Pencarian Korban Dihentikan
A
A
A
KUALA LUMPUR - Sebanyak 61 jasad telah ditemukan dari kapal karam yang mengangkut puluhan warga negara Indonesia. Hanya sekitar 20 orang yang selamat dari tragedi pada Kamis (3/9) itu.
Menurut Direktur Search And Rescue Badan Maritim Malaysia Robert Teh, korban tewas itu sebagian besar pria dan ada satu balita. ”Jika tidak ada lagi jasad yang ditemukan hari ini, kami akan menghentikan operasi search and rescue besok,” ujar Teh pada kantor berita Reuters. Pejabat Badan Penegakan Hukum Maritim Malaysia Mohamad Aliyas Hamdan menjelaskan, sebanyak 11 jasad lagi ditemukan pada Minggu (6/9).
Sebanyak 37 korban tewas adalah pria, ditambah 23 perempuan dan anak perempuan berusia tiga tahun. ”Sebanyak 20 warga Indonesia telah diselamatkan dalam keadaan baik dan masih ditahan oleh penjaga pantai,” paparnya, dikutip kantor berita AFP. Kapal kayu itu tenggelam diduga karena kelebihan muatan dan cuaca buruk. Kapal itu tenggelam sekitar 16 kilometer dari pusat negara bagian Selangor, Malaysia, Kamis (4/9).
Korban selamat menyatakan, ada lebih dari 80 orang di kapal yang karam tersebut. Meski demikian, nelayan lokal menyatakan jumlah penumpang mencapai 100 orang. Para migran hendak kembali ke Indonesia untuk merayakan hari libur Idul Adha. Salah satu korban, Asminah, baru pertama kali ini pulang ke kampung halaman dalam tiga tahun. Putra sulungnya, Yan Iqbar, menjelaskan hanya dia yang diberi kabar tentang rencana ibunya pulang.
”Dia ingin memberi kejutan pada keluarga,” ujarnya. Para pekerja migran di Malaysia, baik yang legal atau ilegal, berjumlah sekitar enam juta jiwa. Sebagian besar para pekerja migran itu berasal dari Indonesia. Mereka banyak bekerja di lokasi konstruksi, perkebunan, pabrik, dan sebagai pembantu rumah tangga. Sebelumnya dilaporkan, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNIBHI) KemluRI LaluMuhammadIqbal mengatakan, seluruh jenazah saat ini telah ditampung di tiga rumah sakit (RS) Malaysia yakni RS Ipoh, RS Sabak Bernam, dan RS Teluk Intan.
Seluruh jenazah akan segera menjalani tes DNA untuk identifikasi. Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan Pemerintah Malaysia saat ini fokus pada proses identifikasi korban. Menurut Iqbal, KBRI menempatkan sejumlah staf di tiga RS yang menampung jenazah WNI itu.
”Mereka akan mencoba membantu dan mendampingi keluarga korban yang datang ke Malaysia dari Indonesia untuk ikut melakukan identifikasi. Pihak Malaysia juga sudah mengambil sampel DNA korban. Namun, hingga saat ini baru 10 jenazah yang berhasil diidentifikasi, enam oleh keluarga dan empat orang, karena membawa identitas (ID),” kata Iqbal dalam keterangan tertulisnya.
Sebagian besar jenazah memang sulit diidentifikasi. Pengambilan sampel DNA juga sulit difokuskan karena terdapat banyak kendala dalam proses identifikasi jenazah. Ditambahlagi, kapal itu tidak memiliki manifes dan tidak sedang melalui jalur reguler. Penumpang kapal juga tidak saling mengenal satu sama lain.
Syarifudin
Menurut Direktur Search And Rescue Badan Maritim Malaysia Robert Teh, korban tewas itu sebagian besar pria dan ada satu balita. ”Jika tidak ada lagi jasad yang ditemukan hari ini, kami akan menghentikan operasi search and rescue besok,” ujar Teh pada kantor berita Reuters. Pejabat Badan Penegakan Hukum Maritim Malaysia Mohamad Aliyas Hamdan menjelaskan, sebanyak 11 jasad lagi ditemukan pada Minggu (6/9).
Sebanyak 37 korban tewas adalah pria, ditambah 23 perempuan dan anak perempuan berusia tiga tahun. ”Sebanyak 20 warga Indonesia telah diselamatkan dalam keadaan baik dan masih ditahan oleh penjaga pantai,” paparnya, dikutip kantor berita AFP. Kapal kayu itu tenggelam diduga karena kelebihan muatan dan cuaca buruk. Kapal itu tenggelam sekitar 16 kilometer dari pusat negara bagian Selangor, Malaysia, Kamis (4/9).
Korban selamat menyatakan, ada lebih dari 80 orang di kapal yang karam tersebut. Meski demikian, nelayan lokal menyatakan jumlah penumpang mencapai 100 orang. Para migran hendak kembali ke Indonesia untuk merayakan hari libur Idul Adha. Salah satu korban, Asminah, baru pertama kali ini pulang ke kampung halaman dalam tiga tahun. Putra sulungnya, Yan Iqbar, menjelaskan hanya dia yang diberi kabar tentang rencana ibunya pulang.
”Dia ingin memberi kejutan pada keluarga,” ujarnya. Para pekerja migran di Malaysia, baik yang legal atau ilegal, berjumlah sekitar enam juta jiwa. Sebagian besar para pekerja migran itu berasal dari Indonesia. Mereka banyak bekerja di lokasi konstruksi, perkebunan, pabrik, dan sebagai pembantu rumah tangga. Sebelumnya dilaporkan, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNIBHI) KemluRI LaluMuhammadIqbal mengatakan, seluruh jenazah saat ini telah ditampung di tiga rumah sakit (RS) Malaysia yakni RS Ipoh, RS Sabak Bernam, dan RS Teluk Intan.
Seluruh jenazah akan segera menjalani tes DNA untuk identifikasi. Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan Pemerintah Malaysia saat ini fokus pada proses identifikasi korban. Menurut Iqbal, KBRI menempatkan sejumlah staf di tiga RS yang menampung jenazah WNI itu.
”Mereka akan mencoba membantu dan mendampingi keluarga korban yang datang ke Malaysia dari Indonesia untuk ikut melakukan identifikasi. Pihak Malaysia juga sudah mengambil sampel DNA korban. Namun, hingga saat ini baru 10 jenazah yang berhasil diidentifikasi, enam oleh keluarga dan empat orang, karena membawa identitas (ID),” kata Iqbal dalam keterangan tertulisnya.
Sebagian besar jenazah memang sulit diidentifikasi. Pengambilan sampel DNA juga sulit difokuskan karena terdapat banyak kendala dalam proses identifikasi jenazah. Ditambahlagi, kapal itu tidak memiliki manifes dan tidak sedang melalui jalur reguler. Penumpang kapal juga tidak saling mengenal satu sama lain.
Syarifudin
(ars)