Orang Buta-Tuli Bisa Jadi Pembalap Mobil di Polandia
A
A
A
Mengendarai mobil dan ikut berkompetisi di sirkuit menjadi aktivitas yang penuh tantangan. Tapi, bagaimana jika pembalap mobil adalah orang disabilitas yang buta dan tuli? Pasti itu membutuhkan dimensi yang berbeda.
Sebanyak 19 pengemudi yang ikut ambil bagian dalam pertandingan balap mobil di Bandara Lodz, Polandia. Para pembalap itu memiliki kekurangan dalam penglihatan dan pendengaran. Namun, mereka berlaga seperti layaknya pembalap sungguhan yang tidak takut berkendara dengan kecepatan tinggi dan selalu ingin mendahului lawannya.
Motivasi pembalap itu karena mereka ingin menjadi Helen keller - penulis asal Amerika Serikat (AS), aktivis dan dosen yang menjadi orang tuli dan buta pertama yang berhasil lulus kuliah. Mereka ingin mengatasi keterbatasan yang dimiliki. ”12 dari 19 peserta kompetisi balap tidak pernah mengemudi mobil sebelumnya.
Tujuh orang di antaranya terbiasa mengendarai mobil sebelum mereka menderita kebutaan,” kata Mateusz Kotnowski dari Masyarakat Bantuan Buta dan Tuli Polandia (TPG) kepada AFP. Tidak mudah bagi para pembalap disabilitas itu mewujudkan mimpi mereka. Awalnya, mereka berlatih selama dua hari agar terbiasa di balik kemudi. Instruktur juga berkomunikasi dengan bahasa khusus dengan para peserta tersebut.
Tidak mudah untuk melatih para pembalap khusus tersebut. Zbigniew Palgan, pemilik sekolah mengemudi, sering turun tangan untuk memberikan instruksi bagi pembalap tuli-buta tersebut. Trik yang dilakukan Palgan yakni selalu menjaga konsentrasi. ”Ketika saya menyentuh kaki sebelah kiri, berarti belok kiri.
Kalau saya memegang kaki kanan, berarti belok kanan,” kata Palgan sambil mendemonstrasi aksi itu. Ketika instruktur memegang ujung lutut, berarti pembalap harus melaju ke depan. Sedangkan ketika menarik lutut, berarti pengemudi harus menginjak rem. Demi keselamatan, instruktur dapat menghentikan mobil kapan pun.
Seiring dengan jam mengemudi yang semakin sering, para pengendara disabilitas itu semakin percaya diri. Kamila Dobrzynska, 30, pembalap yang buta di salah satu mata dan tuli sebagian, berhasil mengendarai mobil dengan kecepatan 50 km per jam. ”Itu menjadi pengalaman yang lucu. Terkadang menakutkan,” katanya. Kesan yang diperoleh Dobrzynska, dia tidak mengetahui di mana dia berada, namun tetap percaya diri. ”Mata dan telinga bergantung pada instruktur,” tambahnya.
Andika Hendra M
Sebanyak 19 pengemudi yang ikut ambil bagian dalam pertandingan balap mobil di Bandara Lodz, Polandia. Para pembalap itu memiliki kekurangan dalam penglihatan dan pendengaran. Namun, mereka berlaga seperti layaknya pembalap sungguhan yang tidak takut berkendara dengan kecepatan tinggi dan selalu ingin mendahului lawannya.
Motivasi pembalap itu karena mereka ingin menjadi Helen keller - penulis asal Amerika Serikat (AS), aktivis dan dosen yang menjadi orang tuli dan buta pertama yang berhasil lulus kuliah. Mereka ingin mengatasi keterbatasan yang dimiliki. ”12 dari 19 peserta kompetisi balap tidak pernah mengemudi mobil sebelumnya.
Tujuh orang di antaranya terbiasa mengendarai mobil sebelum mereka menderita kebutaan,” kata Mateusz Kotnowski dari Masyarakat Bantuan Buta dan Tuli Polandia (TPG) kepada AFP. Tidak mudah bagi para pembalap disabilitas itu mewujudkan mimpi mereka. Awalnya, mereka berlatih selama dua hari agar terbiasa di balik kemudi. Instruktur juga berkomunikasi dengan bahasa khusus dengan para peserta tersebut.
Tidak mudah untuk melatih para pembalap khusus tersebut. Zbigniew Palgan, pemilik sekolah mengemudi, sering turun tangan untuk memberikan instruksi bagi pembalap tuli-buta tersebut. Trik yang dilakukan Palgan yakni selalu menjaga konsentrasi. ”Ketika saya menyentuh kaki sebelah kiri, berarti belok kiri.
Kalau saya memegang kaki kanan, berarti belok kanan,” kata Palgan sambil mendemonstrasi aksi itu. Ketika instruktur memegang ujung lutut, berarti pembalap harus melaju ke depan. Sedangkan ketika menarik lutut, berarti pengemudi harus menginjak rem. Demi keselamatan, instruktur dapat menghentikan mobil kapan pun.
Seiring dengan jam mengemudi yang semakin sering, para pengendara disabilitas itu semakin percaya diri. Kamila Dobrzynska, 30, pembalap yang buta di salah satu mata dan tuli sebagian, berhasil mengendarai mobil dengan kecepatan 50 km per jam. ”Itu menjadi pengalaman yang lucu. Terkadang menakutkan,” katanya. Kesan yang diperoleh Dobrzynska, dia tidak mengetahui di mana dia berada, namun tetap percaya diri. ”Mata dan telinga bergantung pada instruktur,” tambahnya.
Andika Hendra M
(ftr)