Konsep Hunian untuk Kebersamaan

Minggu, 13 September 2015 - 10:46 WIB
Konsep Hunian untuk Kebersamaan
Konsep Hunian untuk Kebersamaan
A A A
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bahlil Lahadalia memiliki rumah dengan konsep unik, yaitu rumah kebersamaan. Konsep ini diadopsi dari kebiasaan hidupnya dulu sebagai seorang aktivis. Seperti apa?

Jumat (11/9) siang kemarin, KORAN SINDO mendapat kesempatan untuk berkunjung ke rumah Bahlil yang merupakan pimpinan dari perusahaan Rifa Capital. Rumah yang berlokasi di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, itu telah dihuni Bahlil sejak 2014.

Hunian berdesain minimalis dan klasik itu tampil cantik dengan dominasi cat warna putih. ”Saya ingin yang sederhana. Paling penting itu tidak terlalu mewah atau tidak kampungan juga,” ujar Bahlil. Rumah utama Bahlil terdiri dari tiga lantai. Di lantai bawah terdapat basement dan service area. Kemudian di lantai pertama terdapat ruang-ruang seperti ruang tamu, ruang keluarga, dan dapur.

Untuk ruang keluarga, Bahlil sengaja menciptakannya dengan konsep terbuka yang memiliki view menghadap ke taman belakang dan kolam renang. Adapun di lantai dua terdapat beberapa kamar tidur. Bahlil mengatakan, rumah ini adalah perwujudan dari hasil imajinasinya. Hunian yang memiliki luas tanah sekitar 1.000 meter persegi dan luas bangunan 700 meter persegi ini terdiri atas dua bangunan.

Selain memiliki bangunan utama yang menjadi hunian Bahlil dan keluarga, di sini juga terdapat bangunan lain yang dijadikan tempat tinggal untuk kawan-kawan si empunya rumah. ”Saya di sini tinggal dengan banyak anak daerah, misalnya dari Sumatera dan Papua. Mereka datang silih berganti dan tidak menetap,” kata pria lulusan Universitas Cendrawasih itu.

Kebiasaan berkumpul dan berdiskusi dengan sesama anggota aktivis dulu, membuat Bahlil merasa sungkan jika harus berkunjung ke rumah senior, sebab ada rasa takut jika mengganggu keluarga tersebut. ”Jadi, saya sekarang sengaja membuat dua bangunan yang berbeda antara rumah inti keluarga dan rumah tempat saya berkumpul. Agar tidak ada yang merasa sungkan dan tidak nyaman,” katanya.

Menurut Bahlil, rumahnya tidak mengenal siang dan malam. Semua orang memang bisa datang kapan saja, sesuka hati mereka. Selain terdiri dari dua bangunan, rumah Bahlil juga dilengkapi halaman belakang yang cukup luas. Bahlil mengaku sering menghabiskan waktu luangnya di taman terbuka ini. ”Kegiatan favorit saya di pagi hari adalah berenang. Selain itu, sisa waktu yang ada saya gunakan untuk berkumpul dan diskusi di ruangan terbuka seperti ini bersama para aktivis dari berbagai macam gerakan mahasiswa,” tutur pria kelahiran 7 Agustus 1976 itu.

Halaman belakang rumah semakin cantik dengan hadirnya lukisan yang memperlihatkan keindahan kampung halaman pengusaha dari timur Indonesia ini. Lukisan yang menceritakan bagaimana perjuangan Bahlil sejak kecil tinggal di Banda Neira dan hidup jauh dari orang tua yang berada di Fakfak, sehingga lukisan ini sengaja ia buat dan mengandung filosofi tersendiri.

”Konsep lukisan ini memang untuk mengingatkan saya akan kampung halaman di Papua dan bagaimana perjuangan hidup saya. Agar saya selalu bersyukur dan ingat kampung halaman,” ungkapnya. Dengan melihat lukisan tersebut setiap hari, Bahlil mengaku mendapatkan semangat untuk terus produktif dan berjuang. Baik berjuang dalam hidup sebagai manusia ataupun saat ia menjalani profesinya sebagai pengusaha.

”Selain itu, saya memang lebih suka menyatu dengan alam sejak kecil. Jadi, saya sengaja membuat taman dengan ruang terbuka yang cukup luas. Ditambah dengan pemandangan lukisan alam ini,” ceritanya. Bahlil mengaku sangat nyaman dengan lokasi rumahnya di Duren Tiga, sebab kawasan tersebut dekat sekali dengan banyak masjid. ”Kemudian di sini masih ada suasana kampung dan interaksi sosial yang terjalin, sehingga tidak ada yang namanya individualis,” ungkap dia.

Bahlil menambahkan, kegiatannya setiap sore adalah berkumpul dengan tetangga di halaman depan rumah. ”Seperti kebiasaan orang daerah juga. Jadi, saya tidak bisa hidup sendiri. Bayangkan kalau rumah sebesar ini hanya saya sendiri yang menempati,” katanya. Menurut Bahlil, rumah yang terpenting adalah nyaman dan menyenangkan.

”Rumah merupakan cerminan diri dan tempat kita melewati hari demi hari, sehingga harus dibuat senyaman mungkin bukan hanya untuk kita, tetapi untuk orang lain juga,” pungkasnya.

Dina angelina
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6480 seconds (0.1#10.140)