Menulis Dan Memotret Bekal Calon Jurnalis
A
A
A
JADI jurnalis tidak sekadar bisa menulis dan memotret, juga wajib paham terhadap perkembangan isu dan berwawasan luas.
Nah, KORAN SINDO merespons animo para mahasiswa tersebut lewat GENSINDO Journalism Camp di Pusdiklat Indofood, Cibodas, Jawa Barat, pada 13-15 Agustus 2015. Mengambil tema Journalism for Young Generation,KORAN SINDO mengajak mahasiswa dari pelbagai kampus mengikuti pelatihan jurnalistik.
Turut hadir 50 peserta dari beragam background studi dan komunitas, seperti Komunitas GENSINDO, Komunitas Gen BI (penerima beasiswa Bank Indonesia), dan pers kampus dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Diponegoro (Undip).
Peserta GENSINDO Journalism Camp digodok melalui beragam kegiatan jurnalistik oleh pemateri ahli dari KORAN SINDO. Pelatihan dasar jurnalistik disampaikan oleh Redaktur Pelaksana KORAN SINDOHanna Farhana. “Seorang jurnalis penting memperhatikan teknik input, proses, dan output berita,” katanya.
Menurut Hanna, modal penting menulis berita adalah fakta, verifikasi data, dan teknik menulis. Baginya, teknik menulis yang baik harus mampu menjawab 5 W + 1 H. Detail berita pun harus padat dan jelas agar mudah dimengerti pembaca.
TANTANGAN MENULIS
Rupanya menulis berita terkadang belum menjadi suatu hobi. Banyak mahasiswa mengeluh kalau menulis berita jadi barang baru. Dewi Levianti, Komunitas GenBi, mahasiswi Jurusan Manajemen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini bercerita kalau ia tidak hobi menulis.
Dia bahkan masih mencari cara untuk memancing hobinya dengan bertanya pengalaman menulis sesama peserta GENSINDOJournalism Camp. Nah, perasaan yang hampir sama juga pernah menghantui Diana. Pegiat Persma dJATINAGOR Unpad ini justru sempat menjadi pemred surat kabar semasa SMP. Semasa menjadi pemred, dia malah jarang menulis. Namun, ia justru semakin tertantang menulis ketika bertemu orang-orang baru. “Menulis berita mesti tahu dulu apa yang ingin kita tulis,” kata mahasiswa Jurusan Jurnalistik Unpad ini.
Ia bercerita kalau saat ini jadi peduli dengan hal-hal kecil dalam menulis setelah mengikuti GENSINDO Journalism Camp. Nah, dari kesemua tantangan itu, rupanya ada tahap yang harus kita lakuin loh sobat GEN, yaitu perencanaan isu. Wartawan tidak serta-merta turun tanpa persiapan dan kematangan materi yang sudah disepakati redaksi. Karena itu, semua jajaran redaktur termasuk wartawan wajib hadir rapat untuk memberi saran dan ide berita.
Djaka Susila, Wakil Pemred KORAN SINDO, memberi materi menarik mengenai perencanaan isu. Djaka Susila membagi tahap perencanaan ke dalam 5 poin penting seperti mengapa mengerjakan, apa yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan, berapa lama mengerjakan, dan bagaimana mengerjakan. “Kita perang ide di dalam rapat redaksi. Tentang usulan tema, kehangatan berita, serta penting atau tidaknya berita untuk dilanjutkan,” ujarnya tegas.
KREATIF MENCARI ANGLE
Danang Arradian, redaktur rubrik teknologi, automotif, dan supervisor GENSINDO, memberikan cara pemahaman mencari angle berita. “Jurnalis harus bisa menemukan angle berita yang menarik,” katanya di sela-sela materi “Menembus Narasumber”.
Tujuannya agar berita memunculkan kebaruan dan dari sudut pandang yang berbeda. Danang menambahkan kalau setiap peristiwa bisa dipecah ke pelbagai angleatau sudut pandang. “Wartawan harus bisa menggali kreativitas diri dan kaya ide,” ujarnya.
Untuk memancing ide peserta, Danang melempar wacana mengenai food truck. Peserta diminta memberikan angle. Para peserta antusias dengan banyak menyumbang ide. Alhasil, lebih dari 5 angle tercipta, beberapa di antaranya bercerita tentang asal-muasal truk, desain truk, spot tongkrongan, dapur koki, modal dan keuntungan bisnis, serta kelebihan menggunakan truk untuk menjual makanan.
Kegiatan GENSINDO Journalism Camp semakin menarik di kelas fotografi. Ari Yudhistira sebagai Koordinator Fotografer KORAN SINDO membagi pengalaman dan ilmunya dalam mengambil foto berita. “Foto berita itu adalah foto yang mampu menjelaskan suatu peristiwa penting dalam sebuah gambar,” papar pria yang akrab disapa Tobo ini.
Ada teknik khusus yang harus dipatuhi dalam meliput foto berita, yaitu focal point, eksekusi, etika, dan kreativitas. Menurut Tobo, “Silakan mulai dan lakukanlah dengan memfokuskan titik pusat objek yang menarik mata, kemudian dilanjutkan melalui penjelasan caption,” sebutnya.
Dalam praktiknya, peserta GENSINDO Journalism Camp dilepas langsung ke beberapa spot di puncak Cibodas. Dengan kamera masing-masing beberapa mengambil momen di Pasar Bunga Cibodas, Perkemahan Pramuka, Pasar Cibodas, dan Lapangan Golf. Banyak peserta yang mengaku kesulitan dalam menangkap momen. “Sulitnya motret foto berita itu ketika mencari objek yang pas dan mengena banget untuk dijadiin foto,” ujar Widya, mahasiswi Agribisnis Unpad.
Namun begitu, jepretannya terpilih menjadi foto berita terbaik. Dalam karyanya, Widya mampu menangkap momen seorang anak perempuan, yang lengkap dengan atribut pramuka, tengah menunduk lesu menyandarkan kepala di kursi panggung. Tobo mengatakan, foto berita hasil karya Widya sangat pas. Foto tersebut padat komposisi dengan caption yang jelas. Baginya, sangat mengangkat isu soal pramuka yang kian surut peminat.
Tobo menyarankan kepada peserta untuk memperbanyak latihan mengambil objek. “Silakan menangkap objek sebanyak-banyaknya dengan berbagai peristiwa serta tetap menerapkan kaidah fotografi yang tepat,” imbuhnya.
Pelatihan GENSINDO Journalism Camp ini dimotori oleh Bank Indonesia dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Andiwiana Septonarwanto selaku Deputi Direktur Departemen Komunikasi BI juga turut memberikan materi mengenai Bank Indonesia, kebijakan moneter, dan kisah pembuatan uang.
Dia menilai kegiatan yang digelar KORAN SINDOini sangat bermanfaat. Terlebih memotivasi mahasiswa untuk berkarya, menulis, dan turut mampu menjawab tantangan ekonomi ke depan yang lebih baik.
HADI SETIOKO Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
Nah, KORAN SINDO merespons animo para mahasiswa tersebut lewat GENSINDO Journalism Camp di Pusdiklat Indofood, Cibodas, Jawa Barat, pada 13-15 Agustus 2015. Mengambil tema Journalism for Young Generation,KORAN SINDO mengajak mahasiswa dari pelbagai kampus mengikuti pelatihan jurnalistik.
Turut hadir 50 peserta dari beragam background studi dan komunitas, seperti Komunitas GENSINDO, Komunitas Gen BI (penerima beasiswa Bank Indonesia), dan pers kampus dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Diponegoro (Undip).
Peserta GENSINDO Journalism Camp digodok melalui beragam kegiatan jurnalistik oleh pemateri ahli dari KORAN SINDO. Pelatihan dasar jurnalistik disampaikan oleh Redaktur Pelaksana KORAN SINDOHanna Farhana. “Seorang jurnalis penting memperhatikan teknik input, proses, dan output berita,” katanya.
Menurut Hanna, modal penting menulis berita adalah fakta, verifikasi data, dan teknik menulis. Baginya, teknik menulis yang baik harus mampu menjawab 5 W + 1 H. Detail berita pun harus padat dan jelas agar mudah dimengerti pembaca.
TANTANGAN MENULIS
Rupanya menulis berita terkadang belum menjadi suatu hobi. Banyak mahasiswa mengeluh kalau menulis berita jadi barang baru. Dewi Levianti, Komunitas GenBi, mahasiswi Jurusan Manajemen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini bercerita kalau ia tidak hobi menulis.
Dia bahkan masih mencari cara untuk memancing hobinya dengan bertanya pengalaman menulis sesama peserta GENSINDOJournalism Camp. Nah, perasaan yang hampir sama juga pernah menghantui Diana. Pegiat Persma dJATINAGOR Unpad ini justru sempat menjadi pemred surat kabar semasa SMP. Semasa menjadi pemred, dia malah jarang menulis. Namun, ia justru semakin tertantang menulis ketika bertemu orang-orang baru. “Menulis berita mesti tahu dulu apa yang ingin kita tulis,” kata mahasiswa Jurusan Jurnalistik Unpad ini.
Ia bercerita kalau saat ini jadi peduli dengan hal-hal kecil dalam menulis setelah mengikuti GENSINDO Journalism Camp. Nah, dari kesemua tantangan itu, rupanya ada tahap yang harus kita lakuin loh sobat GEN, yaitu perencanaan isu. Wartawan tidak serta-merta turun tanpa persiapan dan kematangan materi yang sudah disepakati redaksi. Karena itu, semua jajaran redaktur termasuk wartawan wajib hadir rapat untuk memberi saran dan ide berita.
Djaka Susila, Wakil Pemred KORAN SINDO, memberi materi menarik mengenai perencanaan isu. Djaka Susila membagi tahap perencanaan ke dalam 5 poin penting seperti mengapa mengerjakan, apa yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan, berapa lama mengerjakan, dan bagaimana mengerjakan. “Kita perang ide di dalam rapat redaksi. Tentang usulan tema, kehangatan berita, serta penting atau tidaknya berita untuk dilanjutkan,” ujarnya tegas.
KREATIF MENCARI ANGLE
Danang Arradian, redaktur rubrik teknologi, automotif, dan supervisor GENSINDO, memberikan cara pemahaman mencari angle berita. “Jurnalis harus bisa menemukan angle berita yang menarik,” katanya di sela-sela materi “Menembus Narasumber”.
Tujuannya agar berita memunculkan kebaruan dan dari sudut pandang yang berbeda. Danang menambahkan kalau setiap peristiwa bisa dipecah ke pelbagai angleatau sudut pandang. “Wartawan harus bisa menggali kreativitas diri dan kaya ide,” ujarnya.
Untuk memancing ide peserta, Danang melempar wacana mengenai food truck. Peserta diminta memberikan angle. Para peserta antusias dengan banyak menyumbang ide. Alhasil, lebih dari 5 angle tercipta, beberapa di antaranya bercerita tentang asal-muasal truk, desain truk, spot tongkrongan, dapur koki, modal dan keuntungan bisnis, serta kelebihan menggunakan truk untuk menjual makanan.
Kegiatan GENSINDO Journalism Camp semakin menarik di kelas fotografi. Ari Yudhistira sebagai Koordinator Fotografer KORAN SINDO membagi pengalaman dan ilmunya dalam mengambil foto berita. “Foto berita itu adalah foto yang mampu menjelaskan suatu peristiwa penting dalam sebuah gambar,” papar pria yang akrab disapa Tobo ini.
Ada teknik khusus yang harus dipatuhi dalam meliput foto berita, yaitu focal point, eksekusi, etika, dan kreativitas. Menurut Tobo, “Silakan mulai dan lakukanlah dengan memfokuskan titik pusat objek yang menarik mata, kemudian dilanjutkan melalui penjelasan caption,” sebutnya.
Dalam praktiknya, peserta GENSINDO Journalism Camp dilepas langsung ke beberapa spot di puncak Cibodas. Dengan kamera masing-masing beberapa mengambil momen di Pasar Bunga Cibodas, Perkemahan Pramuka, Pasar Cibodas, dan Lapangan Golf. Banyak peserta yang mengaku kesulitan dalam menangkap momen. “Sulitnya motret foto berita itu ketika mencari objek yang pas dan mengena banget untuk dijadiin foto,” ujar Widya, mahasiswi Agribisnis Unpad.
Namun begitu, jepretannya terpilih menjadi foto berita terbaik. Dalam karyanya, Widya mampu menangkap momen seorang anak perempuan, yang lengkap dengan atribut pramuka, tengah menunduk lesu menyandarkan kepala di kursi panggung. Tobo mengatakan, foto berita hasil karya Widya sangat pas. Foto tersebut padat komposisi dengan caption yang jelas. Baginya, sangat mengangkat isu soal pramuka yang kian surut peminat.
Tobo menyarankan kepada peserta untuk memperbanyak latihan mengambil objek. “Silakan menangkap objek sebanyak-banyaknya dengan berbagai peristiwa serta tetap menerapkan kaidah fotografi yang tepat,” imbuhnya.
Pelatihan GENSINDO Journalism Camp ini dimotori oleh Bank Indonesia dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Andiwiana Septonarwanto selaku Deputi Direktur Departemen Komunikasi BI juga turut memberikan materi mengenai Bank Indonesia, kebijakan moneter, dan kisah pembuatan uang.
Dia menilai kegiatan yang digelar KORAN SINDOini sangat bermanfaat. Terlebih memotivasi mahasiswa untuk berkarya, menulis, dan turut mampu menjawab tantangan ekonomi ke depan yang lebih baik.
HADI SETIOKO Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
(ftr)