Pendar Bintang dalam Komposisi
A
A
A
Fotografi adalah ranah kreativitas. Banyak hal bisa dilakukan untuk memperindah foto, salah satunya dengan membuat efek pendar bintang dalam komposisi.
Sinar dari berbagai sumber cahaya dapat dimanfaatkan menjadi efek pendaran bintang untuk memperindah hasil foto. Tak begitu sulit untuk membuatnya dan tak memerlukan proses editing yang menyulitkan.
Hasil pendaran bintang dalam komposisi tentu saja akan lebih maksimal didapat lewat penggunaan kamera DSLR. Namun penggemar fotografi dengan kamera compact yang memiliki fitur pengaturan diafragma juga bisa mengaplikasikan teknik kreatif ini saat memotret. Filter UV juga disarankan untuk melindungi optik lensa karena kita akan memotret frontal menghadap sumber cahaya.
Faktor penentu bagi efek pendaran bintang adalah penggunaan diafragma sempit (f/11-22) pada lensa. Diafragma lensa tersusun dari sejumlah bilah, pada bukaan diafragma f/11 ke atas, bilah diafragma tersebut menyempit dan menyisakan lubang yang sangat kecil bagi cahaya untuk masuk dan terekam oleh sensor images (panel perekam cahaya dalam kamera digital).
Sempitnya celah diafragma tersebut menyebabkan sedikit difraksi (pembengkokan) cahaya sehingga sumber cahaya apa pun yang terekam dalam foto akan terlihat seperti pendaran bintang. Jumlah bilah diafragma satu lensa berbeda dengan lensa lainnya. Semakin banyak jumlah bilah, semakin banyak juga pendaran bintang dari satu sumber cahaya yang dihasilkan dalam foto.
Pengaturan kamera yang mempermudah untuk memotret dengan teknik ini adalah menggunakan shooting mode aperture priority (Av, A) dan atur bukaan diafragma ke f/22. Kamera akan secara otomatis mengatur kecepatan rana (shutter speed ) yang dibutuhkan untuk menghasilkan pencahayaan normal pada hasil foto. Dalam kondisi pemotretan dengan pencahayaan minim (misalnya memotret di malam hari), kecepatan rana tentu akan sangat lambat sehingga tripod sangatlah dibutuhkan saat memotret.
Jika tidak membawa tripod, carilah permukaan solid di sekitar lokasi untuk menempatkan kamera. Hindari memotret pada kecepatan rana rendah dengan bertumpu pada tangan (handheld ) karena risiko shake sangat besar terjadi. Alternatif lainnya adalah menaikkan ISO untuk mempercepat bukaan rana. Namun menaikkan ISO otomatis akan meningkatkan level noise pada hasil foto.
Efek pendaran bintang dihasilkan dari sumber cahaya dengan intensitas kecil dan sebaran arahnya terpusat seperti lampu mobil, lampu jalan atau kilatan flash kamera. Matahari, terutama pada siang hari, bukanlah sumber cahaya yang baik untuk mendapatkan efek ini karena intensitas cahayanya yang terlalu besar. Waktu terbaik untuk mendapatkan efek pendaran bintang dari matahari adalah saat berada rendah dekat cakrawala, baik pada pagi atau sore hari.
Foto wisatawan menikmati sunrise Bromo dari Gunung Pananjakan karya fotografer KORAN SINDO Yulianto di atas merupakan salah satu foto efek pendaran bintang yang diabadikan saat matahari masih berada dekat cakrawala. Diafragma yang digunakan adalah f/22, speed 1/30 seconds pada ISO 100.
Arie yudhistira
Sinar dari berbagai sumber cahaya dapat dimanfaatkan menjadi efek pendaran bintang untuk memperindah hasil foto. Tak begitu sulit untuk membuatnya dan tak memerlukan proses editing yang menyulitkan.
Hasil pendaran bintang dalam komposisi tentu saja akan lebih maksimal didapat lewat penggunaan kamera DSLR. Namun penggemar fotografi dengan kamera compact yang memiliki fitur pengaturan diafragma juga bisa mengaplikasikan teknik kreatif ini saat memotret. Filter UV juga disarankan untuk melindungi optik lensa karena kita akan memotret frontal menghadap sumber cahaya.
Faktor penentu bagi efek pendaran bintang adalah penggunaan diafragma sempit (f/11-22) pada lensa. Diafragma lensa tersusun dari sejumlah bilah, pada bukaan diafragma f/11 ke atas, bilah diafragma tersebut menyempit dan menyisakan lubang yang sangat kecil bagi cahaya untuk masuk dan terekam oleh sensor images (panel perekam cahaya dalam kamera digital).
Sempitnya celah diafragma tersebut menyebabkan sedikit difraksi (pembengkokan) cahaya sehingga sumber cahaya apa pun yang terekam dalam foto akan terlihat seperti pendaran bintang. Jumlah bilah diafragma satu lensa berbeda dengan lensa lainnya. Semakin banyak jumlah bilah, semakin banyak juga pendaran bintang dari satu sumber cahaya yang dihasilkan dalam foto.
Pengaturan kamera yang mempermudah untuk memotret dengan teknik ini adalah menggunakan shooting mode aperture priority (Av, A) dan atur bukaan diafragma ke f/22. Kamera akan secara otomatis mengatur kecepatan rana (shutter speed ) yang dibutuhkan untuk menghasilkan pencahayaan normal pada hasil foto. Dalam kondisi pemotretan dengan pencahayaan minim (misalnya memotret di malam hari), kecepatan rana tentu akan sangat lambat sehingga tripod sangatlah dibutuhkan saat memotret.
Jika tidak membawa tripod, carilah permukaan solid di sekitar lokasi untuk menempatkan kamera. Hindari memotret pada kecepatan rana rendah dengan bertumpu pada tangan (handheld ) karena risiko shake sangat besar terjadi. Alternatif lainnya adalah menaikkan ISO untuk mempercepat bukaan rana. Namun menaikkan ISO otomatis akan meningkatkan level noise pada hasil foto.
Efek pendaran bintang dihasilkan dari sumber cahaya dengan intensitas kecil dan sebaran arahnya terpusat seperti lampu mobil, lampu jalan atau kilatan flash kamera. Matahari, terutama pada siang hari, bukanlah sumber cahaya yang baik untuk mendapatkan efek ini karena intensitas cahayanya yang terlalu besar. Waktu terbaik untuk mendapatkan efek pendaran bintang dari matahari adalah saat berada rendah dekat cakrawala, baik pada pagi atau sore hari.
Foto wisatawan menikmati sunrise Bromo dari Gunung Pananjakan karya fotografer KORAN SINDO Yulianto di atas merupakan salah satu foto efek pendaran bintang yang diabadikan saat matahari masih berada dekat cakrawala. Diafragma yang digunakan adalah f/22, speed 1/30 seconds pada ISO 100.
Arie yudhistira
(ars)