Titah dan Takhta Ratu Elizabeth II

Senin, 07 September 2015 - 08:33 WIB
Titah dan Takhta Ratu Elizabeth II
Titah dan Takhta Ratu Elizabeth II
A A A
LONDON - Saat naik takhta pada usia yang masih sangat muda, Ratu Elizabeth II berjanji akan mengabdikan hidup bagi rakyatnya. Tapi, untuk berapa lama? Kini hampir tujuh dekade Ratu Elizabeth II bertakhta.

”Saya berjanji kepada semua orang bahwa seluruh kehidupan saya, baik panjang atau pendek, akan didedikasikan untuk melayani rakyat,” demikian sumpah yang diucapkan saat Elizabeth II berusia 21 tahun. Saat itu dia menegaskan moto yang tersimpan dan digunakan oleh para pendulunya, ”Saya melayani. Tuhan akan membantu saya mewujudkan janji saya.” Pada Rabu malam nanti (9/9), Ratu Elizabeth II resmi bertakhta sepanjang 63 tahun, tujuh bulan dan dua hari.

Selama itu pula dia sudah bertemu dengan ratusan ribuan orang dalam puluhan ribu acara. Ribuan kali orang mengungkapkan: ”Long live our noble Queen ... long to reign over us (Hidup mulia Ratu... semoga lama memimpin kita semua).” Sejarawan Kate Williams mengungkapkan, kekuasaan panjang Ratu Elizabeth, 89, dikarenakan kekuatan dan popularitasnya.

”Dia (Ratu Elizabeth) melalui Perang Dunia II dan melewati abad 20,” ujarnya. Banyak orang, kata Williams, yang tidak mengetahui seluk beluk Kerajaan Inggris yang berbeda. ”Hingga kita merasa akrab dengannya,” tuturnya dikutip Sydney Morning Herald . Mantan menteri dalam kabinet pemerintahan Margareth Thatcher, Douglas Hurd, menulis buku tentang Ratu Elizabeth dengan judul Elizabeth II The Steadfast .

Kata pengantar buku tersebut ditulis Pangeran William yang menyebut neneknya sebagai ”teladan kehidupan pemimpin yang melayani publik”. ”Ratu Elizabeth percaya rakyat Inggris menginginkan kerajaan tidak seperti bergaya pedesaan, seperti Skandinavia atau Belanda, tetapi kerajaan yang selalu mengikuti perubahan,” tulis Hurd dalam bukunya.

Setelah 63 tahun berkuasa, Ratu Elizabeth tidak memberikan sinyal kalau dia akan mundur atau menyerahkan takhta kepada putranya. Dia tidak memiliki keinginan untuk mengikuti para pemimpin kerajaan di Eropa lainnya yang memilih untuk menyerahkan takhta kepada putra mahkota. Pada April 2013 lalu, Ratu Belanda Beatrix, 75, menyerahkan takhtanya kepada putranya, Willem-Alexander, pakar manajemen air. ”Saya ingin memberi jalan bagi generasi baru,” tuturnya.

Selanjutnya pada Juli 2013, Raja Belgia Albert mundur setelah 20 tahun berkuasa, menyerahkannya takhta kepada Philippe. Pada Juni tahun lalu, Raja Juan Carlos menyerahkan takhta kepada putranya, Felipe yang berusia 76 tahun, karena serangkaian skandal korupsi di keluarga Kerajaan Spanyol. Margaret Rhodes, sepupu dan teman sejak kecil Ratu Elizabeth, percaya bahwa Ratu Elizabeth tidak akan pernah melupakan komitmennya.

”Janji yang pernah diucapkan pada hari pelantikan merupakan suatu yang dalam dan spesial. Dia (Ratu Elizabeth) tidak akan mempertimbangkan untuk tidak melanjutkan realisasi janji itu hingga dia meninggal,” kata Rhodes kepada BBC . Sebagian rakyat Inggris berpandangan, takhta harus diberikan kepada putra mahkotanya, Pangeran Charles. Tetapi sebagian lain berpandangan, penerus selanjutnya adalah cucunya, Pangeran William. Sedangkan sebagian lain berpendapat, biarkan Ratu Elizabeth bertakhta hingga akhir hayatnya.

Dengan demikian, Pangeran Charles, 66, menjadi putra mahkota terlama yang menunggu takhta. Banyak warga Inggris yang tidak menyukai Pangeran Charles. Apalagi, Ratu Elizabeth II lebih populer dibandingkan putranya itu.

Jajak pendapat pada April lalu, 53% responden lebih menyukai Charles sedangkan 77% justru lebih mencintai Ratu Elizabeth II. Hanya 19% warga Inggris yang menginginkan Republik dibandingkan 70% masih mendukung kerajaan.

Muh shamil/andika
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7041 seconds (0.1#10.140)