Pengelola Sembunyikan Kepemilikan Saham

Kamis, 20 Agustus 2015 - 07:51 WIB
Pengelola Sembunyikan Kepemilikan Saham
Pengelola Sembunyikan Kepemilikan Saham
A A A
BEIJING - Para pemilik gudang yang meledak di Tianjin menyembunyikan kepemilikan saham mereka di perusahaan melalui nama orang lain.

Sepuluh eksekutif perusahaan Tianjin Rui Hai International yang mengelola gudang itu telah ditahan setelah ledakan di pelabuhan Tianjin. Ledakan itu menewaskan sedikitnya 114 orang dan melukai ratusan orang lainnya.

Ledakan itu dikhawatirkan menyebarkan polutan beracun di udara dan air kota tersebut. Meski demikian, otoritas menyatakan kondisi udara dan air di Tianjin aman. Kantor berita resmi Xinhua mendapatkan akses pada beberapa tersangka dan mengutip pernyataan mereka. Di sisi lain, otoritas menyalahkan para pejabat lokal dan beberapa individu terkait kejadian tersebut.

Menurut laporan Xinhua , Dong Shexuan, 34, putra mantan kepala kepolisian di Tianjin, memiliki 45% saham Rui Hai melalui seorang teman sekolahnya. Sisa saham perusahaan dimiliki oleh Yu Xuewei, mantan eksekutif di perusahaan kimia milik negara, Sinochem. Yu Xuewei juga menggunakan nama temannya sebagai pemegang saham. ”Saya memiliki teman sekolah yang memegang saham untuk saya karena ayah saya. Jika berita saya berinvestasi di bisnis ini bocor, itu akan membawa pengaruh buruk,” tutur Dong pada Xinhua , dikutip kantor berita AFP .

Beberapa pejabat menjelaskan, sekitar 700 ton bahan kimia beracun, sodium cyanide , disimpan di lokasi tersebut. Xinhua menyebutkan, Dong menggunakan koneksinya di kepolisian dan departemen pemadam kebakaran untuk membantu perusahaan memperoleh izin yang diperlukan dan menghindari pemeriksaan.

”Koneksi saya di kepolisian dan pemadam kebakaran. Saat kami perlu inspeksi pemadam kebakaran, saya bertemu para pejabat di kantor pemadam kebakaran pelabuhan Tianjin. Saya memberi mereka dokumen dan segera mereka memberi saya persetujuan,” papar Dong. Tianjin Rui Hai International Logistics beroperasi tanpa lisensi selama sembilan bulan hingga Juni, menurut laporan Xinhua .

”Setelah lisensi pertama berakhir, kami mengajukan untuk perpanjangan. Kami tidak menghentikan operasi karena kami tidak berpikir itu masalah. Banyak perusahaan lain meneruskan pekerjaan tanpa lisensi,” ungkap Yu Xuewei. Sinochem memiliki dua gudang bahan kimia berbahaya dekat lokasi yang meledak pekan lalu, menurut Greenpeace.

Menurut lembaga perlindungan lingkungan itu, dua gudang itu melanggar undangundang China yang mengharuskan fasilitas semacam itu harus berada minimal 1.000 meter dari gedung publik, jalan utama, dan permukiman. Gedung milik Rui Hai melanggar aturan itu. Xinhua melaporkan, blok perumahan dan stasiun kereta hanya berjarak 650 meter dari gudang bahan berbahaya tersebut.

”Dong dan mitranya menemukan perusahaan penilai yang mengabaikan fakta-fakta itu,” ungkap laporan Xinhua . Investigasi korupsi terhadap kepala pengawas keamanan kerja China juga telah dilakukan setelah kasus ledakan di Tianjin. Ledakan itu memiliki dampak ekonomi yang luas. Ratusan perusahaan multinasional tidak dapat mengakses lokasi mereka akibat ledakan di pelabuhan Tianjin tersebut.

Pelabuhan itu salah satu dari sepuluh pelabuhan tersibuk di dunia. Lebih dari 150 perusahaan di Fortune 500 beroperasi di kota tersebut. Kota Tianjin memiliki populasi 15 juta jiwa, hampir dua kali lipat dari London dan skala ekonominya hampir sama dengan Republik Czech. ”Aktivitas ekonomi di Tianjin belum kembali normal beberapa hari setelah ledakan hebat di sana,” papar firma riset Capital Economics dalam catatan untuk para klien.

”Meskipun sebagian besar pelabuhan itu tetap beroperasi, kerusakan pada fasilitas pabrik dan gudang sangat parah. Gangguan ini dapat menyebar ke seluruh jaringan suplai.” Beberapa perusahaan terbesar di dunia yang memiliki operasional di wilayah itu pun merasakan dampaknya, termasuk Toyota asal Jepang.

Produksi di pabriknya di Tianjin tetap tertunda kemarin. Lebih dari 50 dari total 12.000 pegawai di pabrik itu terluka akibat ledakan.

Syarifudin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4152 seconds (0.1#10.140)