Penyakit Jantung Paling Berisiko Serang Jamaah Haji
A
A
A
MADINAH - Serangan jantung merupakan penyakit yang paling mengancam jamaah haji di Tanah Suci.
Dari enam kasus meninggalnya jamaah yang ditangani Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi sejak 21 Agustus hingga saat ini, semuanya disebabkan karena serangan jantung.
Kasus terakhir menimpa Lalu Harap Idris, 77 tahun, warga Mantang, Loteng, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang meninggal saat beribadah di Masjid Nabawi, Kamis 27 Agustus 2015 pukul 16.30.
Dari certificate of death (COD) yang dikeluarkan Indonesian Medical Mission, diketahui almarhum meninggal karena acute coronary syndrome (ACS) atau serangan jantung dengan memiliki riwayat hipertensi.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Balai Pengobatan Ibadah Haji (BPIH) Madinah, dr M Faishal Reza menjelaskan ada beberapa langkah yang penting diperhatikan jamaah saat di Tanah Air.
Langkah pertama, kata dia, mempersiapan obat-obatan yang selama ini mereka konsumsi dan memperhatikan saran dokter jantung.
Kemudian, kedua, menjaga aktivitas agar jangan sampai kelelahan dalam melaksanakan ritual ibadah juga harus jadi perhatian jamaah.
“Jangan sampai menguras tenaga untuk melaksanakan ibadah yang tidak utama sehingga kelelahan. Lebih baik fokus kepada ibadah utamanya yaitu umrah dan haji,” kata Faishal, Jumat (28/8/2015) waktu setempat.
Antisipasi lainnya adalah tidak boleh terlalu sedikit minum. Cuaca panas di Arab Saudi yang menguras stamina dan cairan tubuh harus diimbangi dengan cukup minum.
“Jangan juga terlalu banyak minum, karena justru akan membuat detak jantung yang terlalu berat sehingga jamaah akan sesak napas,” tuturnya.
Faishal mengungkapkan, gejala awal jamaah yang terkena serangan jantung yang sering ditemuinya ialah sesak napas.
“Beberapa kasus yang masuk ke BPIH, jamaah tidak minum obat secara teratur. Biasanya baru minum obat setelah terasa sesak napas dan kaki bengkak,” tuturnya.
Dia menambahkan, penyakit jantung bisa disebabkan hipertensi, kolesterol dan diabetes yang kemudian akan mengganggu fungsi dan kemampuan jantung sebagai pompa.
“Selanjutnya muncul keluhan sesak napas. Usia yang rawan bagi laki-laki di atas 50 tahun, sedangkan perempuan di atas 65 tahun,” jelasnya.
Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Madinah dr Darmawali Handoko menerangkan agar mudah menangani jamaah dengan risti maka gelang khusus dipakaikan di tangan mereka.
Ada tiga warna, yakni merah untuk jamaah berusia di atas 60 tahun dan memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, paru-paru hingga ginjal.
Gelang warna kuning untuk jamaah di bawah 60 tahun namun memiliki penyakit bawaan.
Sementara gelang hijau menandai jamaah telah berusia di atas 60 tahun tetapi tidak memiliki penyakit berat.
“Gelang hijau itu hanya menandakan jamaah sudah lanjut usia, namun kondisinya sehat,” ucapnya.
Tercatat ada 405 jamaah yang memakai gelang merah, 825 jamaah mengenakan gelang kuning. Sedangkan gelang warna hijau dipakai 534 orang jemaah.
PILIHAN:
Kabareskrim Sebut Ada Capim KPK Jadi Tersangka
Dari enam kasus meninggalnya jamaah yang ditangani Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi sejak 21 Agustus hingga saat ini, semuanya disebabkan karena serangan jantung.
Kasus terakhir menimpa Lalu Harap Idris, 77 tahun, warga Mantang, Loteng, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang meninggal saat beribadah di Masjid Nabawi, Kamis 27 Agustus 2015 pukul 16.30.
Dari certificate of death (COD) yang dikeluarkan Indonesian Medical Mission, diketahui almarhum meninggal karena acute coronary syndrome (ACS) atau serangan jantung dengan memiliki riwayat hipertensi.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Balai Pengobatan Ibadah Haji (BPIH) Madinah, dr M Faishal Reza menjelaskan ada beberapa langkah yang penting diperhatikan jamaah saat di Tanah Air.
Langkah pertama, kata dia, mempersiapan obat-obatan yang selama ini mereka konsumsi dan memperhatikan saran dokter jantung.
Kemudian, kedua, menjaga aktivitas agar jangan sampai kelelahan dalam melaksanakan ritual ibadah juga harus jadi perhatian jamaah.
“Jangan sampai menguras tenaga untuk melaksanakan ibadah yang tidak utama sehingga kelelahan. Lebih baik fokus kepada ibadah utamanya yaitu umrah dan haji,” kata Faishal, Jumat (28/8/2015) waktu setempat.
Antisipasi lainnya adalah tidak boleh terlalu sedikit minum. Cuaca panas di Arab Saudi yang menguras stamina dan cairan tubuh harus diimbangi dengan cukup minum.
“Jangan juga terlalu banyak minum, karena justru akan membuat detak jantung yang terlalu berat sehingga jamaah akan sesak napas,” tuturnya.
Faishal mengungkapkan, gejala awal jamaah yang terkena serangan jantung yang sering ditemuinya ialah sesak napas.
“Beberapa kasus yang masuk ke BPIH, jamaah tidak minum obat secara teratur. Biasanya baru minum obat setelah terasa sesak napas dan kaki bengkak,” tuturnya.
Dia menambahkan, penyakit jantung bisa disebabkan hipertensi, kolesterol dan diabetes yang kemudian akan mengganggu fungsi dan kemampuan jantung sebagai pompa.
“Selanjutnya muncul keluhan sesak napas. Usia yang rawan bagi laki-laki di atas 50 tahun, sedangkan perempuan di atas 65 tahun,” jelasnya.
Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Madinah dr Darmawali Handoko menerangkan agar mudah menangani jamaah dengan risti maka gelang khusus dipakaikan di tangan mereka.
Ada tiga warna, yakni merah untuk jamaah berusia di atas 60 tahun dan memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, paru-paru hingga ginjal.
Gelang warna kuning untuk jamaah di bawah 60 tahun namun memiliki penyakit bawaan.
Sementara gelang hijau menandai jamaah telah berusia di atas 60 tahun tetapi tidak memiliki penyakit berat.
“Gelang hijau itu hanya menandakan jamaah sudah lanjut usia, namun kondisinya sehat,” ucapnya.
Tercatat ada 405 jamaah yang memakai gelang merah, 825 jamaah mengenakan gelang kuning. Sedangkan gelang warna hijau dipakai 534 orang jemaah.
PILIHAN:
Kabareskrim Sebut Ada Capim KPK Jadi Tersangka
(dam)