Tak Henti Layani Jamaah Haji, PPIH Tak Sempat Ganti Baju
A
A
A
JEDDAH - Baju seragam warna putih dengan strip merah di saku dan leher sudah terlihat kusut. Begitupun juga dengan celana dan rompi hitam bertulisan Petugas Haji Indonesia 2015 yang sudah dua hari tiga malam menempel di tubuh Nur Eko Rosyantono, salah seorang petugas yang melayani jamaah haji Indonesia di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi.
Dia dan belasan petugas lainnya sejak Kamis 3 September 2015 dini hari hingga Sabtu 5 September 2015 malam bertugas nonstop melayani jamaah haji Indonesia di tempat miqot, Plasa Indonesia. Mereka merupakan petugas yang diterjunkan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di daerah kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah.
Setiap hari minimal 12 kelompok terbang (kloter) jamaah yang harus dilayani. Setiap kloter jumlah jamaahnya berkisar antara 400 hingga 450 jamaah.Sebenarnya ada dua sektor atau grup yang bertugas secara bergantian tiap hari. Namun, petugas sektor II masih berada di Madinah untuk melayani jamaah yang mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz.
Praktis, dua grup ini harus bekerja ekstra dengan memaksimalkan personel yang ada. “Kita enggak sempat pulang ke pemondokan dan ganti baju. Semuanya demi tugas melayani jamaah haji. Kalau mandi, masih sempat. Namun langsung pakai baju, karena tak bawa handuk. Nanti bajunya kering sendiri,” tutur Eko.
Meski raut muka para petugas terlihat letih karena kurang tidur, namun mereka tetap bersemangat. Meski ngantuk, mereka hanya bisa beristirahat sebentar yakni saat menunggu jamaah keluar dari terminal kedatangan.
Terkadang ada hal unik yang ditemui. Misalnya jamaah yang tidak bisa berbahasa Indonesia dan menanyakan sesuatu. Petugas pun harus menanyakan berulang kali maksud yang diucapkan jamaah. Jika masih tidak mengerti maksudnya, maka terpaksa mencari petugasnya yang bisa berkomunikasi dengan jamaah, lewat bahasa daerah tempat asal mereka.
Plasa Indonesia berada di samping terminal kedatangan. Tempatnya cukup luas dengan atap tenda raksasa. Udara di tempat ini semakin siang terasa gerah karena berada di tempat terbuka.
Karena berada tak jauh dari Laut Merah, suhunyta terasa hangat namun terasa tak sepanas di Madinah dan Medinah. Miqot memanjang dengan dibagai beberapa blok. Setiap blok dilengkapi tempat mandi dan wudlu. Satu blok dipakai jamaah Indonesia. Sedangkan di ujung selatan dipakai jamaah haji asal Malaysia.
Kepala Sektor I Bandara Jeddah-Medinah, Artanto Daker menuturkan, menginap di bandara bagi petugas haji sudah menjadi semacam kewajiban setiap musim penyelenggaraan haji. “Jadi kami sudah terbiasa. Senangnya kita bisa bertemu dengan banyak jamaah dari Sabang sampai Merauke yang memiliki latar belakang berbeda-beda,” ungkapnya kepada SINDO.
Para petugas juga mencatat jumlah jamaah yang datang, hingga membimbing jamaah saat kebingungan mencari tempat mandi, dan bahkan memandikan dan membantu memakaikan kain ihram jamaah lanjut usia (lansia). Selepas jamaah memakai ihram serta salat sunah ihram tugas belum selesai.
Saat dibariskan sesuai regu masing-masing seringkali ada bawaan yang tercecer. Seperti tas tentengan, paspor hingga baju yang tertinggal di tempat jamaah memakai kain ihram.
Praktis pemiliknya harus dicari sampai ketemu. "Ada dua baju batik yang ketinggalan. Tolong jamaah yang merasa ketinggalan bisa mengambilnya di pojok sini," ujar Pelaksana Perlindungan Jamaah, Jajang Sukendar.
Begitu juga saat naik bus, ada juga jamaah yang salah naik bus jamaah negara lainnya. Petugas dengan sabar melayani jamaah hingga rombongan bus dilepas untuk berangkat ke Mekkah.
PILIHAN:
Tips Ampuh Atasi Kebelet Pipis di Masjidil Haram
Belum Kantongi Visa, 27 Calhaj Brebes Batal ke Tanah Suci
Dia dan belasan petugas lainnya sejak Kamis 3 September 2015 dini hari hingga Sabtu 5 September 2015 malam bertugas nonstop melayani jamaah haji Indonesia di tempat miqot, Plasa Indonesia. Mereka merupakan petugas yang diterjunkan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di daerah kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah.
Setiap hari minimal 12 kelompok terbang (kloter) jamaah yang harus dilayani. Setiap kloter jumlah jamaahnya berkisar antara 400 hingga 450 jamaah.Sebenarnya ada dua sektor atau grup yang bertugas secara bergantian tiap hari. Namun, petugas sektor II masih berada di Madinah untuk melayani jamaah yang mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz.
Praktis, dua grup ini harus bekerja ekstra dengan memaksimalkan personel yang ada. “Kita enggak sempat pulang ke pemondokan dan ganti baju. Semuanya demi tugas melayani jamaah haji. Kalau mandi, masih sempat. Namun langsung pakai baju, karena tak bawa handuk. Nanti bajunya kering sendiri,” tutur Eko.
Meski raut muka para petugas terlihat letih karena kurang tidur, namun mereka tetap bersemangat. Meski ngantuk, mereka hanya bisa beristirahat sebentar yakni saat menunggu jamaah keluar dari terminal kedatangan.
Terkadang ada hal unik yang ditemui. Misalnya jamaah yang tidak bisa berbahasa Indonesia dan menanyakan sesuatu. Petugas pun harus menanyakan berulang kali maksud yang diucapkan jamaah. Jika masih tidak mengerti maksudnya, maka terpaksa mencari petugasnya yang bisa berkomunikasi dengan jamaah, lewat bahasa daerah tempat asal mereka.
Plasa Indonesia berada di samping terminal kedatangan. Tempatnya cukup luas dengan atap tenda raksasa. Udara di tempat ini semakin siang terasa gerah karena berada di tempat terbuka.
Karena berada tak jauh dari Laut Merah, suhunyta terasa hangat namun terasa tak sepanas di Madinah dan Medinah. Miqot memanjang dengan dibagai beberapa blok. Setiap blok dilengkapi tempat mandi dan wudlu. Satu blok dipakai jamaah Indonesia. Sedangkan di ujung selatan dipakai jamaah haji asal Malaysia.
Kepala Sektor I Bandara Jeddah-Medinah, Artanto Daker menuturkan, menginap di bandara bagi petugas haji sudah menjadi semacam kewajiban setiap musim penyelenggaraan haji. “Jadi kami sudah terbiasa. Senangnya kita bisa bertemu dengan banyak jamaah dari Sabang sampai Merauke yang memiliki latar belakang berbeda-beda,” ungkapnya kepada SINDO.
Para petugas juga mencatat jumlah jamaah yang datang, hingga membimbing jamaah saat kebingungan mencari tempat mandi, dan bahkan memandikan dan membantu memakaikan kain ihram jamaah lanjut usia (lansia). Selepas jamaah memakai ihram serta salat sunah ihram tugas belum selesai.
Saat dibariskan sesuai regu masing-masing seringkali ada bawaan yang tercecer. Seperti tas tentengan, paspor hingga baju yang tertinggal di tempat jamaah memakai kain ihram.
Praktis pemiliknya harus dicari sampai ketemu. "Ada dua baju batik yang ketinggalan. Tolong jamaah yang merasa ketinggalan bisa mengambilnya di pojok sini," ujar Pelaksana Perlindungan Jamaah, Jajang Sukendar.
Begitu juga saat naik bus, ada juga jamaah yang salah naik bus jamaah negara lainnya. Petugas dengan sabar melayani jamaah hingga rombongan bus dilepas untuk berangkat ke Mekkah.
PILIHAN:
Tips Ampuh Atasi Kebelet Pipis di Masjidil Haram
Belum Kantongi Visa, 27 Calhaj Brebes Batal ke Tanah Suci
(kri)