Sibuk Foto di Atas Bukit dan Beli Batu Akik
A
A
A
Terik matahari begitu menyengat saat keluar dari mobil di parkiran Jabal Uhud, sebuah lokasi yang menjadi saksi sejarah Perang Uhud melawan pasukan kafir Quraisy pada 7 Syawal 3 Hijriah atau 22 Maret 625 Masehi.
Dari kejauhan, sebuah bukit batu cadas yang tak terlalu tinggi sudah dipenuhi jamaah haji dari berbagai negara. Bukit itu berada di samping kompleks makam Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW yang gugur di Perang Uhud. Makam Hamzah dikelilingi tembok tinggi. Sedangkan persis di sebelah makam Hamzah saat ini sedang dibangun masjid.
Di seberang jalan, tampak bukit batu yang cukup tinggi dan membentang luas. Bukit itulah yang sebenarnya disebut Jabal Uhud. Menurut cerita, di sekitar lokasi itulah peperangan dulu terjadi. Pasukan muslim yang langsung dipimpin Nabi Muhammad SAW sempat menang melawan serbuan musuh. Namun, karena tim pemanah muslim turun dari bukit untuk mengumpulkan harta rampasan perang, akhirnya pasukan musuh memukul balik pasukan muslim.
Sejarah mencatat ada 70 sahabat Nabi Muhammad yang gugur. Salah satunya Hamzah yang terkenal dengan julukan Singa Padang Pasir . Diceritakan pula bahwa Nabi yang saat itu dikawal sembilan orang sempat terkena sabetan pedang musuh sehingga giginya tanggal. Dari sembilan orang yang melindungi Nabi, tujuh di antaranya meninggal. Bukit Uhud terletak di pinggir jalan utama ke Jeddah.
Jamaah haji Indonesia pun tak ketinggalan memanfaatkan waktu untuk berziarah ke Jabal Uhud. Saat mereka di atas bukit, kebanyakan jamaah setelah sampai di atas saling bergantian mengabadikan ziarah dengan foto dengan latar belakang Jabal Uhud. ”Kami cuma dikasih waktu lima menit mendaki bukit ini. Soalnya kami mau melanjutkan arbain di Masjid Nabawi,” kata Zaenab, jamaah haji asal Fak-fak, Papua. Sedangkan Hajar dan Andi Armi, jamaah haji asal Embarkasi Makassar, mengaku sangat berkesan bisa ziarah ke Jabal Uhud.
”Kalau waktu di sekolah kan hanya mendapatkan cerita sejarah. Sekarang saya berkesempatan melihat langsung Jabal Uhud yang menjadi sejarah syiar Rasulullah,” akunya. Bukit yang didaki memang tidak licin dan batuannya keras sehingga tidak terlalu sulit untuk mencapai puncak. Meski demikian, ada jamaah yang tidak naik sampai atas. ”Saya tidak bisa naik karena kaki ini sakit,” kata Kamal, jamaah haji asal Depok, Jawa Barat yang sudah berusia 76 tahun.
Di samping tempat parkir banyak penjual oleh-oleh yang menawarkan dagangannya. Berbagai macam barang dipajang, mulai dari aneka kurma, tasbih, aksesoris, hingga batu akik. Jamaah Indonesia pun banyak yang tertarik membeli. Batu yang dijual bermacammacam. ”Ini pirus asli yang dicetak dengan besi. Kalau yang itu, batu buatan atau imitasi,” kata Abdullah, penjual batu akik saat merayu calon pembeli. Batu tersebut berasal dari Yaman, India, dan Arab Saudi.
Rombongan haji Indonesia pun ikut bergerombol untuk menawar batu akik. ”Satu lima riyal, kalau beli tiga 10 riyal,” tandas Abdullah. Hebatnya, meski di Tanah Air cukup banyak, jamaah banyak membeli akik. ”Buat oleh-oleh saja,” kata Endrayani.
Sunu Hastoro F
Madinah
Dari kejauhan, sebuah bukit batu cadas yang tak terlalu tinggi sudah dipenuhi jamaah haji dari berbagai negara. Bukit itu berada di samping kompleks makam Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW yang gugur di Perang Uhud. Makam Hamzah dikelilingi tembok tinggi. Sedangkan persis di sebelah makam Hamzah saat ini sedang dibangun masjid.
Di seberang jalan, tampak bukit batu yang cukup tinggi dan membentang luas. Bukit itulah yang sebenarnya disebut Jabal Uhud. Menurut cerita, di sekitar lokasi itulah peperangan dulu terjadi. Pasukan muslim yang langsung dipimpin Nabi Muhammad SAW sempat menang melawan serbuan musuh. Namun, karena tim pemanah muslim turun dari bukit untuk mengumpulkan harta rampasan perang, akhirnya pasukan musuh memukul balik pasukan muslim.
Sejarah mencatat ada 70 sahabat Nabi Muhammad yang gugur. Salah satunya Hamzah yang terkenal dengan julukan Singa Padang Pasir . Diceritakan pula bahwa Nabi yang saat itu dikawal sembilan orang sempat terkena sabetan pedang musuh sehingga giginya tanggal. Dari sembilan orang yang melindungi Nabi, tujuh di antaranya meninggal. Bukit Uhud terletak di pinggir jalan utama ke Jeddah.
Jamaah haji Indonesia pun tak ketinggalan memanfaatkan waktu untuk berziarah ke Jabal Uhud. Saat mereka di atas bukit, kebanyakan jamaah setelah sampai di atas saling bergantian mengabadikan ziarah dengan foto dengan latar belakang Jabal Uhud. ”Kami cuma dikasih waktu lima menit mendaki bukit ini. Soalnya kami mau melanjutkan arbain di Masjid Nabawi,” kata Zaenab, jamaah haji asal Fak-fak, Papua. Sedangkan Hajar dan Andi Armi, jamaah haji asal Embarkasi Makassar, mengaku sangat berkesan bisa ziarah ke Jabal Uhud.
”Kalau waktu di sekolah kan hanya mendapatkan cerita sejarah. Sekarang saya berkesempatan melihat langsung Jabal Uhud yang menjadi sejarah syiar Rasulullah,” akunya. Bukit yang didaki memang tidak licin dan batuannya keras sehingga tidak terlalu sulit untuk mencapai puncak. Meski demikian, ada jamaah yang tidak naik sampai atas. ”Saya tidak bisa naik karena kaki ini sakit,” kata Kamal, jamaah haji asal Depok, Jawa Barat yang sudah berusia 76 tahun.
Di samping tempat parkir banyak penjual oleh-oleh yang menawarkan dagangannya. Berbagai macam barang dipajang, mulai dari aneka kurma, tasbih, aksesoris, hingga batu akik. Jamaah Indonesia pun banyak yang tertarik membeli. Batu yang dijual bermacammacam. ”Ini pirus asli yang dicetak dengan besi. Kalau yang itu, batu buatan atau imitasi,” kata Abdullah, penjual batu akik saat merayu calon pembeli. Batu tersebut berasal dari Yaman, India, dan Arab Saudi.
Rombongan haji Indonesia pun ikut bergerombol untuk menawar batu akik. ”Satu lima riyal, kalau beli tiga 10 riyal,” tandas Abdullah. Hebatnya, meski di Tanah Air cukup banyak, jamaah banyak membeli akik. ”Buat oleh-oleh saja,” kata Endrayani.
Sunu Hastoro F
Madinah
(ars)