Indonesia Jadi Subjek Kebudayaan
A
A
A
Peringatan Hari Puisi Indonesia ketiga resmi ditutup dengan diumumkannya pemenang sayembara buku puisi nasional pada Malam Anugerah Hari Puisi, Selasa (8/9), di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini Hari Puisi Indonesia yang diadakan mulai 3 hingga 8 September ditutup dengan partisipasi negara-negara tetangga seperti Portugal, Turki, Iran, Meksiko, Italia, dan Prancis. Para duta besar dari negara-negara sahabat tersebut ikut berpartisipasi membacakan puisi karya tokoh-tokoh sastra asal negaranya. Ketua Dewan Kesenian Jakarta Irawan Karseno dalam sambutannya menyatakan, perayaan Hari Puisi Indonesia ketiga merupakan ajang merenungkan kembali seni dan kebudayaan Indonesia.
Dengan kekayaan budaya, Indonesia menjadi salah satu subjek kebudayaan di dunia. Hal itu terbukti dengan adanya ajang kesenian dan kebudayaan taraf internasional yang diinisiasi dan diselenggarakan di Indonesia. Seperti ajang festival film dokumenter ARKIPEL yang diadakan beberapa hari lalu, dan Hari Puisi Indonesia yang dalam beberapa kegiatannya diikuti oleh negara-negara sahabat.
”Hari Puisi Indonesia harus dijadikan momentum bagi kita bahwa Indonesia merupakan subjek kebudayaan,” kata Irawan. Menurut Irawan, ada dua hal yang menarik dari peringatan Hari Puisi Indonesia. Pertama , tampilnya duta-duta besar dari negara-negara sahabat menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu subjek kebudayaan untuk dunia. Hal tersebut dapat dijadikan momentum untuk menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya.
Kedua , kesenian adalah ibu dari ekonomi kreatif. Investasi kebudayaan tidak dapat dilihat hasilnya dalam satu atau dua tahun, tapi jangka panjang. Namun, pengaruh kebudayaan sangat fundamental terhadap sendi-sendi kehidupan. Penghargaan dan perhatian kepada para penyair dan sastrawan dinilai masih lemah.
Padahal, jika melirik ke negara-negara maju, umumnya negara-negara maju tersebut sangat menghargai para penyair dan sastrawannya. Contohnya, Spanyol membuat patung Sastrawan Federico Garcia Lorca, meski Garcia Lorca sempat dikucilkan oleh rezim pemerintahan di masa hisupnya. Sebelum membacakan puisi di depan khalayak, Duta Besar Iran untuk Indonesia Valiollah Mohammadi menyatakan bahwa diikutsertakannya Iran ke dalam Hari Puisi Indonesia merupakan bukti kekerabatan yang ditunjukkan oleh Indonesia.
Menurutnya, seni patut disyukuri karena dapat memberikan inspirasi bagi setiap orang di dunia. Ia mencontohkan, beberapa penyair Iran banyak yang mendunia dan menebarkan kebaikan kepada setiap insan. ”Kesenian adalah lintasbatas, karena itu seni dapat menginspirasi setiap insan di seluruh dunia,” kata Valiollah.
Pada Hari Puisi Indonesia sekaligus menghargai para sastrawan di negaranya, Valiollah membacakan sebait puisi. ”Bani Adam ibaratkan anggota tubuh yang satu sama lainnya memiliki nilai substansial. Bila suatu saat sakit menyerang satu anggota tubuh, maka akan sakit seluruh tubuh. Maka jika seorang manusia tidak dapat merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain, maka manusia itu bukanlah keturunan Adam.”
Imas damayanti
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini Hari Puisi Indonesia yang diadakan mulai 3 hingga 8 September ditutup dengan partisipasi negara-negara tetangga seperti Portugal, Turki, Iran, Meksiko, Italia, dan Prancis. Para duta besar dari negara-negara sahabat tersebut ikut berpartisipasi membacakan puisi karya tokoh-tokoh sastra asal negaranya. Ketua Dewan Kesenian Jakarta Irawan Karseno dalam sambutannya menyatakan, perayaan Hari Puisi Indonesia ketiga merupakan ajang merenungkan kembali seni dan kebudayaan Indonesia.
Dengan kekayaan budaya, Indonesia menjadi salah satu subjek kebudayaan di dunia. Hal itu terbukti dengan adanya ajang kesenian dan kebudayaan taraf internasional yang diinisiasi dan diselenggarakan di Indonesia. Seperti ajang festival film dokumenter ARKIPEL yang diadakan beberapa hari lalu, dan Hari Puisi Indonesia yang dalam beberapa kegiatannya diikuti oleh negara-negara sahabat.
”Hari Puisi Indonesia harus dijadikan momentum bagi kita bahwa Indonesia merupakan subjek kebudayaan,” kata Irawan. Menurut Irawan, ada dua hal yang menarik dari peringatan Hari Puisi Indonesia. Pertama , tampilnya duta-duta besar dari negara-negara sahabat menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu subjek kebudayaan untuk dunia. Hal tersebut dapat dijadikan momentum untuk menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya.
Kedua , kesenian adalah ibu dari ekonomi kreatif. Investasi kebudayaan tidak dapat dilihat hasilnya dalam satu atau dua tahun, tapi jangka panjang. Namun, pengaruh kebudayaan sangat fundamental terhadap sendi-sendi kehidupan. Penghargaan dan perhatian kepada para penyair dan sastrawan dinilai masih lemah.
Padahal, jika melirik ke negara-negara maju, umumnya negara-negara maju tersebut sangat menghargai para penyair dan sastrawannya. Contohnya, Spanyol membuat patung Sastrawan Federico Garcia Lorca, meski Garcia Lorca sempat dikucilkan oleh rezim pemerintahan di masa hisupnya. Sebelum membacakan puisi di depan khalayak, Duta Besar Iran untuk Indonesia Valiollah Mohammadi menyatakan bahwa diikutsertakannya Iran ke dalam Hari Puisi Indonesia merupakan bukti kekerabatan yang ditunjukkan oleh Indonesia.
Menurutnya, seni patut disyukuri karena dapat memberikan inspirasi bagi setiap orang di dunia. Ia mencontohkan, beberapa penyair Iran banyak yang mendunia dan menebarkan kebaikan kepada setiap insan. ”Kesenian adalah lintasbatas, karena itu seni dapat menginspirasi setiap insan di seluruh dunia,” kata Valiollah.
Pada Hari Puisi Indonesia sekaligus menghargai para sastrawan di negaranya, Valiollah membacakan sebait puisi. ”Bani Adam ibaratkan anggota tubuh yang satu sama lainnya memiliki nilai substansial. Bila suatu saat sakit menyerang satu anggota tubuh, maka akan sakit seluruh tubuh. Maka jika seorang manusia tidak dapat merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain, maka manusia itu bukanlah keturunan Adam.”
Imas damayanti
(ars)