KRL Anjlok, Ribuan Penumpang Telantar

Kamis, 20 Agustus 2015 - 07:54 WIB
KRL Anjlok, Ribuan Penumpang Telantar
KRL Anjlok, Ribuan Penumpang Telantar
A A A
JAKARTA - Operasional kereta rel listrik (KRL) Commuter Line kembali mengalami gangguan. Kemarin Commuter Line anjlok di jalur tiga Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan.

Akibat itu, ribuan penumpang telantar di beberapa stasiun seperti Stasiun Manggarai, Jatinegara, dan Tebet. Mary Sinaga, pengguna Commuter Line, mengaku kecewa atas kejadian tersebut. Dia harus kembali berdesakan di dalam kereta, padahal dia sengaja menggunakan kereta saat kondisi sepi agar lebih nyaman. ”Jika tahu akan seperti ini, lebih baik saya naik taksi,” ujarnya.

Akibat anjloknya Commuter Line, otomatis kereta yang bisa masuk hanya kereta dari arah Depok. Itu pun harus bergantian. Penumpang yang hendak menuju Bekasi harus kembali ke Stasiun Jakarta Kota, kemudian ke Stasiun Kampung Bandan melewati Stasiun Senen lanjut menuju Bekasi. ”Tentu ini merepotkan, tapi mau bagaimana lagi,” ucapnya. Keluhan yang sama juga diungkapkan Susan. Warga Kranji ini menunggu Commuter Line di Stasiun Gondangdia sejak pukul 16.00-18.00 WIB untuk menuju Bekasi.

Banyak penumpang lain yang ke Stasiun Jakarta Kota terlebih dahulu. ”Saya tidak mau mutermuter, makanya saya nunggu dua jam lebih di sini,” katanya. Setelah dua jam lebih menunggu ketika diumumkan sudah normal kembali kereta terlihat sangat padat. Tanpa ada gangguan saja sudah padat, apalagi ketika ada gangguan otomatis terjadi penumpukan penumpang. ”Jika ada gangguan, pasti penumpang yang selalu dirugikan,” ucapnya.

Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Eva Chairunisa mengucapkan permohonan maaf atas peristiwa anjloknya KRL jurusan Bekasi-Jakarta Kota yang terjadi pukul 14.35 WIB di jalur tiga Stasiun Manggarai. Proses evakuasi KRL 1377 itu selesai pukul 16.30 WIB, selanjutnya rangkaian tersebut ditarik menuju Depo Bukit Duri. Menurut dia, dalam peristiwa tersebut tidak ada korban. Seluruh perjalanan KRL relasi Bekasi - Jakarta Kota maupun sebaliknya dialihkan melalui Kampung Bandan - Pasar Senen hingga Stasiun Jakarta Kota.

”Anjloknya kereta berdampak pada lalu lintas kereta, di mana jarak tempuh menjadi lebih panjang,” ujarnya. Selain itu, juga terjadi antrean di sejumlah lintasan baik dari Bogor menuju Jakarta Kota maupun sebaliknya sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk perjalanan Commuter Line. Meski KRL telah dievakuasi perjalanan Commuter Line masih mengalami antrean selama dua jam dan membutuhkan waktu tempuh yang lebih lama.

Pengguna jasa yang tidak bisa menunggu dapat beralih menggunakanmoda transportasilain. Bagi pengguna jasa yang tetap akan menggunakan Commuter Line dapat memperhatikan keselamatan dan keamanan dengan tidak memaksakan diri masuk jika kereta sudah penuh. Pihaknya tidak bisa memberikan keterangan lebih detail terkait anjloknya kereta karena masih melakukan pendalaman. ”Kita masih dalami penyebab anjloknya kereta,” kilahnya.

Penambahan Bus dan Sterilisasi Busway

Di bagian lain, Pemprov DKI Jakarta berupaya terus menambah armada bus Transjakarta sebagai salah satu upaya mengatasi kemacetan. Hingga akhir tahun ini sebanyak 529 bus akan didatangkan. Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Antonius Kosasih menjelaskan, rincian pengadaan yaitu pada Juni sebanyak 20 bus gandeng merek Scania, Oktober 120 bus medium Kopaja merek Toyota, November 158 bus baru Transjakarta, serta Desember 231 bus baru merek Scania, dan Kopaja merek Toyota.

Adanya penambahan unit bus tersebut, headway saat ini sekitar 10-20 menit akan berubah menjadi 3-5 menit. Untuk menjamin headway, Direktur Utama Perum Pengangkutan Penunjang Djakarta (PPD) Pande Putu Yasa meminta PT Transportasi Jakarta harus memprioritaskan dulu sterilisasi jalur bus Transjakarta (busway). Pihaknya akan meluncurkan 88 bus Trans jabodetabek pada busway, Jumat (21/8).

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengakui sterilisasi jalur memang memengaruhi operasional bus Transjakarta. Meski ada penambahan dan tidak dibarengi sterilisasi, percepatan headway bus tidak akan terlihat. Saat ini pemprov tengah menunggu proses lelang pengadaan separator. ”Nanti sterilisasi dilakukan dengan peninggian separator, termasuk palang pintu otomatis,” katanya.

Kepala Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga DKI Jakarta Yudi Febriyadi mengungkapkan, peninggian separator dilakukan dengan cara memasang movable concrete barrier (MCB) yakni pembatas beton setinggi sekitar 1 meter yang biasa dipasang saat ada penutupan jalan. Pengadaan beton MCB masih dalam proses lelang barang dan jasa. Pemasangan MCB dilakukan secara bertahap di sejumlah koridor yang melewati jalanjalan utama seperti koridor I, II, III, IV, VI, dan IX. ”Kami akan mengganti semua separator baru yang lebih tinggi dengan MCB beton sekitar 60 x 40 cm berbentuk agak tipis,” ucapnya.

Menurut dia, peninggian separator busway merupakan salah satu cara untuk mensterilkan Transjakarta dari penyerobotan kendaraan nonbus Transjakarta, terutama kendaraan pribadi. Pengamat transportasi Universitas Tarumanagara Leksmono Suryo Putranto menilai peninggian separator dan pemasangan pintu di jalur Transjakarta merupakan kebijakan kurang tepat karena justru menyebabkan kecelakaan.

Bila pengemudi lepas kendali dan berada di samping jalur dengan separator tinggi, kemungkinan besar akan bergesekan hingga menimbulkan kecelakaan. ”Memasang pintu dan meninggikan separator itu mengancam keselamatan pengguna kendaraan lain. Tambah saja busnya. Kalau frekuensi bus padat, otomatis masyarakat pribadi menghormati jalur itu,” ujarnya.

Ridwansyah/ bima setiyadi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6068 seconds (0.1#10.140)