Pemerintah Harus Jamin Keamanan di Tolikara
A
A
A
JAKARTA - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) meminta pemerintah menjamin kebebasan beragama di Tolikara, Papua.
Mereka juga berharap tidak akan ada lagi insiden penyerangan terhadap masyarakat muslim Tolikara seperti saat salat Idul Fitri pada 17 Juli lalu yang kini menjadi trauma. Apalagi, dalam waktu dekat umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Adha. ”Tugas negara adalah memastikan tidak terulangnya kejadian 17 Juli 2015,” ujar Komisioner Komnas HAM Maneger Nasution, saat dialog ”Intoleransi di Tolikara” di Jakarta kemarin.
Maneger juga mengatakan bahwa pemerintah harus membangun kembali kondisi di Tolikara baik fisik maupun kondisi sosial di daerah tersebut. Hal itu harus dilakukan mengingat kejadian di Tolikara bukan konflik biasa, melainkan bernuansa keagamaan yang sangat sensitif. ”Selain membangun sarana fisik seperti kios dan rumah, seharusnya secara bersamaan negara melakukan trauma healing untuk membangun keguyuban sosial yang terlanjur luka di masyarakat,” desaknya.
Yang jelas, Maneger berharap pemerintah bisa memberikan perlindungan dan pemenuhan hak warga negaranya, khususnya hak untuk kebebasan beragama di Tolikara. Begitu pun pada saat Hari Raya Idul Adha, 24 September mendatang. Sejauh ini dia sangat menghargai langkah Polri dan TNI yang siap mengamankan pelaksanaan hari raya tersebut. ”Semestinya begini, negara harus hadir memberikan perlindungan dan pemenuhan atas hak warga negara, khususnya hak untuk kebebasan beragama,” ungkapnya.
Hal sama disampaikan Imam Masjid Baitul Muttaqin di Tolikara, Ali Mukhtar. Dia mengatakan, saat ini negara telah menjamin pelaksanaan perayaan Idul Adha di Tolikara nanti. Bahkan, pendeta setempat pun menyatakan kesiapannya mengamankan perayaan besar umat Islam tersebut. ”Kelihatannya negara sudah menjamin itu. Mudah-mudahan (insiden) ini tidak sampai terulang kembali. Apalagi, tokoh pendeta juga sudah siap mengamankan. Jadi, saya juga siap, warga juga siap,” katanya.
Ali menambahkan, saat ini pembangunan Masjid Baitul Muttaqin yang lokasinya dipindahkan ke wilayah Koramil Tolikara sudah 90% selesai. ”Jadi, lokasi masjid yang dipindahkan ke dalam Koramil itu memang dipertimbangkan untuk keamanan,” ungkapnya.
Meski demikian, Ali mengaku setelah insiden yang memilukan tersebut ibu-ibu dan anak-anak masih merasa khawatir akan ada serangan susulan. Apalagi, saat ini kondisi di Tolikara yang tadinya dijaga dua kompi Brimob kini hanya dikawal dua orang polisi.
Hasyim ashari
Mereka juga berharap tidak akan ada lagi insiden penyerangan terhadap masyarakat muslim Tolikara seperti saat salat Idul Fitri pada 17 Juli lalu yang kini menjadi trauma. Apalagi, dalam waktu dekat umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Adha. ”Tugas negara adalah memastikan tidak terulangnya kejadian 17 Juli 2015,” ujar Komisioner Komnas HAM Maneger Nasution, saat dialog ”Intoleransi di Tolikara” di Jakarta kemarin.
Maneger juga mengatakan bahwa pemerintah harus membangun kembali kondisi di Tolikara baik fisik maupun kondisi sosial di daerah tersebut. Hal itu harus dilakukan mengingat kejadian di Tolikara bukan konflik biasa, melainkan bernuansa keagamaan yang sangat sensitif. ”Selain membangun sarana fisik seperti kios dan rumah, seharusnya secara bersamaan negara melakukan trauma healing untuk membangun keguyuban sosial yang terlanjur luka di masyarakat,” desaknya.
Yang jelas, Maneger berharap pemerintah bisa memberikan perlindungan dan pemenuhan hak warga negaranya, khususnya hak untuk kebebasan beragama di Tolikara. Begitu pun pada saat Hari Raya Idul Adha, 24 September mendatang. Sejauh ini dia sangat menghargai langkah Polri dan TNI yang siap mengamankan pelaksanaan hari raya tersebut. ”Semestinya begini, negara harus hadir memberikan perlindungan dan pemenuhan atas hak warga negara, khususnya hak untuk kebebasan beragama,” ungkapnya.
Hal sama disampaikan Imam Masjid Baitul Muttaqin di Tolikara, Ali Mukhtar. Dia mengatakan, saat ini negara telah menjamin pelaksanaan perayaan Idul Adha di Tolikara nanti. Bahkan, pendeta setempat pun menyatakan kesiapannya mengamankan perayaan besar umat Islam tersebut. ”Kelihatannya negara sudah menjamin itu. Mudah-mudahan (insiden) ini tidak sampai terulang kembali. Apalagi, tokoh pendeta juga sudah siap mengamankan. Jadi, saya juga siap, warga juga siap,” katanya.
Ali menambahkan, saat ini pembangunan Masjid Baitul Muttaqin yang lokasinya dipindahkan ke wilayah Koramil Tolikara sudah 90% selesai. ”Jadi, lokasi masjid yang dipindahkan ke dalam Koramil itu memang dipertimbangkan untuk keamanan,” ungkapnya.
Meski demikian, Ali mengaku setelah insiden yang memilukan tersebut ibu-ibu dan anak-anak masih merasa khawatir akan ada serangan susulan. Apalagi, saat ini kondisi di Tolikara yang tadinya dijaga dua kompi Brimob kini hanya dikawal dua orang polisi.
Hasyim ashari
(ars)