TKI Didorong Jadi Wirausahawan
A
A
A
Sebagian besar masyarakat Indonesia beranggapan peluang meniti karier di Tanah Air masih abu-abu jika dibandingkan di luar negeri.
Iming-iming upah tinggi dan prospek yang menjanjikan mendorong sejumlah warga Indonesia untuk meninggalkan Nusantara dan memulai kehidupan baru di negeri orang.
Meski demikian, sebagian tenaga kerja Indonesia (TKI ) sadar mereka tidak bisa selamanya mengadu nasib di luar negeri. Mereka rindu keluarga dan saudara di kampung halaman. Sehabis kontrak, tak sedikit dari mereka kembali ke Indonesia. Sayang, mereka terjebak dalam perilaku konsumtif dan akhirnya merintis hidup dari nol lagi. Situasi ini membuat sejumlah TKI di Hong Kong menjadi khawatir. Mereka cemas dengan masa depannya.
Saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar blusukan ke Hong Kong pada Januari lalu, beberapa TKI curhat dan mengajukan sejumlah aspirasi. Mereka meminta bantuan pemerintah dalam mengembangkan kemampuan berwirausaha.
Pemerintah berupaya membantu menjawab permintaan itu dengan mengadakan program unggulan. Pada pertengahan September mendatang, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan perwakilan yang bekerja sama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) akan mulai menggelar program pemberdayaan TKI tahap awal sampai November mendatang. Konsul Jenderal (Konjen) Republik Indonesia (RI) untuk Hong Kong dan Makau, Chalief Akbar, mengatakan target awal peserta dalam program ini ialah 200 orang TKI.
Pendaftarannya akan dibuka dalam waktu dekat. Kelas yang akan diprioritaskan juga masih terbatas pada kelas peternakan dan pertanian. ”Di Hong Kong hampir 100% TKI-nya perempuan. Jadi pesertanya kemungkinan besar perempuan,” ujar Chalief di sela-sela press briefing kepada KORAN SINDO di Kemlu, Jakarta, kemarin. ”Kalau animonya tinggi, program ini akan terus dilanjutkan. Kalau tidak, kami akan melakukan evaluasi,” tambahnya.
Program serupa juga kemungkinan akan diadopsi perwakilan di Malaysia, Singapura, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel). Upaya ini bersinergi dengan instruksi presiden yang ingin melakukan moratorium TKI pada 2017 meski nanti tidak semua TKI akan ditarik pulang ke Tanah Air.
KJRI Hong Kong, kata Chalief, sudah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kapasitas kemampuan TKI, terutama buruh migran Indonesia (BMI). Hal itu ditujukan agar TKI yang kembali ke Indonesia bisa memiliki bekal hidup mandiri. Kesuksesan di Tanah Air setidaknya akan mengurangi keinginan mereka kembali menjadi TKI di negeri asing.
Muh Shamil
Iming-iming upah tinggi dan prospek yang menjanjikan mendorong sejumlah warga Indonesia untuk meninggalkan Nusantara dan memulai kehidupan baru di negeri orang.
Meski demikian, sebagian tenaga kerja Indonesia (TKI ) sadar mereka tidak bisa selamanya mengadu nasib di luar negeri. Mereka rindu keluarga dan saudara di kampung halaman. Sehabis kontrak, tak sedikit dari mereka kembali ke Indonesia. Sayang, mereka terjebak dalam perilaku konsumtif dan akhirnya merintis hidup dari nol lagi. Situasi ini membuat sejumlah TKI di Hong Kong menjadi khawatir. Mereka cemas dengan masa depannya.
Saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar blusukan ke Hong Kong pada Januari lalu, beberapa TKI curhat dan mengajukan sejumlah aspirasi. Mereka meminta bantuan pemerintah dalam mengembangkan kemampuan berwirausaha.
Pemerintah berupaya membantu menjawab permintaan itu dengan mengadakan program unggulan. Pada pertengahan September mendatang, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan perwakilan yang bekerja sama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) akan mulai menggelar program pemberdayaan TKI tahap awal sampai November mendatang. Konsul Jenderal (Konjen) Republik Indonesia (RI) untuk Hong Kong dan Makau, Chalief Akbar, mengatakan target awal peserta dalam program ini ialah 200 orang TKI.
Pendaftarannya akan dibuka dalam waktu dekat. Kelas yang akan diprioritaskan juga masih terbatas pada kelas peternakan dan pertanian. ”Di Hong Kong hampir 100% TKI-nya perempuan. Jadi pesertanya kemungkinan besar perempuan,” ujar Chalief di sela-sela press briefing kepada KORAN SINDO di Kemlu, Jakarta, kemarin. ”Kalau animonya tinggi, program ini akan terus dilanjutkan. Kalau tidak, kami akan melakukan evaluasi,” tambahnya.
Program serupa juga kemungkinan akan diadopsi perwakilan di Malaysia, Singapura, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel). Upaya ini bersinergi dengan instruksi presiden yang ingin melakukan moratorium TKI pada 2017 meski nanti tidak semua TKI akan ditarik pulang ke Tanah Air.
KJRI Hong Kong, kata Chalief, sudah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kapasitas kemampuan TKI, terutama buruh migran Indonesia (BMI). Hal itu ditujukan agar TKI yang kembali ke Indonesia bisa memiliki bekal hidup mandiri. Kesuksesan di Tanah Air setidaknya akan mengurangi keinginan mereka kembali menjadi TKI di negeri asing.
Muh Shamil
(ars)