Pendiri Airtasker Terinspirasi Imbalan Mencari Uban Ayahnya

Rabu, 09 September 2015 - 11:01 WIB
Pendiri Airtasker Terinspirasi Imbalan Mencari Uban Ayahnya
Pendiri Airtasker Terinspirasi Imbalan Mencari Uban Ayahnya
A A A
Tim Fung kini sukses menjadi co-founder dan chief executive officer (CEO) Airtasker. Melalui Airtasker, pengguna dapat membayar seseorang guna melakukan pekerjaan tertentu untuk mereka.

Aplikasi yang dapat diunduh untuk pengguna Android, I-Phone, dan website ini sekarang memiliki 320.000 pengguna terdaftar di seluruh Australia. Jumlah tersebut termasuk orang-orang yang meminta pekerjaan yang harus dilakukan dan mereka yang mengajukan tawaran untuk melakukan pekerjaan tertentu. Ada sekitar 15.000 pekerjaan baru yang ditawarkan setiap bulan. Untuk tahun ini secara keseluruhan transaksi melalui aplikasi itu mencapai 20 miliar dolar Australia.

Dati total transaksi itu, Airtasker mengambil komisi 15% dari uang yang dibayarkan untuk setiap pekerjaan. Kisah unik ada di balik kesuksesan Airtasker. Fung ayahnya lahir di Hong Kong dan ibunya generasi keempat keturunan China di Australia. Fung mengatakan orang tuanya rajin dan tekun meski sifat-sifat itu tidak selalu melekat kepadanya. Bungsu dari tiga bersaudara ini semasa kecil kerap mendapat uang jajan tambahan berkat mencabut uban di kepala ayahnya.

”Ayah saya sering mengatakan 'setiap kali kamu memilih rambut abu-abu, ayah akan membayar kamu lima sen',” ujar Fung kepada BBC. Benar saja, Fung melakukan hal tersebut saat sang ayah tertidur pulas di depan televisi. Dia terus mencabut uban ayahnya hingga total pendapatannya 25 dolar Australia. Bagi Fung yang waktu itu berusia 10 tahun, mendapat uang sebesar itu dalam waktu dua jam adalah jumlah yang besar.

Dari pengalaman itulah, dia mengembangkan semangat kewirausahaannya. Dia pun merintis Airtasker pada 2011 dan mundur diri dari jabatannya sebagai bankir investasi. Fung bekerja sama dengan mitra bisnisnya, Jonathan Lui. Mitranya adalah teman saat kuliah di Universitas New South Wales di Sydney. ”Hal terbaik untuk dilakukan adalah memaksa diri Anda keluar dari pekerjaan dengan melakukan sesuatu yang berisiko,” ungkapnya mengenai keputusannya memulai Airtasker. Saat awal merintis bisnis, tidak jarang dia harus bergadang hingga larut malam selama 18 bulan pertama peluncuran Airtasker. Kerja keras ini akhirnya membuahkan hasil.

”Kami pun memiliki tenaga kerja lokal yang akan datang dan membuat Anda menawarkan pekerjaan untuk mereka. Jadi, mereka akan mengatakan, 'saya bisa melakukan pekerjaan itu untuk 100 dolar Australia, atau 200 dolar Australia, atau 300 dolar Australia. Anda hanya melihat melalui semua pilihan-pilihan yang ada,” ucap Fung menjelaskan sistem kerja Airtasker. Setelah itu pengguna dapat memilih orang terbaik untuk pekerjaan tersebut berdasarkan reputasi mereka.

Ananda Nararya
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5915 seconds (0.1#10.140)