Saham Anjlok, Harta Miliarder Susut Ribuan Triliun
A
A
A
NEW YORK - Sebanyak 400 orang terkaya di dunia kehilangan ribuan triliun akibat gejolak di pasar saham global. Pekan lalu saja harta mereka susut USD182 miliar (sekitar Rp2.544 triliun).
Lemahnya data manufaktur China dan merosotnya harga komoditas telah membuat para investor panik. Penurunan mingguan pada Indeks Miliarder Bloomberg di antaranya menimpa bos Berkshire Hathaway Inc, Warren Buffett dan Ivan Glasenberg pemilik Glencore Plc. Ini merupakan yang terbesar sejak indeks itu dibuat pada September 2014.
Kombinasi kekayaan bersih anggota indeks itu turun hingga USD76 miliar pada Jumat (21/8) saja saat Indeks 500 Bursa Amerika Serikat (AS) ditutup sebagai pekan terburuk sejak 2011. ”Bagi mereka itu persentase kecil meskipun USD182 miliar adalah angka besar.
Satu pekan seperti ini terasa sangat buruk, tapi saat Anda mengambil langkah ke belakang, dalam gambaran besar itu bukan bencana dalam arti apa pun,” papar John Collins, direktur penasihat investasi di Aspiriant yang mengawasi lebih dari USD8 miliar kekayaan bersih para klien.
Kerugian para investor pada Jumat (21/8) lalu menempatkan 400 orang terkaya di dunia itu dalam rapor merah untuk tahun ini. Kekayaan mereka sekarang turun USD74 miliar pada 2015 dengan total kekayaan bersih USD3,98 triliun. Kerugian terbesar pada pekan ini dialami Buffett yang kekayaannya turun USD3,6 miliar saat saham Berkshire Hathaway, Inc turun lebih 5%.
Buffett merupakan orang terkaya ketiga di dunia dengan kekayaan USD63,4 miliar, menurut data yang dikompilasi Bloomberg. Penurunan harga minyak yang terbesar dalam sepekan sejak 1986 menyumbangkan kerugian USD15,2 miliar bagi para miliarder energi terkaya dunia. Chairman Resources, Inc Chairman Harold Hamm kekayaannya menyusut 9% atau USD895 juta pada pekan ini.
Chief Executive Officer (CEO) Glencore Plc Glasenberg kehilangan USD237 juta pada pekan itu saat harga komoditas merosot ke level terendah dalam 13 tahun. Glencore mencapai rekor terendah di London pada Jumat (21/8), turun 8% lebih dari pekan sebelumnya setelah perusahaan melaporkan penyusutan laba 56% pada semester I/2015.
Kekayaan Glasenberg turun lebih dari 40% pada 2015 menjadi USD3,1 miliar. Sebanyak 26 orang terkaya di China juga kehilangan USD18,8 miliar selama pekan itu. Sehari setelah pasar saham global oleng, salah satu orang terkaya di China kehilangan kekayaan senilai USD3,6 miliar hanya dalam waktu 24 jam. Roda bisnis di China diperkirakan melambat sehingga para pebisnis cemas akan kehilangan pasar pada tahun ini.
Penurunan itu sudah menjadi risiko dari bisnis saham. Wang Jianlin, pemilik dan pendiri perusahaan properti danhiburanterkemuka di China Dalian Wanda, juga menyadari hal itu. Sejak awal, dia sudah siap menghadapi berbagai konsekuensi yang mungkin menimpa aset sahamnya, terlepas besar atau kecil. Menilik daftar miliarder versi Bloomberg terkini, kekayaan Jianlin mengalami penyusutan.
Pada Senin (24/8), investasi Jianlin terpangkas lebih dari 10% dari total kekayaannya sekarang. Hal itu merupakan salah satu buntut kehancuran terburuk bursa saham di Shanghai sejak 2007, yakni sebesar 8,49% pada Senin (24/8). Imbasnya memang sangat luas. Selain investasi konglomerat berkurang, beberapa orang terpicu menjual saham secepatnya di pasar global.
Mereka dirundung kecemasan berlebih. Dengan dugaan melambatnya perkembangan di China sebagai ekonomi terbesar kedua dunia, pertumbuhan global akan terusik. Keruntuhan saham di Shanghai tidak berhenti. Kemarin, saham di Shanghai anjlok sebesar 7,63%. Ini merupakan krisis terburuk yang menimpa China sejak 15 Desember tahun lalu.
Bloomberg News bahkan melaporkan fenomena ekonomi tersebut sebagai sebuah kekalahan empat hari terburuksejak1996. Jianlin merupakan pebisnis yang terkena imbas paling besar sampai batas akhir perdagangan saham pada Senin (24/8). Disusul Jack Ma, pemilik perusahaan e-commerce Alibaba, dengan kerugian mencapai USD545 juta.
Kendati demikian, jika dilihat dari total kekayaanpada tahunini, rekening Jianlin justru membengkak USD6 miliar. Atas krisis ini, China mengambil langkah penyelamatan. Salahsatunya dengan mendanai Korporasi Keuangan Keamanan China (China Securities Finance Corp) untuk membeli saham atas nama pemerintah dan membatasi pemegang saham utama agar mereka tidak menjual saham secara leluasa.
”Kami akan menggunakan dana pensiun negara yang mencapai USD548 miliar pada akhir 2014 untuk membeli saham,” ungkap pernyataan Pemerintah China pada Minggu (23/8) seperti dikutip AFP. Sementara Bank Sentral China (People’s Bank of China/ PBOC) kemarin kembali memangkas suku bunga dan menurunkan dana yang harus disimpan perbankan sebagai cadangan (reserverequirements / RRR). Langkah ini dilakukan untuk menstabilkan ekonomi dan meredakan gejolak di bursa saham.
Muh shamil/ Syarifudin
Lemahnya data manufaktur China dan merosotnya harga komoditas telah membuat para investor panik. Penurunan mingguan pada Indeks Miliarder Bloomberg di antaranya menimpa bos Berkshire Hathaway Inc, Warren Buffett dan Ivan Glasenberg pemilik Glencore Plc. Ini merupakan yang terbesar sejak indeks itu dibuat pada September 2014.
Kombinasi kekayaan bersih anggota indeks itu turun hingga USD76 miliar pada Jumat (21/8) saja saat Indeks 500 Bursa Amerika Serikat (AS) ditutup sebagai pekan terburuk sejak 2011. ”Bagi mereka itu persentase kecil meskipun USD182 miliar adalah angka besar.
Satu pekan seperti ini terasa sangat buruk, tapi saat Anda mengambil langkah ke belakang, dalam gambaran besar itu bukan bencana dalam arti apa pun,” papar John Collins, direktur penasihat investasi di Aspiriant yang mengawasi lebih dari USD8 miliar kekayaan bersih para klien.
Kerugian para investor pada Jumat (21/8) lalu menempatkan 400 orang terkaya di dunia itu dalam rapor merah untuk tahun ini. Kekayaan mereka sekarang turun USD74 miliar pada 2015 dengan total kekayaan bersih USD3,98 triliun. Kerugian terbesar pada pekan ini dialami Buffett yang kekayaannya turun USD3,6 miliar saat saham Berkshire Hathaway, Inc turun lebih 5%.
Buffett merupakan orang terkaya ketiga di dunia dengan kekayaan USD63,4 miliar, menurut data yang dikompilasi Bloomberg. Penurunan harga minyak yang terbesar dalam sepekan sejak 1986 menyumbangkan kerugian USD15,2 miliar bagi para miliarder energi terkaya dunia. Chairman Resources, Inc Chairman Harold Hamm kekayaannya menyusut 9% atau USD895 juta pada pekan ini.
Chief Executive Officer (CEO) Glencore Plc Glasenberg kehilangan USD237 juta pada pekan itu saat harga komoditas merosot ke level terendah dalam 13 tahun. Glencore mencapai rekor terendah di London pada Jumat (21/8), turun 8% lebih dari pekan sebelumnya setelah perusahaan melaporkan penyusutan laba 56% pada semester I/2015.
Kekayaan Glasenberg turun lebih dari 40% pada 2015 menjadi USD3,1 miliar. Sebanyak 26 orang terkaya di China juga kehilangan USD18,8 miliar selama pekan itu. Sehari setelah pasar saham global oleng, salah satu orang terkaya di China kehilangan kekayaan senilai USD3,6 miliar hanya dalam waktu 24 jam. Roda bisnis di China diperkirakan melambat sehingga para pebisnis cemas akan kehilangan pasar pada tahun ini.
Penurunan itu sudah menjadi risiko dari bisnis saham. Wang Jianlin, pemilik dan pendiri perusahaan properti danhiburanterkemuka di China Dalian Wanda, juga menyadari hal itu. Sejak awal, dia sudah siap menghadapi berbagai konsekuensi yang mungkin menimpa aset sahamnya, terlepas besar atau kecil. Menilik daftar miliarder versi Bloomberg terkini, kekayaan Jianlin mengalami penyusutan.
Pada Senin (24/8), investasi Jianlin terpangkas lebih dari 10% dari total kekayaannya sekarang. Hal itu merupakan salah satu buntut kehancuran terburuk bursa saham di Shanghai sejak 2007, yakni sebesar 8,49% pada Senin (24/8). Imbasnya memang sangat luas. Selain investasi konglomerat berkurang, beberapa orang terpicu menjual saham secepatnya di pasar global.
Mereka dirundung kecemasan berlebih. Dengan dugaan melambatnya perkembangan di China sebagai ekonomi terbesar kedua dunia, pertumbuhan global akan terusik. Keruntuhan saham di Shanghai tidak berhenti. Kemarin, saham di Shanghai anjlok sebesar 7,63%. Ini merupakan krisis terburuk yang menimpa China sejak 15 Desember tahun lalu.
Bloomberg News bahkan melaporkan fenomena ekonomi tersebut sebagai sebuah kekalahan empat hari terburuksejak1996. Jianlin merupakan pebisnis yang terkena imbas paling besar sampai batas akhir perdagangan saham pada Senin (24/8). Disusul Jack Ma, pemilik perusahaan e-commerce Alibaba, dengan kerugian mencapai USD545 juta.
Kendati demikian, jika dilihat dari total kekayaanpada tahunini, rekening Jianlin justru membengkak USD6 miliar. Atas krisis ini, China mengambil langkah penyelamatan. Salahsatunya dengan mendanai Korporasi Keuangan Keamanan China (China Securities Finance Corp) untuk membeli saham atas nama pemerintah dan membatasi pemegang saham utama agar mereka tidak menjual saham secara leluasa.
”Kami akan menggunakan dana pensiun negara yang mencapai USD548 miliar pada akhir 2014 untuk membeli saham,” ungkap pernyataan Pemerintah China pada Minggu (23/8) seperti dikutip AFP. Sementara Bank Sentral China (People’s Bank of China/ PBOC) kemarin kembali memangkas suku bunga dan menurunkan dana yang harus disimpan perbankan sebagai cadangan (reserverequirements / RRR). Langkah ini dilakukan untuk menstabilkan ekonomi dan meredakan gejolak di bursa saham.
Muh shamil/ Syarifudin
(bbg)