125 Mahasiswa Indonesia Bakal Bantu PPIH
A
A
A
JEDDAH - Sebanyak 125 mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di berbagai negara Timur Tengah bakal diterjunkan membantu petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2015. Hambatan pengurusan visa yang membuat kedatangan mahasiswa ke Tanah Suci terlambat dari jadwal seharusnya akhirnya bisa terselesaikan.
Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2015, Ahmad Dumyati Bashori menjelaskan, persoalan visa mahasiswa yang kuliah di sembilan negara itu terhambat karena kuota Indonesia di sistem e-hajj terlampaui.
“Namun insya Allah telah bisa diselesaikan. Mereka di antaranya berasal dari mahasiswa Indonesia yang kuliah di Kairo (Mesir), Khortum (Sudan), dan Tunisia. Sedangkan mahasiswa Indonesia yang kuliah dan Suriah dan Lebanon tidak dapat masuk dalam kuota visa e-hajj. Namun, mereka akhirnya menggunakan visa lainnya,” katanya di Jeddah, Minggu (6/9/2015).
Dumyati menegaskan, keberadaan mereka sangat sangat harapkan untuk membantu melayani jamaah. “Saat ini sebenarnya sudah sangat terlambat,” ujarnya.
Mahasiswa yang menjadi tenaga musiman (temus) tersebut rata-rata memiliki kemampuan bahasa Arab yang baik. Sehingga diharapkan dapat membantu melayanani jamaah haji. Misalnya untuk mengarahkan jamaah di halte-halte bus shalawat.
“Sekarang tenaga untuk transportasi sangat minim. Saya sudah keliling ke terminal dan halte pemberhentian bus shalawat. Ternyata ada yang petugasnya hanya satu atau dua orang. Kalau mereka tidak datang, maka akan sangat membebani sekali karena jumlah petugas kita memang minim,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah, Nurul Badruttamam menyambut baik selesainya visa untuk temus mahasiswa. Dia mengusulkan untuk musim haji tahun depan sebaiknya ada kepastian terkait waktu kedatangan temus mahasiswa.
“Jadi rekrutmen dan tes bisa dilakukan lebih cepat. Termasuk pengurusan visanya, sehingga kedatangan mereka jelas waktunya kapan,” tandasnya.
Menurut Nurul, memang harus ada diplomasi khusus ke pemerintah negara tempat sembilan asal Indonesia tinggal agar kasus molornya visa mahasiswa yang terjadi hampir tiap tahun tidak terulang terus setiap tahun.
“Kalau memang tidak bisa dipastikan waktu kedatangannya, maka sebagai evaluasi untuk musim haji tahun depan sebaiknya rekrut temus yang pasti-pasti saja saja, bisa dari mukimin (WNI yang bermukim di Arab Saudi. Yang daftar dan ikut tes kan banyak, itu kan bisa diambil,” usulnya.
PILIHAN:
Ini 3 Aktor di Balik Bergabungnya PAN ke Gerbong Pemerintah
Sikap Ical & Prabowo Atas Bergabungnya PAN ke Koalisi Jokowi
Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2015, Ahmad Dumyati Bashori menjelaskan, persoalan visa mahasiswa yang kuliah di sembilan negara itu terhambat karena kuota Indonesia di sistem e-hajj terlampaui.
“Namun insya Allah telah bisa diselesaikan. Mereka di antaranya berasal dari mahasiswa Indonesia yang kuliah di Kairo (Mesir), Khortum (Sudan), dan Tunisia. Sedangkan mahasiswa Indonesia yang kuliah dan Suriah dan Lebanon tidak dapat masuk dalam kuota visa e-hajj. Namun, mereka akhirnya menggunakan visa lainnya,” katanya di Jeddah, Minggu (6/9/2015).
Dumyati menegaskan, keberadaan mereka sangat sangat harapkan untuk membantu melayani jamaah. “Saat ini sebenarnya sudah sangat terlambat,” ujarnya.
Mahasiswa yang menjadi tenaga musiman (temus) tersebut rata-rata memiliki kemampuan bahasa Arab yang baik. Sehingga diharapkan dapat membantu melayanani jamaah haji. Misalnya untuk mengarahkan jamaah di halte-halte bus shalawat.
“Sekarang tenaga untuk transportasi sangat minim. Saya sudah keliling ke terminal dan halte pemberhentian bus shalawat. Ternyata ada yang petugasnya hanya satu atau dua orang. Kalau mereka tidak datang, maka akan sangat membebani sekali karena jumlah petugas kita memang minim,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah, Nurul Badruttamam menyambut baik selesainya visa untuk temus mahasiswa. Dia mengusulkan untuk musim haji tahun depan sebaiknya ada kepastian terkait waktu kedatangan temus mahasiswa.
“Jadi rekrutmen dan tes bisa dilakukan lebih cepat. Termasuk pengurusan visanya, sehingga kedatangan mereka jelas waktunya kapan,” tandasnya.
Menurut Nurul, memang harus ada diplomasi khusus ke pemerintah negara tempat sembilan asal Indonesia tinggal agar kasus molornya visa mahasiswa yang terjadi hampir tiap tahun tidak terulang terus setiap tahun.
“Kalau memang tidak bisa dipastikan waktu kedatangannya, maka sebagai evaluasi untuk musim haji tahun depan sebaiknya rekrut temus yang pasti-pasti saja saja, bisa dari mukimin (WNI yang bermukim di Arab Saudi. Yang daftar dan ikut tes kan banyak, itu kan bisa diambil,” usulnya.
PILIHAN:
Ini 3 Aktor di Balik Bergabungnya PAN ke Gerbong Pemerintah
Sikap Ical & Prabowo Atas Bergabungnya PAN ke Koalisi Jokowi
(kri)