Thailand Tangkap Tersangka Kedua
A
A
A
BANGKOK - Pria asing yang diyakini sebagai tersangka utama dalam pengeboman di Bangkok telah ditangkap di pos perbatasan Thailand dan Kamboja, kemarin. Perdana Menteri (PM) Thailand Prayut Chan-O-Cha menjelaskan hal itu kemarin.
Tersangka itu merupakan warga asing kedua yang ditahan terkait bom Bangkok pada 17 Agustus lalu yang menewaskan 20 orang. Prayut Chan-O-Cha yang juga pemimpin junta diminta berkomentar tentang rumor orang lain yang telah ditahan terkait bom tersebut. ”Ini benar. Dia ditahan di pos pemeriksaan Sa Kaeo,” ujar Prayut, dikutip kantor berita AFP.
Sa Kaeo merupakan wilayah Thailand yang berbatasan dengan Kamboja. Saat ditanya perkiraan dia tentang orang yang meletakkan bom di Kuil Erawan di distrik perbelanjaan Chidlom, Bangkok, dia menjawab, ”Kami sedang menginterogasi. Dia tersangka utama dan warga asing. Tersangka penting telah ditangkap pagi ini. Dia mungkin hendak melarikan diri.
” Pos pemeriksaan itu terletak di Sa Kaeo, kota perbatasan yang ramai dan kumuh. Kota itu menjadi rute transit penyelundupan barang antara dua negara. Motif serangan bom di kuil itu tetap menjadi misteri. Aksi itu merupakan serangan bom tunggal terburuk yang mengakibatkan banyak korban tewas.
Berbagai kecurigaan muncul tentang pelaku, mulai dari para pesaing politik, organisasi kriminal, militan, pemberontak di wilayah selatan, dan simpatisan pengungsi dari etnis minoritas Uighur, China. Pada Juli lalu Thailand mendeportasi 109 orang etnis Uighur ke China sehingga mengakibatkan kemarahan simpatisan para pencari suaka tersebut.
Menurut para pendukung Uighur, etnis minoritas itu akan kembali mengalami penyiksaan dan tekanan saat kembali ke China. Para demonstran warga Turki pun menyerbu konsulat Thailand di Istanbul dan memaksa kantor itu tutup. Perburuan terhadap para pelaku peledakan bom Bangkok diwarnai dengan berbagai pernyataan yang berten-tangan antara kepolisian dan junta militer.
Meski demikian, proses investigasi terus meningkat sejak akhir pekan lalu saat tersangka pertama telah ditahan. Warga asing itu ditahan pada Sabtu (29/8) di apartemen di pinggiran Bangkok. Dia dituduh memiliki perlengkapan pembuat bom dan puluhan paspor Turki palsu. Dia kini berada di tahanan militer tapi tidak dipublikasikan identitasnya.
Polisi berspekulasi, serangan itu merupakan pembalasan atas pemberantasan jaringan penyelundupan manusia. Meski demikian, para pengamat menyatakan, serangan bom itu tidak mungkin dimotivasi hanya untuk membalas tindakan pemerintah. Juru bicara junta menyatakan, interogasi terhadap warga asing yang ditahan pada Sabtu (29/8) telah membawa pada penangkapan tersangka baru.
Pernyataan juru bicara junta itu muncul sebelum pengumuman Prayut. Surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk beberapa orang, termasuk tiga pria yang tidak disebut namanya. Satu-satunya nama tersangka yang diumumkan ialah Wanna Suansan, 26, muslimah asal Thailand. Polisi menyatakan, Wanna menyewa apartemen berbeda di pinggiran Bangkok.
Di apartemen Wanna, polisi juga menemukan peralatan pembuat bom. Aparat keamanan juga mengeluarkan sketsa tersangka pria yang diyakini menyewa apartemen tersebut. Otoritas Thailand kemarin membenarkan bahwa Wanna merupakan warga asing tapi aparat menolak menjelaskan asal negaranya.
Senin (31/8) lalu jurnalis AFP menelusuri nomor telepon Wanna dan seorang perempuan menjawab panggilan telepon itu. Perempuan itu menyatakan dia tinggal di Kota Kayseri, Turki, bersama suaminya yang kewarganegaraannya tidak disebutkan. Nomor telepon itu merupakan nomor telepon seluler di Turki.
Dalam wawancara telepon dengan AFP itu, Wanna menyangkal terlibat dalam serangan bom tersebut. Menurut Wanna, dia tidak mengunjungi apartemen itu selama sekitar setahun. Di apartemennya itu peralatan perakit bom ditemukan oleh aparat kepolisian. Wanna justru menjelaskan bahwa dia menyewakan apartemen itu pada teman suaminya.
Juru bicara kepolisian nasional Thailand Prawut Thavornsiri menjelaskan, polisi telah mencari rumah orang tua Wanna di Provinsi Phang Nga, wilayah selatan Thailand. ”Orangtuanya bilang dia tidak di sana, dia di luar negeri. Kami sedang berkoordinasi agar dia berbicara pada polisi,” ujarnya tanpa menjelaskan keberadaan Wanna sekarang.
Sebelumnya dilaporkan, Kepolisian Thailand menyoroti kedatangan warga Turki beberapa hari sebelum bom di Bangkok yang menewaskan 20 orang pada 17 Agustus lalu. Meski demikian, otoritas di Turki menyatakan mereka belum menerima permintaan untuk bantuan dalam investasi itu.
Polisi di Thailand dan beberapa analis keamanan menyebut kemungkinan keterkaitan ledakan di Bangkok dengan minoritas Uighur yang berbahasa Turki. Uighur tinggal di wilayah barat China dan selama ini mengecam sejumlah penganiayaan yang dilakukan aparat pemerintah. Bulan lalu Pemerintah Thailand mendeportasi lebih dari 100 orang etnis Uighur ke China.
Tindakan Thailand menimbulkan kecaman dari kelompok hak asasi dan terjadi demonstrasi di depan Konsulat Thailand di Istanbul, Turki. Perlakuan terhadap etnis Uighur menjadi isu penting bagi sebagian rakyat Turki yang memiliki latar belakang budaya dan agama yang sama.
Media Thailand melaporkan kepolisian Thailand tengah menyelidiki 15-20 warga Turki yang masuk ke Thailand dalam kurun dua pekan sebelum ledakan. Juru bicara Kepolisian Thailand Prawut Thavornsiri membenarkan ada penyelidikan terhadap warga Turki. ”Mungkin di luar jumlah itu ada lebih banyak warga Turki di Thailand,” ujar Prawuth.
Syarifudin
Tersangka itu merupakan warga asing kedua yang ditahan terkait bom Bangkok pada 17 Agustus lalu yang menewaskan 20 orang. Prayut Chan-O-Cha yang juga pemimpin junta diminta berkomentar tentang rumor orang lain yang telah ditahan terkait bom tersebut. ”Ini benar. Dia ditahan di pos pemeriksaan Sa Kaeo,” ujar Prayut, dikutip kantor berita AFP.
Sa Kaeo merupakan wilayah Thailand yang berbatasan dengan Kamboja. Saat ditanya perkiraan dia tentang orang yang meletakkan bom di Kuil Erawan di distrik perbelanjaan Chidlom, Bangkok, dia menjawab, ”Kami sedang menginterogasi. Dia tersangka utama dan warga asing. Tersangka penting telah ditangkap pagi ini. Dia mungkin hendak melarikan diri.
” Pos pemeriksaan itu terletak di Sa Kaeo, kota perbatasan yang ramai dan kumuh. Kota itu menjadi rute transit penyelundupan barang antara dua negara. Motif serangan bom di kuil itu tetap menjadi misteri. Aksi itu merupakan serangan bom tunggal terburuk yang mengakibatkan banyak korban tewas.
Berbagai kecurigaan muncul tentang pelaku, mulai dari para pesaing politik, organisasi kriminal, militan, pemberontak di wilayah selatan, dan simpatisan pengungsi dari etnis minoritas Uighur, China. Pada Juli lalu Thailand mendeportasi 109 orang etnis Uighur ke China sehingga mengakibatkan kemarahan simpatisan para pencari suaka tersebut.
Menurut para pendukung Uighur, etnis minoritas itu akan kembali mengalami penyiksaan dan tekanan saat kembali ke China. Para demonstran warga Turki pun menyerbu konsulat Thailand di Istanbul dan memaksa kantor itu tutup. Perburuan terhadap para pelaku peledakan bom Bangkok diwarnai dengan berbagai pernyataan yang berten-tangan antara kepolisian dan junta militer.
Meski demikian, proses investigasi terus meningkat sejak akhir pekan lalu saat tersangka pertama telah ditahan. Warga asing itu ditahan pada Sabtu (29/8) di apartemen di pinggiran Bangkok. Dia dituduh memiliki perlengkapan pembuat bom dan puluhan paspor Turki palsu. Dia kini berada di tahanan militer tapi tidak dipublikasikan identitasnya.
Polisi berspekulasi, serangan itu merupakan pembalasan atas pemberantasan jaringan penyelundupan manusia. Meski demikian, para pengamat menyatakan, serangan bom itu tidak mungkin dimotivasi hanya untuk membalas tindakan pemerintah. Juru bicara junta menyatakan, interogasi terhadap warga asing yang ditahan pada Sabtu (29/8) telah membawa pada penangkapan tersangka baru.
Pernyataan juru bicara junta itu muncul sebelum pengumuman Prayut. Surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk beberapa orang, termasuk tiga pria yang tidak disebut namanya. Satu-satunya nama tersangka yang diumumkan ialah Wanna Suansan, 26, muslimah asal Thailand. Polisi menyatakan, Wanna menyewa apartemen berbeda di pinggiran Bangkok.
Di apartemen Wanna, polisi juga menemukan peralatan pembuat bom. Aparat keamanan juga mengeluarkan sketsa tersangka pria yang diyakini menyewa apartemen tersebut. Otoritas Thailand kemarin membenarkan bahwa Wanna merupakan warga asing tapi aparat menolak menjelaskan asal negaranya.
Senin (31/8) lalu jurnalis AFP menelusuri nomor telepon Wanna dan seorang perempuan menjawab panggilan telepon itu. Perempuan itu menyatakan dia tinggal di Kota Kayseri, Turki, bersama suaminya yang kewarganegaraannya tidak disebutkan. Nomor telepon itu merupakan nomor telepon seluler di Turki.
Dalam wawancara telepon dengan AFP itu, Wanna menyangkal terlibat dalam serangan bom tersebut. Menurut Wanna, dia tidak mengunjungi apartemen itu selama sekitar setahun. Di apartemennya itu peralatan perakit bom ditemukan oleh aparat kepolisian. Wanna justru menjelaskan bahwa dia menyewakan apartemen itu pada teman suaminya.
Juru bicara kepolisian nasional Thailand Prawut Thavornsiri menjelaskan, polisi telah mencari rumah orang tua Wanna di Provinsi Phang Nga, wilayah selatan Thailand. ”Orangtuanya bilang dia tidak di sana, dia di luar negeri. Kami sedang berkoordinasi agar dia berbicara pada polisi,” ujarnya tanpa menjelaskan keberadaan Wanna sekarang.
Sebelumnya dilaporkan, Kepolisian Thailand menyoroti kedatangan warga Turki beberapa hari sebelum bom di Bangkok yang menewaskan 20 orang pada 17 Agustus lalu. Meski demikian, otoritas di Turki menyatakan mereka belum menerima permintaan untuk bantuan dalam investasi itu.
Polisi di Thailand dan beberapa analis keamanan menyebut kemungkinan keterkaitan ledakan di Bangkok dengan minoritas Uighur yang berbahasa Turki. Uighur tinggal di wilayah barat China dan selama ini mengecam sejumlah penganiayaan yang dilakukan aparat pemerintah. Bulan lalu Pemerintah Thailand mendeportasi lebih dari 100 orang etnis Uighur ke China.
Tindakan Thailand menimbulkan kecaman dari kelompok hak asasi dan terjadi demonstrasi di depan Konsulat Thailand di Istanbul, Turki. Perlakuan terhadap etnis Uighur menjadi isu penting bagi sebagian rakyat Turki yang memiliki latar belakang budaya dan agama yang sama.
Media Thailand melaporkan kepolisian Thailand tengah menyelidiki 15-20 warga Turki yang masuk ke Thailand dalam kurun dua pekan sebelum ledakan. Juru bicara Kepolisian Thailand Prawut Thavornsiri membenarkan ada penyelidikan terhadap warga Turki. ”Mungkin di luar jumlah itu ada lebih banyak warga Turki di Thailand,” ujar Prawuth.
Syarifudin
(bbg)