Migran Terus Menuju Jerman
A
A
A
MUNICH - Otoritas Jerman memperingatkan mereka memiliki kapasitas terbatas untuk menerima para pengungsi yang tiba dalam jumlah besar.
Di sisi lain, negara-negara Eropa mendesak segera digelar pembicaraan darurat untuk membahas krisis migran tersebut. Sedikitnya 13.015 pengungsi tiba di Munich pada Sabtu (12/9) saja dan diperkirakan 1.400 migran tiba pada Minggu (13/9) waktu setempat. Kota di Jerman selatan itu menjadi akhir perjalanan para migran setelah melintasi Hungaria dan Austria.
Jerman menjadi tujuan favorit banyak pengungsi, terutama dari Suriah, setelah Kanselir Jerman Angela Merkel memutuskan memperlunak aturan pencari suaka bagi warga yang negaranya sedang berperang itu. Adapun sekitar 450.000 orang telah tiba di Jerman sepanjang tahun ini. ”Dengan jumlah migran sejak kemarin, sangat jelas bahwa kami telah mencapai batas puncak kapasitas kami,” papar juru bicara kepolisian Munich, dikutip kantor berita AFP .
Menteri Transportasi Federal Jerman Alexander Dobrindt juga memiliki pendapat serupa. Menurut dia, sejumlah langkah diperlukan untuk menghentikan laju migran yang terus masuk Jerman. ”Itu termasuk membantu negara-negara asal pengungsi yang melarikan diri dan termasuk kontrol efektif perbatasan kita sendiri yang juga tidak lagi bekerja akibat kegagalan penuh Uni Eropa (UE) melindungi perbatasan luarnya,” ujarnya.
Dobrindt merujuk perbatasan antara Turki dan Yunani, di mana banyak migran melintas. Para menteri dalam negeri (mendagri) UE akan menggelar perundingan darurat hari ini. ”Pertemuan digelar saat situasi fenomena migrasi ke luar dan ke dalam UE telah mencapai proporsi luar biasa,” kata kantor Kepresidenan Luksemburg.
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga mengadakan rapat darurat tentang krisis migran kemarin. Saat Yordania, Lebanon, dan Turki menampung jutaan pengungsi dari Suriah, banyak negara Teluk yang kaya merasa enggan menampung para migran yang lari dari konflik tersebut.
Otoritas lokal Jerman menyatakan mereka berada di batas kemampuan maksimal. Presiden wilayah Upper Bavaria, Christoph Hillenbrand, menjelaskan bahwa dia tidak tahu bagaimana mereka dapat mengatasi masalah tersebut.
Senada dengan itu, tabloidBild am Sonntag mengangkat artikel utama berjudul ”Munich di tepi keruntuhan”. Televisi publik Bavaria, BR , melaporkan bahwa kota tersebut semakin mendekati bencana kemanusiaan, meskipun otoritas akhirnya membatasi jumlah orang yang tidur di matras di lantai menjadi hanya puluhan orang. Sebelumnya, ada ratusan migran yang tidur di atas matras.
Sebagai tanda bahwa otoritas semakin kehabisan pilihan, kereta penumpang reguler akan digunakan untuk mengangkut para pengungsi. Saat ini otoritas masih menggunakan kereta khusus untuk membawa para migran tersebut.
Meski Jerman dan Prancis mendukung proposal untuk membantu para migran, negara- negara di perbatasan luar UE seperti Italia, Yunani, dan Hungaria memiliki pendapat berbeda. Proposal Komisi Eropa menyatakan hendak membagi 160.000 migran yang baru datang, dalam skema kuota yang ditolak negaranegara UE di wilayah timur.
Hungaria yang mencapai rekor baru kedatangan migran hingga 4.330 pada Sabtu (12/9) saja, mempercepat pembangunan pagar anti migran yang sangat kontroversial. Pagar itu dibangun di sepanjang perbatasannya dengan Serbia. Budapest telah mencatat 180.000 pengungsi masuk secara ilegal tahun ini.
Pemerintah juga mengesahkan undang- undang baru yang akan berlaku mulai Selasa (15/9). Aturan baru itu menyatakan siapa saja melintasi perbatasan secara ilegal dapat dideportasi atau dipenjara.
Syarifudin
Di sisi lain, negara-negara Eropa mendesak segera digelar pembicaraan darurat untuk membahas krisis migran tersebut. Sedikitnya 13.015 pengungsi tiba di Munich pada Sabtu (12/9) saja dan diperkirakan 1.400 migran tiba pada Minggu (13/9) waktu setempat. Kota di Jerman selatan itu menjadi akhir perjalanan para migran setelah melintasi Hungaria dan Austria.
Jerman menjadi tujuan favorit banyak pengungsi, terutama dari Suriah, setelah Kanselir Jerman Angela Merkel memutuskan memperlunak aturan pencari suaka bagi warga yang negaranya sedang berperang itu. Adapun sekitar 450.000 orang telah tiba di Jerman sepanjang tahun ini. ”Dengan jumlah migran sejak kemarin, sangat jelas bahwa kami telah mencapai batas puncak kapasitas kami,” papar juru bicara kepolisian Munich, dikutip kantor berita AFP .
Menteri Transportasi Federal Jerman Alexander Dobrindt juga memiliki pendapat serupa. Menurut dia, sejumlah langkah diperlukan untuk menghentikan laju migran yang terus masuk Jerman. ”Itu termasuk membantu negara-negara asal pengungsi yang melarikan diri dan termasuk kontrol efektif perbatasan kita sendiri yang juga tidak lagi bekerja akibat kegagalan penuh Uni Eropa (UE) melindungi perbatasan luarnya,” ujarnya.
Dobrindt merujuk perbatasan antara Turki dan Yunani, di mana banyak migran melintas. Para menteri dalam negeri (mendagri) UE akan menggelar perundingan darurat hari ini. ”Pertemuan digelar saat situasi fenomena migrasi ke luar dan ke dalam UE telah mencapai proporsi luar biasa,” kata kantor Kepresidenan Luksemburg.
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga mengadakan rapat darurat tentang krisis migran kemarin. Saat Yordania, Lebanon, dan Turki menampung jutaan pengungsi dari Suriah, banyak negara Teluk yang kaya merasa enggan menampung para migran yang lari dari konflik tersebut.
Otoritas lokal Jerman menyatakan mereka berada di batas kemampuan maksimal. Presiden wilayah Upper Bavaria, Christoph Hillenbrand, menjelaskan bahwa dia tidak tahu bagaimana mereka dapat mengatasi masalah tersebut.
Senada dengan itu, tabloidBild am Sonntag mengangkat artikel utama berjudul ”Munich di tepi keruntuhan”. Televisi publik Bavaria, BR , melaporkan bahwa kota tersebut semakin mendekati bencana kemanusiaan, meskipun otoritas akhirnya membatasi jumlah orang yang tidur di matras di lantai menjadi hanya puluhan orang. Sebelumnya, ada ratusan migran yang tidur di atas matras.
Sebagai tanda bahwa otoritas semakin kehabisan pilihan, kereta penumpang reguler akan digunakan untuk mengangkut para pengungsi. Saat ini otoritas masih menggunakan kereta khusus untuk membawa para migran tersebut.
Meski Jerman dan Prancis mendukung proposal untuk membantu para migran, negara- negara di perbatasan luar UE seperti Italia, Yunani, dan Hungaria memiliki pendapat berbeda. Proposal Komisi Eropa menyatakan hendak membagi 160.000 migran yang baru datang, dalam skema kuota yang ditolak negaranegara UE di wilayah timur.
Hungaria yang mencapai rekor baru kedatangan migran hingga 4.330 pada Sabtu (12/9) saja, mempercepat pembangunan pagar anti migran yang sangat kontroversial. Pagar itu dibangun di sepanjang perbatasannya dengan Serbia. Budapest telah mencatat 180.000 pengungsi masuk secara ilegal tahun ini.
Pemerintah juga mengesahkan undang- undang baru yang akan berlaku mulai Selasa (15/9). Aturan baru itu menyatakan siapa saja melintasi perbatasan secara ilegal dapat dideportasi atau dipenjara.
Syarifudin
(ftr)