Sumatera Darurat Asap
A
A
A
JAKARTA - Kabut asap memburuk. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun memerintahkan untuk membuka 8 posko pengendalian dan penanganan asap, 4 di Sumatera dan 4 di Kalimantan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif menjelaskan, dalam rapat terbatas yang dipimpin Presiden di Kompleks Istana Presiden Jakarta kemarin siang, Kepala Negara memberikan perhatian penuh atas penanganan masalah kabut asap tersebut. Bahkan ada rencana Presiden melakukan peninjauan langsung dalam waktu dekat.
Menurut dia, ada empat langkah yang akan diambil untuk mengendalikan dan menangani asap. Pertama, pemadaman sedini mungkin oleh petugas di lapangan dibantu TNI. Langkah kedua adalah bidang hukum, Polri harus melakukan penegakan hukum atas lahan terbakar dan menimbulkan asap.
”Yang ketiga adalah kesehatan, yakni ada penyakit ISPA (infeksi saluran pernapasan atas). Yang menangani adalah Kementerian Kesehatan di delapan posko tadi. Sementara langkah terakhir adalah sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak membakar lahan,” kata Syamsul di Istana Presiden kemarin. Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bambang Hendroyono menambahkan, sebagai koordinator penanganan asap, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akan berkoordinasi dengan semua pihak dalam menangani asap tersebut.
”Hingga hari ini (kemarin) ada 156 titik panas di Sumatera dan Kalimantan dan kami berharap masalah asap itu dapat diatasi September ini,” ujar Bambang. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun menyatakan polusi asap kebakaran lahan dan hutan tersebut kini menyelimuti hampir seluruh daerah di Pulau Sumatera, bahkan berpeluang terbawa angin ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
”Dari data pagi ini (kemarin), hampir seluruh Sumatera tertutup asap mulai dari Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Utara hingga Aceh,” kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru Sugarin kemarin. Dia melanjutkan, kondisi asap di Pekanbaru masih tetap pekat dan hingga kemarin siang jarak pandang hanya berkisar 700 meter. Polusi asap muncul akibat kebakaran yang melanda Sumatera Selatan, Jambi, dan Riau yang terbawa angin dari arah selatan ke utara.
”Kalau kondisi kebakaran tidak cepat ditanggulangi, asap akan semakin parah dan berpeluang sampai ke negara tetangga karena angin bergerak dari selatan ke utara,” katanya. Akibat asap tersebut, penerbangan di Sumatera terus terganggu. Di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau, misalnya, sebanyak 12 penerbangan rute domestik dan internasional terkendala akibat kabut asap tebal yang menyelimuti bandara. Airport Duty Manager Bandara SSK II Ibnu Hasan mengatakan, seluruh maskapai tidak dapat lepas landas ataupun melakukan pendaratan sejak pagi hingga siang kemarin karena jarak pandang hanya 700 meter.
”Bahkan, menjelang siang kabut asap terus memburuk hingga 500 meter,” katanya. Kondisi sama terjadi di Bandara Internasional Kualanamu (KNIA), Medan, Sumatera Utara. Gangguan penerbangan itu mengakibatkan para penumpang telantar di terminal keberangkatan kemarin. Menurut Diani, 50, penumpang Lion Air nomor penerbangan JT 196 tujuan Aceh yang seharusnya berangkat pukul 07.40 WIB, hingga pukul 10.30 WIB dia bersama 13 temannya belum berangkat.
Padahal, mereka yang berangkat dari Jakarta akan berlibur di Aceh. ”Kami sudah sejak pagi di sini, tapi belum ada kepastian berangkat. Alasan pihak maskapai adalah gangguan sehingga terpaksa delayed,” ujarnya.
Dicky irawan/ m andi yusri/ant
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif menjelaskan, dalam rapat terbatas yang dipimpin Presiden di Kompleks Istana Presiden Jakarta kemarin siang, Kepala Negara memberikan perhatian penuh atas penanganan masalah kabut asap tersebut. Bahkan ada rencana Presiden melakukan peninjauan langsung dalam waktu dekat.
Menurut dia, ada empat langkah yang akan diambil untuk mengendalikan dan menangani asap. Pertama, pemadaman sedini mungkin oleh petugas di lapangan dibantu TNI. Langkah kedua adalah bidang hukum, Polri harus melakukan penegakan hukum atas lahan terbakar dan menimbulkan asap.
”Yang ketiga adalah kesehatan, yakni ada penyakit ISPA (infeksi saluran pernapasan atas). Yang menangani adalah Kementerian Kesehatan di delapan posko tadi. Sementara langkah terakhir adalah sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak membakar lahan,” kata Syamsul di Istana Presiden kemarin. Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bambang Hendroyono menambahkan, sebagai koordinator penanganan asap, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akan berkoordinasi dengan semua pihak dalam menangani asap tersebut.
”Hingga hari ini (kemarin) ada 156 titik panas di Sumatera dan Kalimantan dan kami berharap masalah asap itu dapat diatasi September ini,” ujar Bambang. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun menyatakan polusi asap kebakaran lahan dan hutan tersebut kini menyelimuti hampir seluruh daerah di Pulau Sumatera, bahkan berpeluang terbawa angin ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
”Dari data pagi ini (kemarin), hampir seluruh Sumatera tertutup asap mulai dari Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Utara hingga Aceh,” kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru Sugarin kemarin. Dia melanjutkan, kondisi asap di Pekanbaru masih tetap pekat dan hingga kemarin siang jarak pandang hanya berkisar 700 meter. Polusi asap muncul akibat kebakaran yang melanda Sumatera Selatan, Jambi, dan Riau yang terbawa angin dari arah selatan ke utara.
”Kalau kondisi kebakaran tidak cepat ditanggulangi, asap akan semakin parah dan berpeluang sampai ke negara tetangga karena angin bergerak dari selatan ke utara,” katanya. Akibat asap tersebut, penerbangan di Sumatera terus terganggu. Di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau, misalnya, sebanyak 12 penerbangan rute domestik dan internasional terkendala akibat kabut asap tebal yang menyelimuti bandara. Airport Duty Manager Bandara SSK II Ibnu Hasan mengatakan, seluruh maskapai tidak dapat lepas landas ataupun melakukan pendaratan sejak pagi hingga siang kemarin karena jarak pandang hanya 700 meter.
”Bahkan, menjelang siang kabut asap terus memburuk hingga 500 meter,” katanya. Kondisi sama terjadi di Bandara Internasional Kualanamu (KNIA), Medan, Sumatera Utara. Gangguan penerbangan itu mengakibatkan para penumpang telantar di terminal keberangkatan kemarin. Menurut Diani, 50, penumpang Lion Air nomor penerbangan JT 196 tujuan Aceh yang seharusnya berangkat pukul 07.40 WIB, hingga pukul 10.30 WIB dia bersama 13 temannya belum berangkat.
Padahal, mereka yang berangkat dari Jakarta akan berlibur di Aceh. ”Kami sudah sejak pagi di sini, tapi belum ada kepastian berangkat. Alasan pihak maskapai adalah gangguan sehingga terpaksa delayed,” ujarnya.
Dicky irawan/ m andi yusri/ant
(ars)