada jalan lain untuk melepaskan teknologi dari sekolah,” katanya kepada BBC .

ANDIKA HENDRA M
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3173 seconds (0.1#10.140)