Korut-Korsel Siap Gelar Reuni Keluarga

Selasa, 08 September 2015 - 09:46 WIB
Korut-Korsel Siap Gelar Reuni Keluarga
Korut-Korsel Siap Gelar Reuni Keluarga
A A A
SEOUL - Para pejabat Palang Merah dari Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) kemarin menggelar perundingan tentang persiapan reuni keluarga yang terpisah akibat Perang Korea.

Perundingan yang digelar di Desa Panmunjom, perbatasan Korut-Korsel, merupakan hasil kesepakatan perundingan damai dua Korea yang dicapai pada dua pekan lalu. Namun, seiring dengan catatan buruk Korut yang kerap memanipulasi isu reuni tersebut, tidak ada jaminan bahwa rencana tersebut bisa berlangsung sukses ke depan. Fokus perundingan kemarin pada tanggal dan lokasi reuni keluarga.

Kemungkinan besar reuni tersebut akan dilakukan di Resor Gunung Kumgang, Korut, awal Oktober nanti. Reuni tersebut sebagai kesempatan untuk mempertemukan warga Korut-Korsel yang terpisah akibat konflik 1950-53 yang memisahkan dua Korea. Sekitar 66.000 warga Korsel - sebagian besar berusia 80 hingga 90 tahun - berada daftar tunggu untuk mengikuti reuni keluarga tersebut. Tapi, hanya ratusan orang yang dipilih setiap reuni digelar.

Bagi warga yang masuk daftar tunggu, proses seleksi reuni itu memainkan emosi dan perasaan. Mereka selalu berharap bisa mengikuti agenda tersebut meskipun sulit terwujud karena antre. ”Sebagian besar orang yang masuk daftar tunggu itu sudah berusia tua dan kondisi kesehatannya memburuk,” kata Jung Jae-eun, salah satu pejabat Palang Merah Korsel, dikutip AFP .

Program reuni keluarga itu dimulai setelah KTT Korut-Korsel pada 2000. Awalnya acara itu digelar setiap tahun. Tapi, seiring dengan ketegangan perbatasan, reuni tersebut kerap dibatalkan sepihak oleh Korut. Pada Februari 2014, proses pemilihan warga Korsel yang mengikuti reuni dilakukan dengan pengacakan oleh komputer. Proses itu dianggap adil untuk memilih 500 peserta. Selain itu, proses pemilihan juga mempertimbangkan usia dan latar belakang keluarga.

Panitia juga melakukan wawancara terhadap 200 orang dan mereka harus melalui tes kesehatan. Akhirnya hanya 100 warga yang dipilih. Bagi warga Korsel yang beruntung mengikuti reuni, acara itu merupakan pertemuan yang sangat emosional dan hampir traumatis. Banyak peserta lansia jatuh dan menangis ketika mereka berpelukan erat satu sama lain.

Peristiwa itu biasanya berlangsung beberapa hari dan sukacita reuni itu berubah menjadi rasa sakit yang tak terelakkan yaitu perpisahan karena harus kembali ke negara masing-masing. Kebanyakan dari warga kedua Korea yang terpisah itu meninggal tanpa memiliki kesempatan untuk melihat atau mendengar kabar tentang keluarga mereka yang berada di sisi lain dari perbatasan.

Komunikasi sipil antarkedua negara dilarang sehingga mempersulitkan jalinan silaturahmi. Sebenarnya perundingan soal reuni itu muncul setelah kedua negara terlibat ketegangan pada pekan terakhir bulan lalu. Ketegangan tersebut berhasil diselesaikan dalam perundingan damai antara Korut-Korsel. Kedua belah pihak sepakat mengakhiri ketegangan militer dan mengurangi konflik perbatasan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano kemarin mengungkapkan Korut tampaknya merenovasi dan membangun gedung di fasilitas nuklir Yongbyon. Fasilitas nuklir tersebut merupakan pusat pengembangan p r o g r a m n u k l i r Pyongyang. ”Kita mengamati aktivitas renovasi dan pembangunan di berbagai lokasi di Yongbyon,” kata Amano dalam rapat tertutup Dewan Gubernur IAEA di Wina, Austria.

Menurut Amano, aktivitas tersebut menunjukkan ada pengembangan kemampuan nuklir Korut. Dia tidak mengatakan di bagian mana lokasi renovasi dan proses konstruksi di Yongbyon. ”Kita akan terus memonitor perkembangan di Yongbyon, khususnya melalui citra satelit,” kata dikutip Reuters .

Andika hendra m
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7243 seconds (0.1#10.140)