Momentum Menarik Wisatawan Mancanegara
A
A
A
Kenaikan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah mungkin memberatkan bagi sejumlah sektor usaha, namun menguntungkan untuk sektor pariwisata. Momentum ini haruslah dimanfaatkan untuk mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, dalam dunia bisnis selalu ada tantangan dan peluang. Dengan kondisi melemahnya rupiah, kunjungan wisman diharapkan meningkat mengingat biaya berwisata akan terasa lebih murah atau lebih banyak yang bisa dibelanjakan oleh wisman.
”Kita promosikan dengan mengatakan lebih kualitatif bahwa value for money kalau datang ke Indonesia itu akan meningkat pada kondisi saat ini,” ujar Arief kepada KORAN SINDO. Menurut Arief, daya saing harga atau price competitiveness merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan wis-man dalam menentukan destinasi wisata.
Dalam hal ini, World Economy Forum (WEF) menetapkan Indonesia pada posisi ketiga di dunia dalam hal daya saing harga. ”Jadi mungkin kita harus membaliknya menjadi positif karena pariwisata itu kan mirip ekspor, yang produk dan jasanya dinikmati dan dibayar di Indonesia. Jadi kita tidak perlu mengirimnya (ke luar), tapi devisa datang ke negara kita,” tutur mantan dirut Telkom itu.
Kendati demikian, untuk mendulang devisa dari kunjungan wisman, diperlukan instrumen yang mempermudah kedatangan wisman. Menurut Arief, cara paling mudah adalah melalui fasilitas bebas visa. Arief menyebut negara tetangga seperti Malaysia sudah membebaskan visa bagi 164 negara dan Thailand 56 negara. Indonesia tahun ini menambah bebas visa bagi 30 negara sehingga total 45 negara yang dibebaskan.
”Tahun depan kita akan menambah 30 negara baru yang bebas visa. Ini cara paling mudah meningkatkan jumlah wisman, di mana kenaikannya bisa 20% atau setara 1 juta wisman per tahun,” paparnya. Ketua Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) Asnawi Bahar mengatakan, tambahan bebas visa bagi 30 negara yang berlaku sejak Juli belum secara signifikan meningkatkan kunjungan wisman saat ini.
Hal itu kemungkinan disebabkan kondisi pelemahan ekonomi global yang terjadidi sebagian besar negara. ”Sebetulnya (jumlah kunjungan) sudah naik. Tapi, karena pengaruh global, mungkin jadi bermasalah. Tapi, untuk jangka panjang (bebas visa) itu bagus,” ujarnya. Asnawi sepakat kondisi rupiah yang melemah saat ini harus dimanfaatkan untuk mendongkrak kunjungan wisman.
Untuk itu, pemerintah juga harus menggencarkan promosi dengan mencari formula yang lebih efektif dan tepat sasaran. Di lain pihak, pelemahan rupiah bisa mengerem orang Indonesia untuk berwisata ke luar negeri lantaran biayanya lebih mahal, dan diharapkan mereka mengalihkannya dengan berwisata di dalam negeri.
”Kita berharap di domestik, di mana outbound turis berkurang dan beralih ke domestik. Di beberapa destinasi wisata turis domestik menanjak misalnya di Yogyakarta ada kenaikan sekitar 18%,” sebutnya. Kendati demikian, Asnawi berharap pelemahan rupiah tidak berlanjut karena bisa berimbas pada tarif-tarif di dalam negeri akan ikut terkerek sehingga daya saing produk wisata Indonesia menjadi berat. ”Dampaknya untuk jangka panjang berat karena dalam negeri juga pada naik,” tukasnya.
Bebas Visa
Salah satu strategi untuk mempercepat pertumbuhan kunjungan wisman adalah kebijakan bebas visa kunjungan singkat (BVK) tambahan untuk turis asal 30 negara yang mulai berlaku 11 Juni 2015 lalu. Menurut Arief, kebijakan ini berpotensi meningkatkan kunjungan 1 juta wisman per tahun. Angka proyeksi kunjungan wisman China sebagai salah satu penerima BVK tahun ini sebanyak 1,3 juta atau naik hampir 50% dari capaian 2014 sebanyak 900.000 wisman.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, kunjungan wisman asal China pada Mei 2015 naik 25,32% dibanding Mei 2014. Salah satu pendorongnya adalah dibukanya penerbangan maskapai Garuda Indonesia ke kota Kunming, Shenzhen, dan Tianjin. Sementara itu selama periode Januari- Mei 2015 kunjungan wisman China ke Indonesia tumbuh 18,58%.
Arief juga mengungkapkan, kunjungan wisman asal Eropa terutama Eropa Barat tahun ini ditargetkan sebanyak 1 juta orang atau naik dibanding tahun sebelumnya sebanyak 883.000 orang. Menurut diaa, selama ini sekitar 70% turis Eropa merencanakan perjalanan wisatanya melalui wholeseller atau agen-agen travel. Namun, selama ini Indonesia nyaris tidak pernah berpromosi atau memasang iklan pariwisata di media atau katalog dari para wholeseller atau agen travel tersebut.
Karena itu, Kementerian Pariwisata mengalokasikan dana Rp15 miliar untuk promosi pariwisata Indonesia melalui 21 agen travel besar di Eropa. Sementara itu, anggaran promosi pariwisata Indonesia pada 2016 akan meningkat empat kali lipat dari Rp1,3 triliun pada tahun ini menjadi Rp5 triliun.
Rp4 triliun akan digunakan untuk promosi mendatangkan wisman yang pada 2016 ditargetkan 12 juta orang, sementara sisanya untuk promosi wisatawan nusantara (wisnus). Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Perubahan (APBNP) 2015, dana promosi wisata meningkat signifikan menjadi Rp1,3 triliun dari tahun lalu yang hanya Rp300 miliar.
Inda susanti
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, dalam dunia bisnis selalu ada tantangan dan peluang. Dengan kondisi melemahnya rupiah, kunjungan wisman diharapkan meningkat mengingat biaya berwisata akan terasa lebih murah atau lebih banyak yang bisa dibelanjakan oleh wisman.
”Kita promosikan dengan mengatakan lebih kualitatif bahwa value for money kalau datang ke Indonesia itu akan meningkat pada kondisi saat ini,” ujar Arief kepada KORAN SINDO. Menurut Arief, daya saing harga atau price competitiveness merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan wis-man dalam menentukan destinasi wisata.
Dalam hal ini, World Economy Forum (WEF) menetapkan Indonesia pada posisi ketiga di dunia dalam hal daya saing harga. ”Jadi mungkin kita harus membaliknya menjadi positif karena pariwisata itu kan mirip ekspor, yang produk dan jasanya dinikmati dan dibayar di Indonesia. Jadi kita tidak perlu mengirimnya (ke luar), tapi devisa datang ke negara kita,” tutur mantan dirut Telkom itu.
Kendati demikian, untuk mendulang devisa dari kunjungan wisman, diperlukan instrumen yang mempermudah kedatangan wisman. Menurut Arief, cara paling mudah adalah melalui fasilitas bebas visa. Arief menyebut negara tetangga seperti Malaysia sudah membebaskan visa bagi 164 negara dan Thailand 56 negara. Indonesia tahun ini menambah bebas visa bagi 30 negara sehingga total 45 negara yang dibebaskan.
”Tahun depan kita akan menambah 30 negara baru yang bebas visa. Ini cara paling mudah meningkatkan jumlah wisman, di mana kenaikannya bisa 20% atau setara 1 juta wisman per tahun,” paparnya. Ketua Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) Asnawi Bahar mengatakan, tambahan bebas visa bagi 30 negara yang berlaku sejak Juli belum secara signifikan meningkatkan kunjungan wisman saat ini.
Hal itu kemungkinan disebabkan kondisi pelemahan ekonomi global yang terjadidi sebagian besar negara. ”Sebetulnya (jumlah kunjungan) sudah naik. Tapi, karena pengaruh global, mungkin jadi bermasalah. Tapi, untuk jangka panjang (bebas visa) itu bagus,” ujarnya. Asnawi sepakat kondisi rupiah yang melemah saat ini harus dimanfaatkan untuk mendongkrak kunjungan wisman.
Untuk itu, pemerintah juga harus menggencarkan promosi dengan mencari formula yang lebih efektif dan tepat sasaran. Di lain pihak, pelemahan rupiah bisa mengerem orang Indonesia untuk berwisata ke luar negeri lantaran biayanya lebih mahal, dan diharapkan mereka mengalihkannya dengan berwisata di dalam negeri.
”Kita berharap di domestik, di mana outbound turis berkurang dan beralih ke domestik. Di beberapa destinasi wisata turis domestik menanjak misalnya di Yogyakarta ada kenaikan sekitar 18%,” sebutnya. Kendati demikian, Asnawi berharap pelemahan rupiah tidak berlanjut karena bisa berimbas pada tarif-tarif di dalam negeri akan ikut terkerek sehingga daya saing produk wisata Indonesia menjadi berat. ”Dampaknya untuk jangka panjang berat karena dalam negeri juga pada naik,” tukasnya.
Bebas Visa
Salah satu strategi untuk mempercepat pertumbuhan kunjungan wisman adalah kebijakan bebas visa kunjungan singkat (BVK) tambahan untuk turis asal 30 negara yang mulai berlaku 11 Juni 2015 lalu. Menurut Arief, kebijakan ini berpotensi meningkatkan kunjungan 1 juta wisman per tahun. Angka proyeksi kunjungan wisman China sebagai salah satu penerima BVK tahun ini sebanyak 1,3 juta atau naik hampir 50% dari capaian 2014 sebanyak 900.000 wisman.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, kunjungan wisman asal China pada Mei 2015 naik 25,32% dibanding Mei 2014. Salah satu pendorongnya adalah dibukanya penerbangan maskapai Garuda Indonesia ke kota Kunming, Shenzhen, dan Tianjin. Sementara itu selama periode Januari- Mei 2015 kunjungan wisman China ke Indonesia tumbuh 18,58%.
Arief juga mengungkapkan, kunjungan wisman asal Eropa terutama Eropa Barat tahun ini ditargetkan sebanyak 1 juta orang atau naik dibanding tahun sebelumnya sebanyak 883.000 orang. Menurut diaa, selama ini sekitar 70% turis Eropa merencanakan perjalanan wisatanya melalui wholeseller atau agen-agen travel. Namun, selama ini Indonesia nyaris tidak pernah berpromosi atau memasang iklan pariwisata di media atau katalog dari para wholeseller atau agen travel tersebut.
Karena itu, Kementerian Pariwisata mengalokasikan dana Rp15 miliar untuk promosi pariwisata Indonesia melalui 21 agen travel besar di Eropa. Sementara itu, anggaran promosi pariwisata Indonesia pada 2016 akan meningkat empat kali lipat dari Rp1,3 triliun pada tahun ini menjadi Rp5 triliun.
Rp4 triliun akan digunakan untuk promosi mendatangkan wisman yang pada 2016 ditargetkan 12 juta orang, sementara sisanya untuk promosi wisatawan nusantara (wisnus). Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Perubahan (APBNP) 2015, dana promosi wisata meningkat signifikan menjadi Rp1,3 triliun dari tahun lalu yang hanya Rp300 miliar.
Inda susanti
(bbg)