Bisnis Busana Muslim Menjanjikan
A
A
A
Maraknya tren berbusana muslim yang sedang berkembang di Indonesia membuat banyak lahirnya bisnis baru seputar fashion sampai kosmetik yang dikhususkan untuk kaum muslim.
Besarnya pasar dan kesempatan yang terbuka lebar menjadi salah satu alasan mengapa begitu mudahnya tren fashion muslim ini tumbuh pesat. Dengan penduduk mayoritas muslim terbesar Indonesia bisa menjadi kiblat fashion muslim dunia. Kondisi ini tentu harus dimanfaatkan sebagai peluang untuk mencuri perhatian internasional dengan mengembangkan industri busana muslim di Indonesia.
Menurut salah satu pelaku usaha bidang ini, Diajeng Lestari, lahirnya tren fashion muslim karena Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar di dunia sehingga kebutuhan untuk berbusana muslim sangat tinggi. Pendiri CEO HijUp.com, sebuah ecommerce busana muslim pertama dan terbesar di Indonesia, itu menambahkan, Indonesia menjadi negara muslim paling demokratis.
“Tidak ada larangan untuk menggunakan jilbab dengan berbagai warna. Semua profesi juga bisa menggunakan jilbab,” ujarnya. Itulah alasan mengapa fashion muslim dapat berkembang cepat di Indonesia. Bahkan, sekitar 25% dari produk penjualan yang berhasil ia dapatkan berasal dari pembeli di luar negeri. Hal itu membuktikan peminat fashion muslim memang banyak dan memiliki potensi besar.
Pesatnya perkembangan busana muslim di Indonesia juga terlihat dari berkembangnya industri ini. “Awal saya mendirikan HijUp.comtiga tahun lalu hanya sekitar 14 brand yang bergabung. Namun, saat ini sudah sekitar 144 brand. Itu menunjukkan perubahan yang sangat cepat,” tutur alumni Universitas Indonesia itu. Peluang lain bisnis busana muslim jugadiungkapkanolehWindri Widiesta Dhari, desainer dan pembangun brand NurZahra.
Windri mengungkapkan alasannya mendirikan NurZahra karena memang beberapa tahun lalu, sekitar 2009, masih sulit menemukan pakaian muslim atau pakaian tertutup. “Baju muslim tidak sebanyak seperti sekarang. Akhirnya saya coba padukan baju yang sudah ada dengan outwear. Semenjak itu, menurut teman-teman, gaya berbusana saya sangat menarik dan terlihat simple. Saya berpikir ada sebuah peluang bisnis,” tuturnya.
Mengusung tema Islamic Geometric, NurZahra telah menjadi sebuah terobosan baru dalam berbusana muslim. Kemudian, NurZahra semakin matang ketika terpilih dalam ajang Indonesia Fashion Forward 2013. “Order yang kami terima ketika awal merintis dimulai melalui media sosial, kemudian ada interaksi dengan klien di luar negeri melalui email,” ujarnya. Meskipun bisnis yang dia rintis memiliki tujuan awal yaitu produk busana muslim, Windri menyebut tidak ada batasan dalam target pasarnya.
Saat ini, dia tidak hanya menawarkan produk busana muslim, tetapi juga bisa digunakan oleh orang-orang yang tidak mengenakan busana muslim. “Ada produk lain contohnya scarf yang bisa digunakan siapa saja,” ungkapnya. NurZahra menyasar kalangan menengah ke atas sebagai pasarnya, lebih spesifik wanita berusia dua puluhan hingga empat puluhan.
Produk ini juga bisa digunakan oleh wanita karier atau pun ibu rumah tangga yang berada di kelas menengah hingga atas. Sejauh ini perkembangan NurZahra cukup pesat dari yang awalnya hanya “nebeng “ salah satu gerai di daerah Dharmawangsa. “Sekarang ada beberapa partneratauinvestordisetiap outlet untuk mengatur distribusinya. Namun, brand ini masih pribadi saya yang kelola,” katanya.
Kini, produkprouk NurZahra sudah bisa didapatkan di berbagai outlet terkemuka dan Butik NurZahra di daerah Kemang. Bukan hanya fashion, gaya hidup muslim pun sudah dapat menjadi peluang dalam ranah bisnis kosmetik. Contohnya Wardah yang mengusung tema halal. Brand ini sudah menjadi salah satu bukti bagaimana menjanjikannya bisnis di bidang fashion muslim.
Nama besar dan produk yang sudah tersebar di mana-mana membuat Wardah menjadi produk kosmetik laris manis di pasar Indonesia. Wardah memiliki perkembangan positif dan sangat signifikan. Terlihat pada 2014 lalu Wardah mampu mencapai angka penjualan hingga 1 triliun.
Nurhayati Subakat, CEO Wardah, mengungkapkan, alasannya berbisnis kosmetik bertemakan halal karena saat itu belum ada pasar kosmetik yang memenuhi keinginan muslimah. “Belum ada yang bisa mengerti kebutuhan muslimah. Segmen ini kosong, jadi saya melihat ada celah merebut pasar ini,” ujarnya.
Presiden Direktur Fortune PR Miranty Abidin, yang juga sahabat Nurhayati, mengungkapkan, tren pakaian muslimah di Indonesia yang beberapa waktu ini meningkat menjadi salah satu alasan tumbuhnya bisnis ini.
“Kebutuhan para muslimah juga bertambah besar, contohnya kebutuhan kosmetik yang halal. Jadi, Wardah dengan suatu konsep yang baik dan hadir dimomentum yang tepat. Apalagi pasarnya memang sudah ada. Kemudian semakin membesar didukung dengan adanya situasi,” ungkapnya.
Dina angelina
Besarnya pasar dan kesempatan yang terbuka lebar menjadi salah satu alasan mengapa begitu mudahnya tren fashion muslim ini tumbuh pesat. Dengan penduduk mayoritas muslim terbesar Indonesia bisa menjadi kiblat fashion muslim dunia. Kondisi ini tentu harus dimanfaatkan sebagai peluang untuk mencuri perhatian internasional dengan mengembangkan industri busana muslim di Indonesia.
Menurut salah satu pelaku usaha bidang ini, Diajeng Lestari, lahirnya tren fashion muslim karena Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar di dunia sehingga kebutuhan untuk berbusana muslim sangat tinggi. Pendiri CEO HijUp.com, sebuah ecommerce busana muslim pertama dan terbesar di Indonesia, itu menambahkan, Indonesia menjadi negara muslim paling demokratis.
“Tidak ada larangan untuk menggunakan jilbab dengan berbagai warna. Semua profesi juga bisa menggunakan jilbab,” ujarnya. Itulah alasan mengapa fashion muslim dapat berkembang cepat di Indonesia. Bahkan, sekitar 25% dari produk penjualan yang berhasil ia dapatkan berasal dari pembeli di luar negeri. Hal itu membuktikan peminat fashion muslim memang banyak dan memiliki potensi besar.
Pesatnya perkembangan busana muslim di Indonesia juga terlihat dari berkembangnya industri ini. “Awal saya mendirikan HijUp.comtiga tahun lalu hanya sekitar 14 brand yang bergabung. Namun, saat ini sudah sekitar 144 brand. Itu menunjukkan perubahan yang sangat cepat,” tutur alumni Universitas Indonesia itu. Peluang lain bisnis busana muslim jugadiungkapkanolehWindri Widiesta Dhari, desainer dan pembangun brand NurZahra.
Windri mengungkapkan alasannya mendirikan NurZahra karena memang beberapa tahun lalu, sekitar 2009, masih sulit menemukan pakaian muslim atau pakaian tertutup. “Baju muslim tidak sebanyak seperti sekarang. Akhirnya saya coba padukan baju yang sudah ada dengan outwear. Semenjak itu, menurut teman-teman, gaya berbusana saya sangat menarik dan terlihat simple. Saya berpikir ada sebuah peluang bisnis,” tuturnya.
Mengusung tema Islamic Geometric, NurZahra telah menjadi sebuah terobosan baru dalam berbusana muslim. Kemudian, NurZahra semakin matang ketika terpilih dalam ajang Indonesia Fashion Forward 2013. “Order yang kami terima ketika awal merintis dimulai melalui media sosial, kemudian ada interaksi dengan klien di luar negeri melalui email,” ujarnya. Meskipun bisnis yang dia rintis memiliki tujuan awal yaitu produk busana muslim, Windri menyebut tidak ada batasan dalam target pasarnya.
Saat ini, dia tidak hanya menawarkan produk busana muslim, tetapi juga bisa digunakan oleh orang-orang yang tidak mengenakan busana muslim. “Ada produk lain contohnya scarf yang bisa digunakan siapa saja,” ungkapnya. NurZahra menyasar kalangan menengah ke atas sebagai pasarnya, lebih spesifik wanita berusia dua puluhan hingga empat puluhan.
Produk ini juga bisa digunakan oleh wanita karier atau pun ibu rumah tangga yang berada di kelas menengah hingga atas. Sejauh ini perkembangan NurZahra cukup pesat dari yang awalnya hanya “nebeng “ salah satu gerai di daerah Dharmawangsa. “Sekarang ada beberapa partneratauinvestordisetiap outlet untuk mengatur distribusinya. Namun, brand ini masih pribadi saya yang kelola,” katanya.
Kini, produkprouk NurZahra sudah bisa didapatkan di berbagai outlet terkemuka dan Butik NurZahra di daerah Kemang. Bukan hanya fashion, gaya hidup muslim pun sudah dapat menjadi peluang dalam ranah bisnis kosmetik. Contohnya Wardah yang mengusung tema halal. Brand ini sudah menjadi salah satu bukti bagaimana menjanjikannya bisnis di bidang fashion muslim.
Nama besar dan produk yang sudah tersebar di mana-mana membuat Wardah menjadi produk kosmetik laris manis di pasar Indonesia. Wardah memiliki perkembangan positif dan sangat signifikan. Terlihat pada 2014 lalu Wardah mampu mencapai angka penjualan hingga 1 triliun.
Nurhayati Subakat, CEO Wardah, mengungkapkan, alasannya berbisnis kosmetik bertemakan halal karena saat itu belum ada pasar kosmetik yang memenuhi keinginan muslimah. “Belum ada yang bisa mengerti kebutuhan muslimah. Segmen ini kosong, jadi saya melihat ada celah merebut pasar ini,” ujarnya.
Presiden Direktur Fortune PR Miranty Abidin, yang juga sahabat Nurhayati, mengungkapkan, tren pakaian muslimah di Indonesia yang beberapa waktu ini meningkat menjadi salah satu alasan tumbuhnya bisnis ini.
“Kebutuhan para muslimah juga bertambah besar, contohnya kebutuhan kosmetik yang halal. Jadi, Wardah dengan suatu konsep yang baik dan hadir dimomentum yang tepat. Apalagi pasarnya memang sudah ada. Kemudian semakin membesar didukung dengan adanya situasi,” ungkapnya.
Dina angelina
(ars)