Ancaman Sianida di Tianjin Terkendali
A
A
A
Lebih dari sepekan setelah ledakan di gudang bahan kimia di Kota Tianjin, China, banyak warga yang khawatir racun ada di udara, tanah, atau air.
Warga mengaku mencium bau yang aneh saat hujan setelah tragedi itu terjadi. Jejaring sosial di Negeri Panda pun dipenuhi kekhawatiran tentang keamanan lingkungan di Tianjin.
”Saya sudah batuk berhari-hari. Jika laporan itu benar bahwa ada gas syaraf di sini, saya akan menggunakan masker,” tulis seorang penduduk Tianjin di statusnya di media sosial, dikutip BBC . Pengguna media sosial lainnya turut memberi peringatan. ”Semua orang yang tinggal di Tianjin harus menghindari air keran. Meskipun mereka mengatakan polutan telah ditangani, lebih baik waspada daripada menyesal,” tulis salah satu pengguna jejaring sosial.
Seperti dilaporkan, 700 ton sianida disimpan di gudang yang meledak hingga menewaskan 114 orang dan melukai ratusan orang lainnya. Sianida merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dalam industri. Bahan kimia ini bisa sangat mematikan bagi manusia jika ditangani dengan cara yang salah. Lantas, pertanyaan yang ada saat ini adalah apakah Tianjin masih berbahaya? Jawaban singkatnya adalah kita masih tidak tahu. Menurut laporan, sebanyak 40 jenis bahan kimia disimpan di gudang tersebut.
Meski demikian, daftar lengkap seluruh jenis bahan kimia itu tidak dirilis ke publik. Pemerintah menyatakan orang yang bertanggung jawab atas logistik gudang mengalami luka parah dan sulit berbicara sehingga tidak diketahui dengan pasti apa saja yang ada di gudang itu saat meledak.
”Tidak seorang pun tahu pasti. Mereka biasanya menggunakan catatan tentang apa yang ada di gudang. Kita mungkin tidak pernah tahu apa saja yang ada di sana. Jadi, saya tidak dapat mengatakan dengan pasti jika sesuatu itu aman atau tidak,” papar Louie Cheng, mantan pakar bahan kimia untuk perang di militer Amerika Serikat (AS), yang sekarang mengelola lembaga konsultan kesehatan lingkungan di China.
Kekhawatiran semakin meningkat karena ribuan ikan mati dan mengambang di tepi Sungai Haihe pada Kamis (20/8). Sungai itu berada di daerah yang sama dengan gudang yang meledak di Tianjin. Kejadian ribuan ikan mati ini membuat warga menduga ada kontaminasi skala besar di sana. Meski demikian, otoritas menyatakan tidak menemukan kadar sianida yang melebihi normal di air di Tianjin.
Pejabat setempat menjelaskan, tes menunjukkan level oksigen di air sungai rendah sehingga ada kemungkinan ribuan ikan itu mati akibat hypoxia atau kekurangan oksigen. Berbagai racun juga menjadi ancaman jangka panjang, termasuk karsinogen yang dapat menyebar akibat ledakan tersebut. Louie Cheng setiap hari harus menghadapi kliennya di Tianjin yang khawatir dengan kondisi ling-kungan tersebut.
Dia pun menyarankan klien-kliennya tetap di dalam rumah selama dua pekan mendatang, menggunakan filter udara berbasis karbon dan mengenakan masker yang memberi perlindungan terhadap paparan bahan kimia berbahaya. Untungnya, ada berita melegakan. Sebagian besar bahan kimia yang diketahui meledak itu tidak menjadi ancaman jangka panjang bagi kawasan tersebut.
Misalnya sodium sianida, bahan kimia yang berada di daftar teratas paling mengkhawatirkan sebagian besar orang. Memang, sodium sianida dalam jumlah tertentu dapat berakibat fatal bagi manusia. Saat terkena air, bahan kimia berbentuk tepung putih itu berubah menjadi gas yang biasa digunakan dalam perang.
Meski demikian, di bawah garis merah beracun itu, sodium sianida bukan bahaya bagi manusia, menurut Ben Burke, kandidat doktor di fakultas kimia Universitas Hull. ”Sianida akan mengakibatkan dampak langsung dan Anda akan tahu apa yang terjadi. Apakah Anda mendapat terlalu banyak dosis, dan Anda menyadari ada masalah serius, atau Anda pulih dengan cepat,” papar Burke.
Risiko yang masih ada adalah sodium sianida itu masuk dalam suplai air Tianjin. Sejauh ini berbagai tes menunjukkan air aman, menurut para pejabat. ”Jika sodium sianida ada di air, mudah dideteksi. Ini akan segera bersih,” ujar Burke. Untuk beberapa bahan kimia yang ada di gudang, bahaya terbesarnya ialah risiko ledakan. Calcium carbide misalnya akan dengan aman menghilang di atmosfer setelah ledakan.
Burke berharap warga di Tianjin tetap tenang karena ada kemungkinan bahwa wilayah itu akan kembali pulih dari krisis bahan kimia tersebut. ”Sebagian dari masalah ini ialah kimia fobia. Orang takut dengan bahan kimia dan nama-nama bahan kimia. Apa yang Anda maksud dengan bahan kimia berbahaya? Semuanya berbahaya. Hanya tergantung pada dosisnya. Semua bahan kimia di dunia berbahaya jika Anda menanganinya dengan cara yang salah atau Anda terlalu banyak terpapar dengannya,” ungkapnya.
Dia yakin lokasi ledakan akan aman lagi. Sebanyak 300 pakar bahan kimia militer dikerahkan untuk operasi pembersihan di lokasi ledakan. Mereka mengenakan pakaian dan masker biohazard serta menggunakan mesin berat untuk membangun dinding tanah dan pasir di sekitar lokasi. Dinding itu akan membantu mencegah penyebaran bahan kimia ke wilayah lebih luas.
Para pakar juga menyiram lokasi dengan hidrogen peroksida, bahan kimia yang dapat menetralisasi sodium sianida. Kendati demikian, mereka masih memiliki tugas berat. Laporan media menyatakan level sianida di zona inti mencapai 356 kali lebih tinggi dibandingkan level yang dianggap aman. Satu manufaktur sianida juga mengirim satu tim berjumlah 140 orang untuk membantu mengumpulkan sisa bahan kimia itu dan mengirimkan kembali ke lokasi produksi di dekat Provinsi Hebei.
Cheng berpendapat, proses pembersihan lokasi akan lama dan sulit. ”Kecuali pemerintah menghancurkan seluruh area itu dan menjaga udara dan air dengan ketat, mereka harus membersihkan gedung demi gedung untuk menetralisasi dan memindahkan sisa bahan kimia,” tuturnya.
Pemerintah menyatakan proses pembersihan membutuhkan waktu tiga bulan. Warga yang pindah dari lokasi terdampak akan mendapat biaya hidup tiga bulan dari pemerintah sebagai kompensasi awal. Meski demikian, banyak yang menolak kembali ke bekas rumah mereka.
Ananda nararya
Warga mengaku mencium bau yang aneh saat hujan setelah tragedi itu terjadi. Jejaring sosial di Negeri Panda pun dipenuhi kekhawatiran tentang keamanan lingkungan di Tianjin.
”Saya sudah batuk berhari-hari. Jika laporan itu benar bahwa ada gas syaraf di sini, saya akan menggunakan masker,” tulis seorang penduduk Tianjin di statusnya di media sosial, dikutip BBC . Pengguna media sosial lainnya turut memberi peringatan. ”Semua orang yang tinggal di Tianjin harus menghindari air keran. Meskipun mereka mengatakan polutan telah ditangani, lebih baik waspada daripada menyesal,” tulis salah satu pengguna jejaring sosial.
Seperti dilaporkan, 700 ton sianida disimpan di gudang yang meledak hingga menewaskan 114 orang dan melukai ratusan orang lainnya. Sianida merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dalam industri. Bahan kimia ini bisa sangat mematikan bagi manusia jika ditangani dengan cara yang salah. Lantas, pertanyaan yang ada saat ini adalah apakah Tianjin masih berbahaya? Jawaban singkatnya adalah kita masih tidak tahu. Menurut laporan, sebanyak 40 jenis bahan kimia disimpan di gudang tersebut.
Meski demikian, daftar lengkap seluruh jenis bahan kimia itu tidak dirilis ke publik. Pemerintah menyatakan orang yang bertanggung jawab atas logistik gudang mengalami luka parah dan sulit berbicara sehingga tidak diketahui dengan pasti apa saja yang ada di gudang itu saat meledak.
”Tidak seorang pun tahu pasti. Mereka biasanya menggunakan catatan tentang apa yang ada di gudang. Kita mungkin tidak pernah tahu apa saja yang ada di sana. Jadi, saya tidak dapat mengatakan dengan pasti jika sesuatu itu aman atau tidak,” papar Louie Cheng, mantan pakar bahan kimia untuk perang di militer Amerika Serikat (AS), yang sekarang mengelola lembaga konsultan kesehatan lingkungan di China.
Kekhawatiran semakin meningkat karena ribuan ikan mati dan mengambang di tepi Sungai Haihe pada Kamis (20/8). Sungai itu berada di daerah yang sama dengan gudang yang meledak di Tianjin. Kejadian ribuan ikan mati ini membuat warga menduga ada kontaminasi skala besar di sana. Meski demikian, otoritas menyatakan tidak menemukan kadar sianida yang melebihi normal di air di Tianjin.
Pejabat setempat menjelaskan, tes menunjukkan level oksigen di air sungai rendah sehingga ada kemungkinan ribuan ikan itu mati akibat hypoxia atau kekurangan oksigen. Berbagai racun juga menjadi ancaman jangka panjang, termasuk karsinogen yang dapat menyebar akibat ledakan tersebut. Louie Cheng setiap hari harus menghadapi kliennya di Tianjin yang khawatir dengan kondisi ling-kungan tersebut.
Dia pun menyarankan klien-kliennya tetap di dalam rumah selama dua pekan mendatang, menggunakan filter udara berbasis karbon dan mengenakan masker yang memberi perlindungan terhadap paparan bahan kimia berbahaya. Untungnya, ada berita melegakan. Sebagian besar bahan kimia yang diketahui meledak itu tidak menjadi ancaman jangka panjang bagi kawasan tersebut.
Misalnya sodium sianida, bahan kimia yang berada di daftar teratas paling mengkhawatirkan sebagian besar orang. Memang, sodium sianida dalam jumlah tertentu dapat berakibat fatal bagi manusia. Saat terkena air, bahan kimia berbentuk tepung putih itu berubah menjadi gas yang biasa digunakan dalam perang.
Meski demikian, di bawah garis merah beracun itu, sodium sianida bukan bahaya bagi manusia, menurut Ben Burke, kandidat doktor di fakultas kimia Universitas Hull. ”Sianida akan mengakibatkan dampak langsung dan Anda akan tahu apa yang terjadi. Apakah Anda mendapat terlalu banyak dosis, dan Anda menyadari ada masalah serius, atau Anda pulih dengan cepat,” papar Burke.
Risiko yang masih ada adalah sodium sianida itu masuk dalam suplai air Tianjin. Sejauh ini berbagai tes menunjukkan air aman, menurut para pejabat. ”Jika sodium sianida ada di air, mudah dideteksi. Ini akan segera bersih,” ujar Burke. Untuk beberapa bahan kimia yang ada di gudang, bahaya terbesarnya ialah risiko ledakan. Calcium carbide misalnya akan dengan aman menghilang di atmosfer setelah ledakan.
Burke berharap warga di Tianjin tetap tenang karena ada kemungkinan bahwa wilayah itu akan kembali pulih dari krisis bahan kimia tersebut. ”Sebagian dari masalah ini ialah kimia fobia. Orang takut dengan bahan kimia dan nama-nama bahan kimia. Apa yang Anda maksud dengan bahan kimia berbahaya? Semuanya berbahaya. Hanya tergantung pada dosisnya. Semua bahan kimia di dunia berbahaya jika Anda menanganinya dengan cara yang salah atau Anda terlalu banyak terpapar dengannya,” ungkapnya.
Dia yakin lokasi ledakan akan aman lagi. Sebanyak 300 pakar bahan kimia militer dikerahkan untuk operasi pembersihan di lokasi ledakan. Mereka mengenakan pakaian dan masker biohazard serta menggunakan mesin berat untuk membangun dinding tanah dan pasir di sekitar lokasi. Dinding itu akan membantu mencegah penyebaran bahan kimia ke wilayah lebih luas.
Para pakar juga menyiram lokasi dengan hidrogen peroksida, bahan kimia yang dapat menetralisasi sodium sianida. Kendati demikian, mereka masih memiliki tugas berat. Laporan media menyatakan level sianida di zona inti mencapai 356 kali lebih tinggi dibandingkan level yang dianggap aman. Satu manufaktur sianida juga mengirim satu tim berjumlah 140 orang untuk membantu mengumpulkan sisa bahan kimia itu dan mengirimkan kembali ke lokasi produksi di dekat Provinsi Hebei.
Cheng berpendapat, proses pembersihan lokasi akan lama dan sulit. ”Kecuali pemerintah menghancurkan seluruh area itu dan menjaga udara dan air dengan ketat, mereka harus membersihkan gedung demi gedung untuk menetralisasi dan memindahkan sisa bahan kimia,” tuturnya.
Pemerintah menyatakan proses pembersihan membutuhkan waktu tiga bulan. Warga yang pindah dari lokasi terdampak akan mendapat biaya hidup tiga bulan dari pemerintah sebagai kompensasi awal. Meski demikian, banyak yang menolak kembali ke bekas rumah mereka.
Ananda nararya
(ars)