Cukup Lima Menit Menunggu Bus Shalawat
A
A
A
MEKKAH - Bus warna hijau dan merah itu ramai berseliweran di jalanan seputar Mekkah. Tiap bus ada stiker besar yang dipasang di bagian depan. Stiker itu menunjukkan nomor bus dan rute yang dilayani.
Tak lupa di sisi bus ada stiker bendera merah putih dan tulisan Indonesia, selaku negara yang mengontrak bus. SINDO mencoba naik bus shalawat nomor 7 dari kawasan Syiyah 1 yang berjarak sekitar 4,5 km dari Masjidilharam.
Tak lama menunggu, yakni hanya sekitar lima menit bus warna hijau itu berhenti tepat di depan Hotel Rehhal Mina yang di depannya terpasang bendera merah putih. Bersama dengan beberapa jamaah haji Indonesia lainnya, bus meluncur ke Terminal Syieb Amir, yang lokasinya berada sekitar 200 meter dari halaman Masjidil Haram.
“Bus shalawat memang hanya berhenti di tempat yang ada bendera merah putihnya. Seperti di hotel sebelah yang ditempati jamaah haji asal Turki tidak berhenti karena tak ada bendera merah putih,” kata Ratna Puspita, salah satu petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, kemarin.
Bus tersebut beroperasi 24 jam di 11 rute yang melewati 7 sektor dari 9 sektor pemondokan. Sektor 7 dan 8 yang jaraknya dekat atau kurang dari 2 km tak dilayani bus yang dioperasikan oleh perusahaan transportasi Saptco dan Rawaheel ini.
Sepanjang perjalanan, bus buatan China itu memang hanya berhenti di lokasi pemondokan jamaah haji Indonesia. Penyejuk ruangan (AC) yang berhembus cukup dingin hingga membuat penumpangnya nyaman. Sebab, di luar cuaca udara cukup panas menyengat, yakni berkisar 43 derajat celcius.
Tempat duduknya juga nyaman dan lapang, mirip bus pariwisata di Indonesia. Karena ukurannya panjang, maka tempat duduknya bisa memuat sekitar 45-48 penumpang. Saat jamaah padat, bus ini mampu mengangkut sekitar 70 penumpang.
Untuk interiornya, sekilas di dalamnya mirip bus TransJakarta yang masih baru. Lengkap dengan pegangan tangan untuk jamaah yang berdiri saat penumpangnya penuh. Bedanya, tempat duduk bus shalawat yang empuk menghadap ke arah depan.
Dalam kondisi normal, perjalanan ke Terminal Syieb Amir bisa ditempuh dalam waktu sekitar 15-20 menit. Namun mendekati puncak haji seperti sekarang, jalanan yang dilewati biasanya ada titik-titik yang macet. Sehingga waktu tempuhnya bertambah lama.
“Bus ini sangat membantu kalau kita pergi ke Masjidilharam. Kalau jalan kaki kan jauh. Saya naik bus shalawat sejak datang di sini pada 5 September lalu,” kata Zulkifli Ibrahim (57), jamaah haji kelompok terbang 9 embarkasi Palembang.
Hal yang sama diungkapkan Damami (56), warga Comal, Yosowingun, Belitang Madang Raya, Ogan Komering Ilir (OKU) Timur, Sumatera Selatan. “Cuma kalau pas mau pulang habis salat ashar kadang lama nunggunya di Terminal Syieb Amir. Mungkin karena jamaahnya terlalu banyak sehingga tak sebanding dengan bus yang beroperasi,” akunya.
Dia menambahkan, bus memang beroperasi sepanjang hari. “Kemarin waktu ada musibah craine ambruk itu ada teman jamaah haji yang pulang jam 02.00. Dan busnya masih beroperasi,” jelasnya.
Salah satu sopir bus shawalat, Haryadi mengaku bertugas dalam dua shit setiap harinya. “Mesin bus ini matic, sehingga tinggal tekan tombol dan injak gas,” terang pria asal Pandeglang, Banten itu. Bertugas sebagai sopir bus shalawat menurutnya cukup enak karena tidak berpanas-panasan seperti di proyek. “Sebelum bekerja jadi sopir bus shalawat,saya di-trainning dulu selama sebulan,” jelasnya.
PILIHAN:
Target Pansus Pelindo Versi Fraksi PPP
Kegaduhan Kasus Pelindo Dinilai Bersumber dari Jokowi
Tak lupa di sisi bus ada stiker bendera merah putih dan tulisan Indonesia, selaku negara yang mengontrak bus. SINDO mencoba naik bus shalawat nomor 7 dari kawasan Syiyah 1 yang berjarak sekitar 4,5 km dari Masjidilharam.
Tak lama menunggu, yakni hanya sekitar lima menit bus warna hijau itu berhenti tepat di depan Hotel Rehhal Mina yang di depannya terpasang bendera merah putih. Bersama dengan beberapa jamaah haji Indonesia lainnya, bus meluncur ke Terminal Syieb Amir, yang lokasinya berada sekitar 200 meter dari halaman Masjidil Haram.
“Bus shalawat memang hanya berhenti di tempat yang ada bendera merah putihnya. Seperti di hotel sebelah yang ditempati jamaah haji asal Turki tidak berhenti karena tak ada bendera merah putih,” kata Ratna Puspita, salah satu petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, kemarin.
Bus tersebut beroperasi 24 jam di 11 rute yang melewati 7 sektor dari 9 sektor pemondokan. Sektor 7 dan 8 yang jaraknya dekat atau kurang dari 2 km tak dilayani bus yang dioperasikan oleh perusahaan transportasi Saptco dan Rawaheel ini.
Sepanjang perjalanan, bus buatan China itu memang hanya berhenti di lokasi pemondokan jamaah haji Indonesia. Penyejuk ruangan (AC) yang berhembus cukup dingin hingga membuat penumpangnya nyaman. Sebab, di luar cuaca udara cukup panas menyengat, yakni berkisar 43 derajat celcius.
Tempat duduknya juga nyaman dan lapang, mirip bus pariwisata di Indonesia. Karena ukurannya panjang, maka tempat duduknya bisa memuat sekitar 45-48 penumpang. Saat jamaah padat, bus ini mampu mengangkut sekitar 70 penumpang.
Untuk interiornya, sekilas di dalamnya mirip bus TransJakarta yang masih baru. Lengkap dengan pegangan tangan untuk jamaah yang berdiri saat penumpangnya penuh. Bedanya, tempat duduk bus shalawat yang empuk menghadap ke arah depan.
Dalam kondisi normal, perjalanan ke Terminal Syieb Amir bisa ditempuh dalam waktu sekitar 15-20 menit. Namun mendekati puncak haji seperti sekarang, jalanan yang dilewati biasanya ada titik-titik yang macet. Sehingga waktu tempuhnya bertambah lama.
“Bus ini sangat membantu kalau kita pergi ke Masjidilharam. Kalau jalan kaki kan jauh. Saya naik bus shalawat sejak datang di sini pada 5 September lalu,” kata Zulkifli Ibrahim (57), jamaah haji kelompok terbang 9 embarkasi Palembang.
Hal yang sama diungkapkan Damami (56), warga Comal, Yosowingun, Belitang Madang Raya, Ogan Komering Ilir (OKU) Timur, Sumatera Selatan. “Cuma kalau pas mau pulang habis salat ashar kadang lama nunggunya di Terminal Syieb Amir. Mungkin karena jamaahnya terlalu banyak sehingga tak sebanding dengan bus yang beroperasi,” akunya.
Dia menambahkan, bus memang beroperasi sepanjang hari. “Kemarin waktu ada musibah craine ambruk itu ada teman jamaah haji yang pulang jam 02.00. Dan busnya masih beroperasi,” jelasnya.
Salah satu sopir bus shawalat, Haryadi mengaku bertugas dalam dua shit setiap harinya. “Mesin bus ini matic, sehingga tinggal tekan tombol dan injak gas,” terang pria asal Pandeglang, Banten itu. Bertugas sebagai sopir bus shalawat menurutnya cukup enak karena tidak berpanas-panasan seperti di proyek. “Sebelum bekerja jadi sopir bus shalawat,saya di-trainning dulu selama sebulan,” jelasnya.
PILIHAN:
Target Pansus Pelindo Versi Fraksi PPP
Kegaduhan Kasus Pelindo Dinilai Bersumber dari Jokowi
(dam)