Pahami Alam lewat Matematika Terapan
A
A
A
YOGYAKARTA - Bagi orang kebanyakan, matematika identik dengan hal-hal berbau ”rumit” dan membosankan. Jarang ada yang tahu dengan matematika bisa memprediksi dampak dan risiko tsunami.
Kemarin, Guru Besar Australian National University Stephen Roberst memaparkan tentang matematika terapan dihadapkan ratusan peserta The 2015 International Conference onMathematics, itsApplications, and Mathematics Education (ICMAME) di Universitas Sanata Darma (USD), Yogyakarta, 13- 14 September.
Menurut Stephen, masalah banjir dan soal cuaca atau tsunami menjadi contoh fenomena lingkungan yang bisa disimulasikan serta dimodelkan dengan memanfaatkan ilmu matematika terapan.
Dengan prediksi seperti ini, risiko dan dampak yang bisa diketahui sebelum bencana terjadi tentu dapat meminimalisasi korban maupun kerugian material. ”Kami ingin matematika bisa membumi. Banyak yang bisa dilakukan dengan ilmu matematika,” ucap Kepala Prodi Matematika USD Yogyakarta Hartono PhD, kemarin.
ICMAME merupakan acara pertama kali yang digelar USD. Hebatnya, antusiasme peserta begitu besar terhadap forum itu. Terbukti di luar dari Indonesia, peserta juga datang dari mancanegara, seperti Filipina, Malaysia, Vietnam, Kamboja, Brasil, dan lainnya. ”Kami bertukar pikiran dan membangun jaringan diskusi tentang penelitian dan lain-lain,” katanya.
Hartono menjelaskan, banyak manfaat dari ilmu matematika terapan. Selain untuk memprediksi dampak bencana alam, ilmu matematika terapan juga bisa digunakan dalam aplikasi medis, seperti radioterapi kanker. ”Kami ingin matematika punya wajah baru. Tak lagi dianggap sesuatu yang angker. Kami ingin matematika membumi bisa diterapkan dalam kehidupan seharihari,” ujarnya.
Salah seorang peserta, Dwi Wahyuono mengatakan, matematika terapan bukan hal baru. Guru SMP Pangudi Luhur, Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, itu mengaku dalam mengajar selama ini selalu berusaha memberikan pemahaman kepada siswa. ”Saya dalam mengajar selalu berusaha memberikan contoh aplikasi matematika dalam kehidupan seharihari. Harapan saya, siswa tidak lagi menganggap matematika sesuatu yang angker,” ujarnya.
Peserta lain, Happy Christianti, mengaku banyak hal baru yang diperoleh dari acara tersebut. ”Saya sering ikut seminar- seminar. Matematika terapan bukan sesuatu yang asing bagi saya. Namun, matematika bisa memprediksi tsunami dan sebagainya, saya baru tahu dari seminar ini,” katanya.
Happy berharap ke depan acara-acara seperti itu lebih sering diselenggarakan. ”Banyak ilmu yang kami dapat dalam acara seperti ini,” kata Andreas, peserta yang lain.
Ainun najib
Kemarin, Guru Besar Australian National University Stephen Roberst memaparkan tentang matematika terapan dihadapkan ratusan peserta The 2015 International Conference onMathematics, itsApplications, and Mathematics Education (ICMAME) di Universitas Sanata Darma (USD), Yogyakarta, 13- 14 September.
Menurut Stephen, masalah banjir dan soal cuaca atau tsunami menjadi contoh fenomena lingkungan yang bisa disimulasikan serta dimodelkan dengan memanfaatkan ilmu matematika terapan.
Dengan prediksi seperti ini, risiko dan dampak yang bisa diketahui sebelum bencana terjadi tentu dapat meminimalisasi korban maupun kerugian material. ”Kami ingin matematika bisa membumi. Banyak yang bisa dilakukan dengan ilmu matematika,” ucap Kepala Prodi Matematika USD Yogyakarta Hartono PhD, kemarin.
ICMAME merupakan acara pertama kali yang digelar USD. Hebatnya, antusiasme peserta begitu besar terhadap forum itu. Terbukti di luar dari Indonesia, peserta juga datang dari mancanegara, seperti Filipina, Malaysia, Vietnam, Kamboja, Brasil, dan lainnya. ”Kami bertukar pikiran dan membangun jaringan diskusi tentang penelitian dan lain-lain,” katanya.
Hartono menjelaskan, banyak manfaat dari ilmu matematika terapan. Selain untuk memprediksi dampak bencana alam, ilmu matematika terapan juga bisa digunakan dalam aplikasi medis, seperti radioterapi kanker. ”Kami ingin matematika punya wajah baru. Tak lagi dianggap sesuatu yang angker. Kami ingin matematika membumi bisa diterapkan dalam kehidupan seharihari,” ujarnya.
Salah seorang peserta, Dwi Wahyuono mengatakan, matematika terapan bukan hal baru. Guru SMP Pangudi Luhur, Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, itu mengaku dalam mengajar selama ini selalu berusaha memberikan pemahaman kepada siswa. ”Saya dalam mengajar selalu berusaha memberikan contoh aplikasi matematika dalam kehidupan seharihari. Harapan saya, siswa tidak lagi menganggap matematika sesuatu yang angker,” ujarnya.
Peserta lain, Happy Christianti, mengaku banyak hal baru yang diperoleh dari acara tersebut. ”Saya sering ikut seminar- seminar. Matematika terapan bukan sesuatu yang asing bagi saya. Namun, matematika bisa memprediksi tsunami dan sebagainya, saya baru tahu dari seminar ini,” katanya.
Happy berharap ke depan acara-acara seperti itu lebih sering diselenggarakan. ”Banyak ilmu yang kami dapat dalam acara seperti ini,” kata Andreas, peserta yang lain.
Ainun najib
(ftr)