Melayani Jamaah Haji
A
A
A
Kemarin (21/8) merupakan pembukaan musim haji bagi negeri ini dengan berangkatnya kloter pertama dari delapan embarkasi, yaitu Jakarta, Solo, Surabaya, Balikpapan, Padang, Medan, Makassar, dan Lombok.
Total ada 13 embarkasi termasuk Aceh, Batam, Palembang, Bekasi, serta Banjarmasin. Bisa dikatakan persiapan pelaksanaan haji tahun ini terlihat tertata cukup rapi. Pemanfaatan sistem e-hajj cukup membantu dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Sayang ada beberapa masalah yang muncul karena perihal adaptasi dengan sistem baru ini belum terantisipasi dengan baik.
Namun tetap apresiasi layak dilayangkan ke Kementerian Agama karena Indonesia merupakan negara percontohan dalam menggunakan sistem e-hajj ini. Selain mengapresiasi Kementerian Agama, ada baiknya kita terus mengingatkan agar Kementerian Agama dan seluruh jajarannya untuk selalu ingat bahwa mereka adalah pelayan kebutuhan para tamu Allah.
Pelayanan yang terbaik harus selalu menjadi standar. Segala macam potensi masalah harus ditekan dan diminimalisasi. Sayangnya di awal musim haji ini masih ada masalah yang menggelayuti, yaitu visa untuk para jamaah haji ada yang belum kelar. Kemarin saja 207 jamaah haji dari total 3.703 jamaah haji yang masuk kloter I di 8 embarkasi belum keluar visanya.
Tercatat jamah tersebut berasal dari Embarkasi Solo (68 orang), Embarkasi Surabaya (31), Embarkasi Lombok (41), Embarkasi Makassar (60), serta Embarkasi Medan (7). Tentunya masalah tertundanya keberangkatan ini tidak bisa disepelekan karena sangat terkait dengan perasaan para jamaah.
Mereka bisa saja merasa tertekan karena dalam bayangannya sudah akan sampai ke Tanah Suci. Semoga di kloter-kloter selanjutnya hingga kloter pemberangkatan terakhir pada 17 September masalah visa yang belum keluar ini tidak terjadi lagi. Tentunya kita tidak ingin ada masalah-masalah yang mengganggu khusyuknya ibadah para jamaah haji.
Namun Kementerian Agama tentunya harus memantau dengan ketat dan menyiapkan berbagai skenario jika ada hambatan untuk beberapa hal yang biasanya bermasalah.
Pertama, penginapan sering kali menjadi masalah walaupun tidak terjadi dalam skala masif. Sebelumnya sempat ada masalah dengan sistem e-hajj mengenai kapasitas penginapan, tetapi sudah diselesaikan Kementerian Agama. Panitia Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) harus siap dengan opsi penginapan jika nantinya ada masalah.
Kedua, masalah katering sering kali menjadi keluhan jamaah. Berita pelaksanaan ibadah haji pun sering kali diwarnai seputar masalah katering. Sektor ini harus mendapat perhatian khusus karena akan terkait dengan kesehatan jamaah.
Ketiga, transportasi kadang kala menjadi kendala karena kepadatan di Tanah Suci. Kementerian Agama harus memantau secara saksama kelancaran sarana transportasi jamaah.
Keempat, kesehatan jamaah haji harus mendapat perhatian khusus. Terlebih saat ini daerah Timur Tengah sedang terjangkit penyakit MERS CoV. Para petugas kesehatan haji harus lebih sensitif dan waspada dalam mengawasi kondisi kesehatan jamaah.
Perlu juga para petugas ingat bahwa sering kali jamaah menyembunyikan indikasi sakitnya karena tak ingin ibadahnya terganggu. Tentunya cara pikir tersebut membahayakan para jamaah haji.
Selain kesiapan dari PPIH, seluruh jamaah haji juga harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Pengetahuan yang baik dalam semua rangkaian ibadah haji akan memudahkan para jamaah dan meringankan beban PPIH.
Jamaah pun harus lebih mawas diri dalam menjaga kondisi fisiknya. Semoga pelaksanaan ibadah haji ini berjalan lancar dan semua jamaah haji menjadi haji mabrur.
Total ada 13 embarkasi termasuk Aceh, Batam, Palembang, Bekasi, serta Banjarmasin. Bisa dikatakan persiapan pelaksanaan haji tahun ini terlihat tertata cukup rapi. Pemanfaatan sistem e-hajj cukup membantu dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Sayang ada beberapa masalah yang muncul karena perihal adaptasi dengan sistem baru ini belum terantisipasi dengan baik.
Namun tetap apresiasi layak dilayangkan ke Kementerian Agama karena Indonesia merupakan negara percontohan dalam menggunakan sistem e-hajj ini. Selain mengapresiasi Kementerian Agama, ada baiknya kita terus mengingatkan agar Kementerian Agama dan seluruh jajarannya untuk selalu ingat bahwa mereka adalah pelayan kebutuhan para tamu Allah.
Pelayanan yang terbaik harus selalu menjadi standar. Segala macam potensi masalah harus ditekan dan diminimalisasi. Sayangnya di awal musim haji ini masih ada masalah yang menggelayuti, yaitu visa untuk para jamaah haji ada yang belum kelar. Kemarin saja 207 jamaah haji dari total 3.703 jamaah haji yang masuk kloter I di 8 embarkasi belum keluar visanya.
Tercatat jamah tersebut berasal dari Embarkasi Solo (68 orang), Embarkasi Surabaya (31), Embarkasi Lombok (41), Embarkasi Makassar (60), serta Embarkasi Medan (7). Tentunya masalah tertundanya keberangkatan ini tidak bisa disepelekan karena sangat terkait dengan perasaan para jamaah.
Mereka bisa saja merasa tertekan karena dalam bayangannya sudah akan sampai ke Tanah Suci. Semoga di kloter-kloter selanjutnya hingga kloter pemberangkatan terakhir pada 17 September masalah visa yang belum keluar ini tidak terjadi lagi. Tentunya kita tidak ingin ada masalah-masalah yang mengganggu khusyuknya ibadah para jamaah haji.
Namun Kementerian Agama tentunya harus memantau dengan ketat dan menyiapkan berbagai skenario jika ada hambatan untuk beberapa hal yang biasanya bermasalah.
Pertama, penginapan sering kali menjadi masalah walaupun tidak terjadi dalam skala masif. Sebelumnya sempat ada masalah dengan sistem e-hajj mengenai kapasitas penginapan, tetapi sudah diselesaikan Kementerian Agama. Panitia Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) harus siap dengan opsi penginapan jika nantinya ada masalah.
Kedua, masalah katering sering kali menjadi keluhan jamaah. Berita pelaksanaan ibadah haji pun sering kali diwarnai seputar masalah katering. Sektor ini harus mendapat perhatian khusus karena akan terkait dengan kesehatan jamaah.
Ketiga, transportasi kadang kala menjadi kendala karena kepadatan di Tanah Suci. Kementerian Agama harus memantau secara saksama kelancaran sarana transportasi jamaah.
Keempat, kesehatan jamaah haji harus mendapat perhatian khusus. Terlebih saat ini daerah Timur Tengah sedang terjangkit penyakit MERS CoV. Para petugas kesehatan haji harus lebih sensitif dan waspada dalam mengawasi kondisi kesehatan jamaah.
Perlu juga para petugas ingat bahwa sering kali jamaah menyembunyikan indikasi sakitnya karena tak ingin ibadahnya terganggu. Tentunya cara pikir tersebut membahayakan para jamaah haji.
Selain kesiapan dari PPIH, seluruh jamaah haji juga harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Pengetahuan yang baik dalam semua rangkaian ibadah haji akan memudahkan para jamaah dan meringankan beban PPIH.
Jamaah pun harus lebih mawas diri dalam menjaga kondisi fisiknya. Semoga pelaksanaan ibadah haji ini berjalan lancar dan semua jamaah haji menjadi haji mabrur.
(ftr)