Motivasi Karyawan, Perusahaan Rekrut Pemandu Sorak
A
A
A
PERUSAHAAN teknologi di China mengimitasi “budaya kerja” ala Silicon Valley dengan memberikan fasilitas unik bagi karyawannya.
Mereka merekrut cheerleader (pemandu sorak) untuk memotivasi karyawannya. Dengan hadirnya pemandu sorak dengan paras yang cantik di kantor, perusahaan berharap bisa meningkatkan kinerja dan menciptakan suasana gembira. Para pemandu sorak itu bukan menari dan berteriak seperti saat mereka memberikan semangat kepada tim atlet basket.
Mereka bertugas melayani obrolan para karyawan dan bermain tenis meja. Bahkan, mereka juga harus sering tersenyum kepada pegawai yang suntuk. Untuk meramaikan suasana, para gadis cantik itu juga bermain gitar dan bernyanyi bersama. Layaknya office boy , para pemandu sorak itu juga mengantar sarapan dan makan siang ke meja pegawai perusahaan. “Kita merekrut tiga pemandu sorak,” kata manajer sumber daya manusia (SDM) yang tak disebutkan namanya kepada China.org.cn.
Program itu digelar karena sebagian besar karyawannya berjenis kelamin lakilaki dan mereka mengalami kesulitan dalam bersosialisasi. “Kehadiran para gadis itu mampu meningkatkan motivasi dan efisiensi kerja,” ungkap manajer SDM tersebut, dikutip CBSNEWS .
Program itu memicu kontroversi di China. Banyak orang yang memandang program tersebut justru merendahkan pemandu sorak dan para programmer. Kemudian, banyak pihak yang menganggap aksi pemandu sorak di kantor itu merupakan pekerjaan yang menjijikkan.
Sementara, sebagian warga memandang program itu justru harus ditiru banyak perusahaan lain. Namun, mereka juga menyarankan agar perusahaan merekrut pegawai perempuan sehingga tak perlu mendatangkan pemandu sorak. “Situasi itu terjadi karena komposisi perempuan dalam perusahaan teknologi hanya 24-37% saja,” tutur Steven Millward, blogger ternama.
Dia menyalahkan para guru yang meminta anak perempuan untuk menjadi perawat atau penata rambut. “Perempuan seharusnya diberikan kebebasan di perusahaan teknologi,” tuturnya, dikutip Daily Mail .
Andika hendra m
Mereka merekrut cheerleader (pemandu sorak) untuk memotivasi karyawannya. Dengan hadirnya pemandu sorak dengan paras yang cantik di kantor, perusahaan berharap bisa meningkatkan kinerja dan menciptakan suasana gembira. Para pemandu sorak itu bukan menari dan berteriak seperti saat mereka memberikan semangat kepada tim atlet basket.
Mereka bertugas melayani obrolan para karyawan dan bermain tenis meja. Bahkan, mereka juga harus sering tersenyum kepada pegawai yang suntuk. Untuk meramaikan suasana, para gadis cantik itu juga bermain gitar dan bernyanyi bersama. Layaknya office boy , para pemandu sorak itu juga mengantar sarapan dan makan siang ke meja pegawai perusahaan. “Kita merekrut tiga pemandu sorak,” kata manajer sumber daya manusia (SDM) yang tak disebutkan namanya kepada China.org.cn.
Program itu digelar karena sebagian besar karyawannya berjenis kelamin lakilaki dan mereka mengalami kesulitan dalam bersosialisasi. “Kehadiran para gadis itu mampu meningkatkan motivasi dan efisiensi kerja,” ungkap manajer SDM tersebut, dikutip CBSNEWS .
Program itu memicu kontroversi di China. Banyak orang yang memandang program tersebut justru merendahkan pemandu sorak dan para programmer. Kemudian, banyak pihak yang menganggap aksi pemandu sorak di kantor itu merupakan pekerjaan yang menjijikkan.
Sementara, sebagian warga memandang program itu justru harus ditiru banyak perusahaan lain. Namun, mereka juga menyarankan agar perusahaan merekrut pegawai perempuan sehingga tak perlu mendatangkan pemandu sorak. “Situasi itu terjadi karena komposisi perempuan dalam perusahaan teknologi hanya 24-37% saja,” tutur Steven Millward, blogger ternama.
Dia menyalahkan para guru yang meminta anak perempuan untuk menjadi perawat atau penata rambut. “Perempuan seharusnya diberikan kebebasan di perusahaan teknologi,” tuturnya, dikutip Daily Mail .
Andika hendra m
(ftr)